Seven Hours

59 12 2
                                    

Aku berjalan sambil sesekali menendang batu krikil yang berada di pinggir jalan. Menahan panas trik matahari yang masih saja terasa di jam 4 sore di balik topi yang ku gunakan. Sesekali ku alihkan tatapan ke arah orang-orang yang juga sedang berlalu lalang.

Wajah lelah mereka se akan memberitahu rasa lelah yang mereka rasakan seharian ini. Langkah ku berbelok ke arah sebuah gang, terkejut saat seorang anak menendang bola dengan kencang dan mengenai kepala ku.

Aku menatapnya kesal, melihat bola yang berada tidak jauh dari ku. Aku mengambil bola tersebut, menginjak bola dengan keras hingga bola yang terbuat dari plastik itu penyok tidak beraturan. Aku tersenyum dan memberikan bola itu kepada seorang anak laki-laki yang ku taksir mungkin berusia sekitar 4 sampai 5 tahun. Ia hanya terdiam melihat bola nya sudah tidak berbentuk lingkaran utuh itu.

Aku menepuk bahu nya pelan sambil tersenyum puas, meninggalkan anak laki-laki yang masih menunduk menatap bolanya. Aku termasuk orang yang tidak  menyukai anak kecil dan sama sekali tidak bisa akrab dengannya, saat orang lain berkata anak kecil itu menggemaskan bagi ku mereka sangat menyebalkan dengan bermodal muka polosnya melakukan hal sesuka mereka.

Aku terus berjalan tanpa memperdulikan anak itu, hingga aku merasa suasana di sekitar ku mulai berubah. Udara yang tiba-tiba sangat dingin padahal ini musim panas, membuatku merapatkan jaket yang ku gunakan. Masih merasa aneh dengan udara yang menjadi dingin, kembali aku terkejut dengan datangnya angin kencang yang berada di depan ku.

Aku menutup wajah ku tatkala angin dengan debu itu menerpa tubuhku. Aku berbalik badan karena angin itu semakin kuat dan debu-debu yang sangat mengganggu. Namun aku terkejut, melihat anak laki-laki tadi sedang menatap ku marah. Yang membuat ku semakin terkejut dengan perubahannya yang perlahan membesar, menjadi sosok seorang laki-laki setengah baya dengan tubuh tinggi memakai baju aneh serta benda aneh yang berbentuk tongkat panjang berwarna emas yang ia pegang.

Aku masih terdiam menatapnya, sedangkan anak laki-laki yang berubah itu kini sudah mendekat ke arah ku. Terasa seperti membeku di tempat tidak bisa bergerak sama sekali, laki-laki itu menatap ku dari atas ke bawah. Membuat ku melihat jelas sosok yang lebih mirip dengan aktor-aktor film hollywood. Mata biru nya yang aneh membuat ku tidak bisa beralih.

Laki-laki itu menghentakan tongkatnya sekali, berlanjut menjadi dua kali, berlanjut menjadi tiga kali. Aku sesaat bingung dengan apa yang dia lakukan, namun aku merasa laki-laki itu semakin tinggi, hentakan tongkat itu kembali terdengar untuk yang keempat kalinya. Membuatku semakin bingung, namun aku semakin dibuat aneh dengan dirinya yang terus semakin tinggi. Tunggu, sepertinya bukan laki-laki itu yang semakin tinggi. Tapi aku yang mengecil?!

Aku mulai panik saat jaket dan baju yang kugunakan semakin melonggar, bahkan celana yang kini kugunakan menjadi terlalu panjang untuk kaki kecil ku. Aku semakin panik, tidak ada lagi panas dan cahaya matahari yang tadi kurasakan. Berubah menjadi awan mendung dengan udara yang semakin dingin.

Ia kembali menghentakan tongkat nya, hingga hentakan ke tujuh dan ia berhenti. Aku yang terlalu shock melihat tangan mungil ku dan juga kaki yang tertutup celana yang terlalu panjang membuatku merasa sedang berada di dunia mimpi.

Ini engga mungkin?!

Aku menatapnya takut, laki-laki itu tersenyum. Memberikan sebuah bola yang tadi aku rusak. Ia berjongkok menyamakan dirinya dengan diri ku.

"Kau tahu? Rasanya menjadi anak kecil tidak berdaya dan tidak memiliki siapa-siapa? Biar aku memberitahumu perasaan itu."

Laki-laki itu berdiri, "Kau akan hidup dengan tubuh anak kecil ini, aku memberikan mu sedikit kesempatan untuk merubahnya. Dalam sehari kau bisa kembali ke tubuh mu semula meski hanya bertahan tujuh jam. Dan itu akan berlangsung saat waktu menunjukan pukul sepuluh malam hingga pukul lima pagi."

Aku mengernyit, berjalan dengan susah payah karena celana dan baju yang terlalu besar ini, "Apa lo gila? Rubah gue sekarang juga?! Brengsek!!"

"Bila kau ingin menghilangkan kutukan itu, kau harus berusaha memanfaatkan waktu tujuh jam dengan tubuh aslimu. Cari kristal ini, ia tersebar ke tujuh tempat berbeda. Kau harus mengumpulkannya sebelum bulan ke tujuh di tahun ini dan letakan di tempat saat ini kita bertemu. Bila kau terlambat, kutukan itu akan tetap ada selamanya." Laki-laki itu lalu berjalan menjauh, hingga tiba di ujung jalan yang terlihat sedikit gelap, laki-laki itu berbalik.

"Kau tidak boleh menceritakannya ke siapapun, kecuali kau memang berniat untuk terjebak disana selamanya." Ia tersenyum dan pergi, menghilang di kegelapan sudut jalan.

Aku melihat keadaanku, masih tidak percaya dengan apa yang aku alami. Sebuah kertas terlipat di dekat ku. Membuat ku mengambil kertas dengan warna putih yang sudah sedikit menguning.  Aku membuka lipatan kertas yang terlihat lapuk itu.

Seven Hours

Aku mengernyit melihat tulisan itu, hingga sebuah tulisan lain muncul di bawahnya.



Kristal 1

Museum di tengah kota


Aku menghela napas,

ini tidak akan mudah!

Seven HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang