elpeeda • Kamu dan Kenangan

968 128 33
                                    

[ elpeeda | kamu dan kenangan ]

"Maksud kedatangan saya kesini, saya ingin melamar Luna om. Hubungan kami telah tiga tahun berjalan dan saya merasa ini saat yang tepat untuk membawa Luna ke jenjang yang lebih serius." Yunseong memandang lekat pemuda di hadapannya. Dan perlahan tersenyum sambil menganggukan kepala.

Ia tadinya sedikit ragu untuk melepas anak perempuan satu-satunya untuk hidup bersama orang lain. Meskipun anak perempuan kecilnya yang sekarang telah menjadi wanita dewasa yang menganggumkan tetap saja rasanya berat untuk melepasnya untuk memulai hidup yang baru.

Beberapa puluh tahun yang lalu dia yang ada diposisi pemuda ini. Meminta Minhee dari ayahnya untuk menjadikan Minhee sebagai teman sehidup sematinya. Ia mengerti kenapa ia memerlukan beberapa percobaan untuk mendapatkan hati ayah minhee. Seperti ini rasanya, berat.

Sama seperti Minhee, Luna dibesarkan olehnya dengan kasih sayang tanpa kurang suatu apapun. Berbagai kekhawatiran menghampiri dirinya.

Apakah dia bisa membahagiakan Luna?

Apakah dia bisa menjaga Luna?

Apakah dia tidak akan menyakiti Luna?

Tangannya yang mulai muncul keriput digenggam oleh Luna saat ia hampir meneteskan air mata.

"Luna bisa ke belakang sebentar nak? Ayah mau ngobrol sama Abian sedikit, boleh?" Perempuan cantiknya itu tersenyum kemudian mengangguk dan bangkit dari duduknya. Kini hanya tinggal ia dan Abian di ruang tamu rumahnya.

Yunseong menghela napas sebelum membuka mulutnya.

"Sejujurnya saya masih merasa berat untuk melepas Luna. Kamu sudah tau dia satu-satunya peninggalan dari mendiang istri saya. Saya besarkan dia dengan kasih sayang, saya menjaganya dari berbagai bahaya. Saya yang pertama dia lihat saat dia membuka mata untuk pertama kalinya." Yunseong menjeda sebentar omongannya lalu menatap lekat netra Abian.

"Rasanya baru kemarin saya mengantarnya berangkat ke sekolah. Menguncir rambutnya, membuatkannya bekal. Saya sangat menyayanginya, Bian."

"Jadi saya minta tolong, jangan sakiti dia. Jika dia salah, jangan membentaknya, dia tidak bisa dibentak. Dia begitu mirip dengan istri saya. Wajahnya, sikapnya, bahkan kepribadiannya. Yang diambilnya dari saya hanya satu. Matanya, dia mengambil mata saya."

Yunseong menatap ke arah meja dimana ada bingkai foto berisi potret dirinya dengan Minhee. Dia dan Minhee tersenyum lebar. Rasanya cinta dan kerinduan itu semakin besar.

Puluhan tahun berlalu tanpa Minhee disisinya bukan hal yang mudah. Rasanya Yunseong ingin menyusul Minhee jika saja sang dokter yang membantu istrinya melahirkan tidak membawa Luna ke hadapannya.

Bahkan saat bayi itu baru beberapa detik hadir ke dunia, Yunseong dapat dengan jelas melihat bahwa Luna adalah copypaste dari Minhee. Hal itu semakin jelas saat Luna tumbuh dewasa. Bagaimana dia bersikap, bagaimana cara dia menunjukan emosinya. Minhee benar-benar meninggalkan sesuatu yang begitu berharga baginya.

"Saya restui kamu dengan dia. Jaga dia sama seperti saya menjaganya. Sayangi dia sebesar saya memberinya kasih sayang."

"Terima kasih om, saya akan ingat selalu pesan om. Saya juga berjanji tidak akan menyakitinya dan akan selalu menjaganya." Abian berucap dengan sungguh-sungguh sambil menatap calon ayah mertuanya tersebut.

• elpeeda | hwangmini •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang