1 | Prologue

1.2K 7 0
                                    

Nafasnya tercekat, asap hitam ada di setiap sudut ruangan. Tidak ada celah bagi Rena untuk meloloskan diri, sementara kakinya terjepit besi brankas yang ambruk.

"FUCK!!" maki Rena sambil memukul lantai.

Namun bukan Rena namanya jika mudah menyerah. Dengan kondisi kehabisan nafas dia menarik sofa terbakar di sebelahnya mengambil alat yang terselip di bawah kolong sofa akibat jatuh saat ia ditendang si penjaga. Ia menyalakan alat tersebut lalu mengarahkannya ke mata penjaga yang mendekat ke arahnya. Alat itu bernama GEN101 yang bisa mengeluarkan laser dari ujung mulutnya.

Penjaga tersebut terbanting dan berteriak "ARGHH!! SHIT!", sambil memegangi bola matanya yang hampir keluar.

Memanfaatkan kesempatan itu Rena berusaha meloloskan kakinya dari besi dan berhasil. Dia berlari ke arah pintu keluar namun sialnya pintu tersebut telah terkunci, satu-satunya jalan keluar adalah jendela apertemen itu sendiri. Tanpa pikir panjang ia mengambil palu pemecah kaca darurat di pojok jendela kemudian memukul kaca hingga pecah membentuk lubang yang cukup untuk membuat ia keluar dari ruangan tersebut.

Rena menahan langkahnya saat hendak terjun ke bawah, dia menengok ke arah si penjaga sesaat yang sedang merintih kesakitan akibat ulahnya sebelum akhirnya ia melompat ke pagar balkon yang ada di bawah ruang tersebut. Rena meringis kesakitan saat tulang keringnya terantuk pagar bagian bawah. Setelah benar-benar sampai di balkon tersebut dia kehabisan akal, jarak antara balkon satu dan lainnya sangatlah jauh karena tidak semua apartemen memiliki balkon. Tentu saja Rena tidak mau mengambil resiko turun sampai bawah dalam keadaan tak selamat.

"Bangsat!" umpat Rena dalam hati.

Rena berjalan pelan dan santai ke arah pintu balkon menuju ke dalam apartemen, bersyukur pintunya tidak dikunci. Ia melongok ke dalam tidak ada siapa-siapa, tapi ruangannya terasa familiar bagi Rena. Langkah kaki Rena membawanya ke sebuah ruangan, terdengar sayup-sayup suara desahan. Tanpa pikir panjang ia mendobrak satu pintu kamar sampai terbuka hingga menampilkan dua pasangan sejoli yang sedang bercinta.

"Girga?!" teriak Rena terkejut. Sang pemilik nama pun menoleh terkejut bersama dengan kekasih yang sedang ia setubuhi.

Rena berlari ke arah pintu keluar membiarkan Girga berteriak memanngilnya, lalu ia keluar dan membanting pintu tersebut.

"Cowo brengsek! Sialan!"

Rena meneteskan air mata dalam makiannya. Ia terus berlari menuju tangga darurat karena tak mungkin ia memakai lift saat kondisi seperti ini, bisa saja penjaga lain menangkapnya. Hingga akhirnya ia sampai di basement parkiran kendaraan ia masuk ke dalam mobil jeep dan meninggalkan apartemen tersebut.

~•*•~

"Lo gagal lagi Ren," ucap Devo datar.

"Tanpa lo kasi tau gua ngerti."

"Lo anggota paling berpengaruh, ga mungkin gue seenaknya biarin jari tengah lo ilang dan pergi gitu aja dari Potablood."

"Terus mau lo apa? Ada aturan baru hah!? Mau bunuh gue? Silahkan!," saut Rena dengan nada tinggi.

Devo hanya diam menatap ujung sepatunya, ia lalu bersandar pada kursi kayu yang ia duduki sejak awal datang. Menghisap rokoknya yang masih tersisa setengah layaknya raja. Suasana menjadi hening, tidak ada yang berani berbicara jika King dan Queen Potablood berdebat.

