9. Satu Gelas

3.3K 167 31
                                    

Sebelum baca kisahnya, yuk votes dan komentar dulu.

Sudah?

Sudah nih?

Yuk mulai baca.

🍂🍂🍂

"Kenapa tadi temenmu ini berantem sama Brian?"

Tanya ayah, gue langsung menatap Sean. Duh gimana kalau jawaban gue dan jawaban Sean beda? Ini ada bocoran jawabannya ngga sih??

"Mocca tau ayah sayang sama Mocca?"

Gue mengangguk pelan.

"Cerita ke ayah, ada apa? Ada apa kamu sama Brian?"

Dan bodohnya! Bukannya menjawab pertanyaan ayah, GUE MALAH NANGIS!! Sekali lagi, Sean melihat gue menangis, sekali lagi, Sean ada di saat gue merasa dunia akan berakhir.

"Mocca, Ayah tau kamu takut bikin ayah khawatir, tapi dengan pura-pura baik-baik aja di depan ayah, kamu justru melukai ayah. Kalau sama ayah saja kamu pura-pura, ayah harus gimana?"

Tangis gue makin pecah, gue berdiri dan langsung memeluk ayah.

"Mocca salah, yah. Mocca takut ayah kecewa kalau tau Mocca udah ngga sama Brian lagi."

"Ayah memang menaruh harapan besar sama Brian, itu karena selama ini ayah lihat kamu bahagia sama dia. Ayah cuma mau lihat kamu bahagia."

"Ayah tau?"

"Apa?"

"Mama pasti bahagia punya suami seperti ayah dan Mocca mau punya suami yang seperti ayah juga."

Ayah mengusap kepala gue, tangis gue belum reda. Sean, terima kasih sudah berani jujur sama ayah. di saat gue terjebak dalam kebohongan gue sendiri.

"tolong Suruh Brian ke sini."

Ayah meminta Sean untuk memanggil Brian,
sedangkan gue sudah mula sedikit tenang.
Seharusnya gue jujur sejak awal sama ayah.

"ada apa, yah?"

Tanya Brian. Brian datang sedangkan Sean sepertinya tetap di ruang tamu bersama yang lainnya.

"Kamu bisa pulang sekarang, jangan datang ke sini lagi, kamu tidak saya izinkan mendekati anak saya lagi."

Brian tidak menjawab apa-apa, dia langsung pergi menuju ruang tamu.

"Bangsat!!!"

Gue denger teriakan Brian.

"Eh! Eh! Ada apa ini?"

Mas wisnu ikutan teriak. Gue yang panik langsung keluar dan melihat Brian sedang mencengkeram baju Sean. Ujung bibir Sean berdarah.

"Lo ngomong apa sama ayah? Lo mau rebut Mocca dari gue!"

Sekali lagi, Brian melayangkan tonjokan
di muka Sean.

"Jangan bikin keributan di sini!"

Teriakan ayah kali ini benar-benar penuh kemarahan.

Keadaan rumah masih berduka, tapi ada pertengkaran seperti ini gara-gara gue. Gue marasa bersalah sama mama.

Brian langsung pergi tanpa berkata apa-apa, ayah langsung meminta maaf pada Sean.

"Yah, ayah tidak salah. Biar Mocca yang urus ini ya, yah. Ayah istirahat aja.!Nanti Mocca yang obatin temen Mocca."

Gue antar ayah ke kamar untuk istirahat. Lalu gue ambil obat merah dan kapas di lemari.

"Mocca, gue bingung! Sebenernya ada apa? Mas Sean tadi ngomong apa sama ayahnya Mocca? Ini Mas Sean beneran pacaran sama Mocca? Apa gimana? Kalau pacaran emang sejak kapan? Kok diem-diem pacarannya?"

MOCCA - Jatuh Cinta Harus Siap MentalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang