⠀
⠀
⠀
⠀⠀Seulgi menatap resah pintu putih di depannya. Ibunya menunggu dengan senyum lebar yang tak kunjung pudar. Tentu saja, setelah sekian lama membujuk si bungsu untuk belajar balet, akhirnya Seulgi menyetujui hal ini.
⠀⠀"Bu, eum—"
⠀⠀Seulgi mengurungkan permintaan konyolnya. Mata perempuan yang sangat Ia cintai memantulkan banyak harapan. Dengan bahu yang lemas, tangannya mendorong pintu itu pelan.
⠀⠀"Oh, hai! Kamu pasti Seulgi kan?" tanya perempuan muda itu ramah, membuat Seulgi kecil mengangkat kepalanya. Gadis berusia 13 tahun itu mengangguk ragu, membiarkan badannya di dorong ke depan ruangan.
⠀⠀Beberapa anak seusianya langsung menutup mulut. Bisikan-bisikan kecil mulai terdengar setelahnya. Seulgi mengerjap bingung, sebelum perempuan tadi berdeham pelan.
⠀⠀"Ayo, perkenalkan dirimu." Bisik orang yang Ia yakini si pelatih balet. Seulgi menarik nafas, membungkukkan badan.
⠀⠀"Eum, Nama ku Seulgi, Kang Seulgi. Mohon kerja samanya!" Ucapnya pelan sebelum akhirnya membungkuk lagi.
⠀⠀Anak lain baru bereaksi sedetik kemudian. Anak laki-laki dengan rambut legamnya menghampiri Seulgi, "Hai! Aku juga masih baru di sini! Mau berteman?" Tanya anak itu penuh semangat. Membuat kegugupan Seulgi hilang seketika, "Ya?"
⠀⠀"Nama ku, Jongin! Kita kesana," Tangannya di tarik ke pojok ruangan. Seulgi kira, Jongin mengajaknya duduk atau malah melakukan pemanasan. Ternyata ada seseorang yang lain, teman Jongin pastinya.
⠀⠀"Jimin! Ini teman baru ku, Seulgi!" Seulgi berdiri canggung, mengulurkan tangan kecilnya. Walaupun ekspresi anak tadi sedikit datar, uluran tangan Seulgi di terima dengan ramah olehnya.
⠀⠀"Nini, bukannya hari ini giliran mu?" Tanya Jimin setengah merajuk. Seulgi hampir tertawa, pertama karena panggilan Jimin untuk Jongin dan nada lucu yang dibuat anak laki-laki itu.
⠀⠀"Hei! Berhenti memanggil ku seperti itu!" Balas yang satu tak kalah dengan nada memelasnya. Seulgi akhirnya mengeluarkan kekehan kecil, membuat kedua orang tersebut berhenti bertengkar.
⠀⠀"Gigi!Gigi!" Sorakan itu terdengar, makin lama makin keras. Hari ini, setelah 6 bulan rutin berlatih, Seulgi mengikuti opera perdana yang diadakan sanggar tempatnya kursus.
⠀⠀"Nini, Jimie" Seulgi menggembungkan pipi tembamnya, dua laki-laki di sampingnya tersenyum semangat. Tapi hanya satu lengan yang terus-terusan ditarik, milik Jongin. Jimin kecil juga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Baginya, Jongin memang ampuh untuk menghilangkan perasaan gugup.
⠀⠀Beda lagi ceritanya kalau Seulgi merengek ke Jimin, akhirnya perempuan itu pasti datang melapor pada Jongin dengan mata berkaca-kaca. Karena emosi Jimin tidak se stabil itu, membuatnya semakin memperkeruh keadaan.
⠀⠀"Seulgi, ayo!" Salah satu perempuan cantik menarik lengannya. Seulgi tak bergerak, memasang wajah memelasnya pada Jongin. Sementara Jimin, mendorong tubuh kurusnya kelewat keras.
⠀⠀"Hei! Aku bisa sendiri!" Tepis Seulgi, membuat senyuman Jimin melebar. Mungkin saja selama ini Ia tidak teralu cocok untuk teman perempuannya itu, tapi di saat-saat seperti ini Jimin akan selalu mendorong Seulgi.
⠀⠀"Aku rasanya terharu,"
⠀⠀"Aku juga, bukankah Ia selalu ingin bermain di opera?" Bisik Pria itu pelan, air matanya hampir jatuh. Menatap bangga putri satu-satunya yang berada di tengah panggung. Rasanya baru kemarin Seulgi mengeluh, sekujur tubuhnya sakit dan nyeri. Tapi lihat, tuan putri itu sudah lihai!
⠀⠀"Tsk, kalian teralu sensitif," Komentar Haneul yang duduk di tengah kedua orang tuanya. Padahal, diam-diam tangannya menggosok air mata yang mulai mengalir begitu saja.
⠀⠀"Selamat ya," atau "Wah! Tadi kau keren sekali!" dan "Kau cantik sekali saat menari, Seul" ya dan masih banyak lagi pujian-pujian yang telinganya dengar malam ini. Tapi, dua sahabatnya hilang. Padahal Ia sudah mencari ke seluruh tempat duduk penonton, nihil. Jongin dan Jimin meninggalkan gedung ini tanpa berpamitan padanya.
⠀⠀
⠀⠀
⠀⠀
14/10/20
⠀⠀
⠀⠀
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us, vseulmin
Fanfiction⠀Everyone thinks Seulgi's dating Jimin because of their unusual closeness. But, is that true? ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ 𝐔𝐧𝐝𝐞𝐫 𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢𝐨𝐧.