Raihan masih terdiam, mulutnya seakan berat untuk sekadar menanggapi pernyataan sosok yang tengah berada di depannya.
"Kau tidak mau berbicara sedikit pun." Sosok itu melesat, bak sapuan angin. Seketika telah berada di depan Raihan, wajahnya saling tatap. Sosok itu memegang dagu Raihan hingga Raihan mengangkat kepala, mata mereka saling berserobok. Tampak jelas gambaran rasa terperangah yang Raihan rasakan ketika sosok itu seketika melakukan aksinya.
"Kau milikku," katanya dengan intonasi yang sangat lirih seperti embusan angin, Raihan yang tersentak mendengar kata-katanya kontan mendorong sosok itu, tubuhnya juga ikut terdorong hingga Raihan tersungkur, dengan sigap kedua tangannya menahan, agar kepalanya tidak membentur permukaan yang kini digenangi oleh air setinggi mata kaki.
Raihan merasakan sengatan nyeri di dadanya, jantungnya berdesir lebih cepat, sementara perutnya terasa begitu bergejolak. Mual.
Raihan memuntahkan cairan merah pekat, kemudian berpaling ke arah posisi sosok itu, dirinya masih terhuyung-huyung untuk mengatur napasnya.
"Lihatlah. Kau sangat lemah, kau akan menjadi milikku dan takkan kembali." Suara serak dan lemah yang dihasilkan oleh sosok itu membuat Raihan sedikit ngeri.
Raihan mengerjapkan mata, pandangannya laun remang seperti ada bulatan cahaya yang menghalangi indra penglihatannya untuk berfungsi secara maksimal, "Apa yang kau inginkan?"
"Aku? Aku ingin dirimu. Kau tidak bisa apa-apa tanpaku, nanti." Perkataan yang didengar Raihan, membuat ia semakin merasa bahwa sosok yang sekarang tengah berada di depannya adalah musuhnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Raihan, kini tatapannya menusuk kepada sosok di depannya itu.
"Kau, dirimu yang lemah ini akan aku kuasai."
"Untuk apa?"
"Reaksi yang tadi bukan dariku, tapi dari luar sana. Kau dalam bahaya."
"Kau ingin melenyapkan atau membantuku?" tanya Raihan kemudian, alisnya berkerut.
"Aku ingin menggantikanmu untuk mengalahkan mereka," ucap sosok itu sambil menepuk kedua pundak Raihan, "Biarkan aku yang menghadapi mereka dan kau melebur menjadi aku."
"Kau? Kekuatan itu? kau yang merasakan energi mereka semua?"
Sosok itu terkekeh, "Ya, benar. Aku yang membiarkanmu untuk merasakan energi orang lain di sekitarmu. Sekarang ini kau tidak berdaya, kau telah dibekap oleh mereka. Sebentar lagi, kau akan diperdaya, sama seperti yang mereka lakukan terhadap ibumu."
Raihan mendelik, dengan sigap ia berdiri setelah mendengar penghujung kalimat sosok itu. Raihan menarik bagian kerah baju sosok itu. hingga wajah mereka kini hanya terpisah beberapa senti.
"Apa yang kau ketahui. Katakan!" intonasi Raihan meninggi, kerut di wajahnya menunjukkan ia sedang menahan amarah kini.
"Aku hanya mengetahui apa yang kau ketahui."
"Bohong!"
Sosok itu sekarang melingkarkan jarinya ke leher Raihan. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku? Bermimpilah." Raihan terlempar sekian meter.
Tubuh Raihan tenggelam dalam genangan air dangkal, sepersekian menit ia mengangkat tubuhnya, menopang dengan kedua tangan. Raihan menatap genangan air itu, tetesan air jatuh dari ujung anak rambutnya. Pada genangan yang dangkal—menonton Raihan—dirinya bercermin. Wajah ibunya sekelebat muncul di genangan air itu lalu menghilang. Sekelebat itu Raihan terpana. Ia menoleh ke sosok yang melemparnya tadi; rupanya ia masih berdiri tegak tak berpaling dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]
ActionHarta, Tahta, Wanita. Lebih dari cukup membuat seseorang lupa akan dirinya, menjadikannya sebagai pembunuh. Raihan. Memiliki kemampuan merasakan energi di sekitarnya. Raihan bergabung menjadi salah satu anggota detektif untuk menguak kasus kematian...