Bali, 30 September 2020
Hai Na,
Masih ingat denganku? Aku Arjuna, pria yang selalu menemanimu selama dua bulan liburan kamu di Bali dua tahun lalu. Bagaimana kabarmu? Bagaimana kuliahmu sekarang?
Mungkin kamu sudah lupa denganku, tapi ketahuilah aku tidak pernah lupa denganmu Na. Bahkan, hingga saat ini aku masih selalu memanjatkan doa, berharap kita bisa bertemu, suatu hari nanti.
Na, kamu telah memberi warna baru dalam hidupku, dalam hatiku. Terimakasih telah menerangi hari-hariku. Terimakasih telah memberi warna baru dalam hidupku. Terimakasih telah mengajarkanku arti cinta. Terimakasih telah menjadi cinta pertamaku. Terimakasih telah mengajarkanku arti perjuangan. Terimakasih telah mengajarkanku arti pengorbanan. Terimakasih telah mengajarkanku tentang arti hidup dan bagaimana memanfaatkan hidup agar menjadi dampak baik bagi sesama. Terimakasih telah mengajarkan dan menunjukkan kegigihan itu. Terimakasih. Terimakasih untuk semuanya Na, baik atas kebaikanmu yang mampu kutulis, maupun atas kebaikanmu yang tak mampu kutulis dalam kata namun tetap terukir dalam hati.
Hanya dua bulan kebersamaan kita tapi waktu singkat itu telah memberi banyak makna yang bahkan tak mampu kulupa, hingga saat ini. Selama dua bulan kebersamaan kita, setiap detiknya, menitnya, harinya, rasa itu semakin mengakar dan tertancap kuat dalam hati, bersama rindu disisinya.
Saat itu aku lupa, bahwa waktu terus bergulir dan kamu pasti akan pergi. Ketika saat itu tiba, saat ragamu sudah tak terlihat oleh pandangan, saat genggaman yang harus terurai dengan rasaku di dalamnya. Kamu sudah pergi.
Tetapi, aku percaya selalu bahwa semesta selalu punya alasan melakukan segala sesuatu. Dan aku percaya kepergianmu kini pasti menuntunku pada kebahagiaan yang lebih besar di hari mendatang. Mungkin juga semesta sedang menguji cintaku, atau cinta kita? Entahlah. Semesta selalu punya cara sendiri. Manusia hanya bisa berharap dan berusaha.
Na, saat ini, cintaku memang terhalang samudera. Kita dipisahkan beribu-ribu kilometer jarak dan bertahun-tahun waktu. Tetapi, meskipun samudera membentang luas di hadapanku, menghalangi cinta ini, bahkan meski semesta sedang mengujiku, cintaku tetap tak pudar. Malah, rasa ini semakin kuat mengakar dalam hati, ditemani rindu sebagai bunganya.
Na, aku memang bukan lelaki sempurna. Aku hanya lelaki biasa yang dengan tidak tahu dirinya mengharapkan dirimu. Tetapi Na, berkatmu kini aku tahu arti perjuangan, dan bahwa tidak ada yang mustahil untuk kita raih di dunia ini. Sehingga, aku memutuskan untuk berjuang, dan bukannnya menyerah pada keadaan.
Na, surat ini tidak akan kuberikan sekarang. Tetapi nanti, saat aku sudah sukses. Saat perjuanganku berhasil. Aku akan datang menemuimu dan mengungkapkan segala rasa, segala asa yang bersarang dalam hati. Untuk sekarang, biarkan surat ini tetap menjadi rahasiaku, kuterbangkan dengan juntai rasa dan rindu yang semakin besar tiap harinya.
Salam hangat,
Adrian Abimanyu
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Terhalang Samudera | ✓
Short StoryBali, 30 September 2020 Ini adalah rasa yang terungkap melalui aksara karena hanya aksara caraku mengungkap rasa. Sembari menyimpan goresan aksara ini dan menerbangkannya dalam rasa berjuntai rindu. Na, mungkin semesta sedang menguji kita, menguji c...