Rena berjalan mendekati Devo, lalu tangannya merogoh sakunya sendiri mengambil pistol untuk menyerahkannya pada Devo. "Lakuin kalo menurut lo itu adil, gue siap." Mata Rena bahkan tak terlihat takut sedikit pun seolah ia siap mati di tangan sahabatnya sendiri.

Namun tanpa diduga Devo menarik pinggang Rena dengan cepat hingga membuat Rena terjatuh di pelukannya. "Lo ga akan pernah paham maksud gue atau emang lo ga mau memahami?" bisik Devo di telinga Rena.

Tindakan Devo tentu membuat Rena terkejut, tak terkecuali para anggota yang sedang menyaksikan. Rena hendak berdiri tapi Devo mencegahnya malah membuat jarak mereka makin menipis. Rena mematung, melirik bibir Devo seolah hendak menciumnya, namun sebelum bibir Devo mendekat Rena menekan pistol yang dipegangnya ke bagian bawah Devo hingga ia meringis. Rena lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Devo, berbisik sangat pelan "stop playing with fire."

Devo melepaskan pelukannya lalu membiarkan Rena pergi meninggalkan markas. Sedangkan anggota lain masih tetap membisu di posisinya masing-masing sebelum mendapatkan perintah darinya. "Gue mau pendapat kalian!" teriak Devo agar seluruh isi markas mendengar.

"Plan A dan Plan B buat misi ini gagal, menurut kalian kita harus nyelesain misi ini atau kita balikin duitnya ke koruptor keparat itu?!"

Okha si rambut merah muda maju selangkah di depan anggota lain, lalu berkata "kita bisa nyelesain misi ini Dev, lo terlalu percaya sama tikus jalanan itu sampe lupa sama kekuatan Potablood sebenernya."

Devo mendekat ke arah perempuan itu membuang puntung rokoknya lalu menginjaknya sampai hancur. "Siapa yang lo maksud tikus jalanan itu frog face?" kata-kata Devo mengundang tawa seluruh anggota geng, kecuali Okha sendiri. Tanpa pikir panjang Okha berucap lantang "Jelas Rena lah siapa lagi anggota disini yang semiskin dia?!" dan disambut tamparan oleh Devo.

Okha terkejut memegangi pipinyanya yang perih akibat tamparan. "Sekali lagi lo ngomong ga berbobot gua depak lo dari sini!" teriak Devo garang.

"Okha bener Dev, lo terlalu musatin perhatian lo ke Rena, sampe lo lupa sama kemampuan anggota lain," sela Ega.

"Lo denger sendiri kan? Ga cuma gue yang ngerasain itu!," kata Okha. "Dan lo seharusnya ga nampar gue kaya gini bangsat!"

"Gue nampar karena lo udah ngomong sembarangan tentang Rena!"

"Oh ya? tentang dia ga bisa nyelesain misi? Itu fakta baby,"

"Kalian seharusnya ga bersikap kekanak-kanakkan, dan khususnya lo Dev, kita semua milih lo buat jadi King Potablood karena kita percaya lo bisa mimpin kita lebih baik daripada Girga," ucap Ega serius, "Okha seharusnya jaga omongan lo sebagai sesama anggota."

Suasana markas kembali hening setelah Ega melaju pergi menggunakan motor Kawasaki W175. Kejadian itu membuat beberapa anggota berbagi opini dan membuat rumor kalau Ega yang seharusnya ada di posisi Devo sekarang. Devo sendiri merasa sangat tersinggung oleh pendapat Ega yang membuatnya tak habis pikir kenapa ia sebodoh itu. Ia terlalu memercayai Rena karena memang ia adalah anggota yang paling mahir menyelesaikan misi tanpa mendapatkan luka parah ataupun tertangkap, sampai ia lupa kalau nasib tak selalu mujur. Sekarang masalah baru yang akan dia hadapi adalah bagaimana caranya menyelesaikan misi ini tanpa melukai ayahnya sendiri.

•••

Hope you like it! Comment dan vote kalian sangat berharga, so please😁

Osadha [+17]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang