Kini,
Dimalam yang sunyi dan gelap ini,
Jihyo sedang meringkukkan kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya kedalam ringkukannya itu.
Seharian lamanya ini ia sudah menghabiskan waktunya untuk menangis.
Meratapi takdir yang seakan telah berubah drastis jauh dari logikanya.
Menangisi kata kata Jungkook yang tertancap di hatinya, dan menangisi fakta jika Jungkook malah hanya mengingat Irene didalam sakitnya itu.
Hanya sosok Irene yang pernah memberinya kesan di dalam hadupnya waktu itu.
Hanya Irene, hanya Irene yang Jungkook ingat.
Bukan Jihyo.
"Ada apa dengan takdir? Hiks, kenapa dia tega merenggut ingatan suamiku? Kenapa dia tega membiarkan Jungkook terus berdekatan dengan Irene?" monolog Jihyo disela sela isakkannya yang masih terdengar pilu
"Kenapa harus Irene yang ia ingat? Kenapa tidak aka saja yang ia ingat? Kenapa? Kenapa—hiks"
"Aku benci semua ini! Aku benci! B-bagaimana jika ingatan Jungkook tidak bisa kembali lagi? Apa dia akan terus bersama Irene sampai akan menikah lagi dengannya nanti?"
"Hiks—tuhan, kumohon! Beri aku petunjuk juga kekuatan. Untuk bisa menghadapi situasi ini! Aku tidak mau jika ketakutanku selama ini akan benar terbukti, hiks. Aku tidak mau jika sampai Irene malah akan terus memanfaatkan situasi yang buruk ini"
"Bukankah, semua ini jelas terbukti. Jika kau malah telah berpihak pada orang yang jahat? Tidakkah kau kasihan padaku? Pada umat mu ini yang sudah menderita dan tersiksa baru baru ini? Hiks—"
"Tuhan, sekali lagi kumohon padamu! Aku sudah kehilangan bayi ku, dan aku tidak mau sampai harus kehilangan suami ku. Kau tahu aku sangat mencintainya dengan tulus, dan kau juga tahu benar, seberpa besar aku sangat mencintainya didalam hidupku ini"
"Tolonglah, kembalikan dia padaku. . . . Aku mohon. . . .Kembalikan ingatannya. . . ."
Bertepatan dengan ocehan juga monolog Jihyo pada tuhan,
Sebuah ketukan notifikasi dari pintu kamarnya kini terdengar mengintrupsi kegiatan menangisnya.
"Boleh aku masuk?"
Jihyo mengadahkan kepalanya kala ada sebuah suara berat yang telah bertanya sekaligus meminta izin padanya.
"Taehyung?"
Bukannya menjawab,
Jihyo malah mnyebut nama Taehyung dengan keadaannya dan kondisinya yang seperti ini.
Taehyung lalu tersenyum sambil berjalan mendekat ke arah dimana Jihyo sedang meringkuk disana.
Pria itu bisa melihat,
Bagaimana kacaunya keadaan Jihyo sekarang.
Mata yang masih memerah dan terlihat sembab, juga kantung mata yang sekarang makin terlihat menghitam di wajahnya.
"Kau menghabiskan waktumu untuk menangis seharian ini?" tanya Taehyung
Dengan gentle,
Pria berhidung mancung itu kini terduduk di karpet bawah sambil membuka kakinya membentuk M yang terkesan sedikit mengengkang disana.
"Apa lagi yang bisa aku lakukan selain menangis saat ini? Aku merasa jika diriku sudah terjatuh lemas menghadapi fakta yang menyakitkan itu" jawab Jihyo
Taehyung mengangguk mengerti,
Chanyeol juga sudah menjelaskan situasi apa yang terjadi padanya sebelum Taehyung bisa masuk dan menemui Jihyo seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Problem [Squel]
Fanfiction⚠️WARNING⚠️ -Wajib follow akun author sebelum membaca! -Usahakan tinggalkan jejak setelah membaca! -Plagiator? Jauh jauh lah ya! -Cerita murni hasil pemikiran saya! -Dan baca book [I'm sorry] nya dulu biar nyambung Ini adalah sebuah cerita lanjutan...