CHAPTER 1

9 1 0
                                    

Halo para Readers Author bawa cerita baru nih, semoga suka sambil menunggu Pacar Rasa Idola up baca dulu yuk cerita aku yang ini.

Senin, 01 Juli 2014 Kinanti tengah bersiap-siap untuk bersekolah. Ya hari ini ia mulai masuk dengan seragam baru, mungkin juga teman baru, walaupun sebagian dari teman baru itu ada teman lamanya di SMPnya dulu. Kini Kinanti sudah berada di dalam satu ruangan bersama dengan teman satu asramanya, untuk memakan makanan yang telah disediakan, ia memakannya hingga lahap.

***

Pukul 07.30  bel masuk sudah berbunyi saatnya semua siswa masuk kelas masing-masing, namun tidak dengan Kinanti, ia dibuat terpesona dengan pria bertubuh tinggi kurus yang berdiri tidak jauh dari dirinya. Sebut saja Hans Dewabrata, pria yang terkenal sangat dingin tak pernah bicara sepatah kata pun kecuali ada yang mengajaknya bicara duluan.

Cukup lama Kinanti Agnesia mematung seraya pandangannya tak lepas dari lelaki itu, sampai-sampai ibu Santi guru sosiologi menegurnya, “Kinanti sampai kapan kamu berdiri disini gak mau masuk kelas,” Kinanti yang mulai sadar pun berkata, “i..ya bu ini saya masuk,” pembelajaran pun di mulai, cukup lama juga pembelajaran itu dimulai. Kinanti yang tak sabar ingin menemui pria incarannya itu pun tampak gerisah, ia sedari tadi melihat kearah jendela disamping mejanya.

***

Bel istirahat pun berbunyi, surga dunia para pelajar dan para ibu-ibu dikantin pun tiba. Kinanti memberanikan diri menyatakan rasa sukanya kepada Hans, annisa melangkahkan kakinya dengan tempo tidak seperti biasanya, dengan hitungan detik kini Kinanti sudah berada di depan kelas 12 ipa sosok itu muncul tepat di hadapan annisa, melihatnya dalam beberapa senti saja jantungnya sudah berhasil memompa dua kali lebih cepat dari biasanya.

“ka….ada yang mau aku bicarakan berdua boleh?” tanyaku padanya

“(helaan napas) boleh bicara aja,” ucap Hans dingin, beberapa kali Kinanti menghela napasnya yang berat.

“aku suka sama kaka,” dengan penuh keyakinan Kinanti pun mengucapkan hal yang seharusnya ia lontarkan sejak awal ospek 2 minggu yang lalu, untuk beberapa detik tak ada jawaban dari sosok pria dihadapannya.

“aku..gak pernah suka sama kamu,” tegas hans, Kinanti hanya memejamkan matanya beberapa kali.

Setelah Hans mengatakannya, hans langsung meninggalkan annisa begitu saja. Sedangkan Kinanti masih berdiam diri ditempat yang sama, “kenapa ka? Kenapa kaka tolak aku, aku bersumpah aku gak akan pernah biarin siapapun yang dekat dengan kaka hidup,” batin Kinanti.

Dengan rasa kekesalan yang amat mendalam, Kinanti pun kembali menuju kelasnya selama ia berjalan menuju kelas ia terus saja menyumpahi pria yang baru saja menolaknya. langkahnya terhenti ketika ia melihat pria yang menolaknya sedang berdua dengan perumpuan lain, ia geram dengan kejadian itu.

***

Pulang sekolah ia tidak langsung pulang melainkan menjalankan misi, ia teringat pada temannya 5 tahun yang lalu dia mengajarkan membunuh orang yang mereka benci, kali ini ia melakukannya lagi seorang diri. Kinanti melangkah kakinya dengan cepat, Kinanti langsung menemui gadis yang tadi bersama dengan Hans pria incarannya itu.

“hai ka dela, pulang bareng yuk tapi kita ke taman belakang dulu yuk aku lagi pengen kesana nih,” bujuk Nisa, Dela kaka kelas Kinanti, Dela juga kekasih dari Hans Dewabrata.

“boleh hayuk,” tanpa curiga sedikit pun, Dela mengiyakan ajakan Kinanti.

Dengan tersenyum senang Kinanti merangkul Dela, mereka melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah. Rencana Kinanti akhirnya berjalan mulus, Dela yang tanpa curiga sedikitpun terhadap Kinanti.

Setelah Dela di buat bingung dengan tingkah Kinanti yang seolah hanya mengajaknya memutari taman saja, “Kin, kita mau kemana sih kok daritadi cuma puterin nih taman,” ucap Dela bingung.

“Kita kesana yuk kak Del,” ucap Kinanti mengarahkan telunjuknya kearah bangku reyot, yang tidak boleh ia lewati bahkan singgahi. Konon bangku itu tempat para siswa terbunuh secara misterius, jelas ia tahu karena yang melakukan itu semua tak lain dia dan temannya yang sama-sama menjadi seorang Psikopat.

Dela yang merasa bingung pun menuruti saja, sedetik kemudian ia dibuat terkejut dengan tempat yang dilihatnya. “Kin bukannya kita tidak boleh ada disini, Kin ayo pulang,” paksa Dela, namun Kinanti tidak menghiraukan paksaan dari Dela.

Kinanti menghentikan langkahnya. Dela pun yang sedari tadi mengoceh akhirnya memilih untuk bungkam ketika ia melihat ada beberapa buah pisau tajam, sejenak Dela berfikir untuk apa pisau-pisau itu? Apa hubungannya dengan Kinanti dan dia? Apa hidupnya akan berakhir disini?.

“Kenapa ka Dela kaget ya kenapa aku bawa kaka kesini, iya?” ucap Kinanti yang sedang mengasah pisau yang biasa digunakan berburu mangsa bersama temannya. Alhasil Dela hanya terisak dalam diam, ia berkata “Kin kamu mau ngapain Nis? aku takut,” Dela melangkah mundur perlahan.

Dengan cepat Kinanti menarik tangan Dela, memegangi dagu Dela kasar, “kaka mau tau apa yang aku mau? aku mau kaka lenyap dari muka ini,” ucap Kinanti seraya memainkan pisau yang ada di tangannya pada pipi mulus Dela. Dela yang dapat perlakuan seperti itu melingis kesakitan.

“M… aksud mu a…pa,” ucap Dela yang sedari tadi sudah menahan tangisnya.

“Ka Dela mau tau, iya! karena kakak sudah mengambil cowok incaran aku,” ancam Kinanti.

Dela yang tak menyadari bahwa kedekatannya dengan Hans, membuat gadis yang ada di hadapannya ini tega menyakitinya. “maksud mu Hans, aku sama sekali gak ada hubungan sama Hans,” ucap Dela, “ahhhshh” Dela mulai merasakan darah segarnya mulai keluar.

“Cuihh” air liur Kinanti keluar begitu saja, seakan tidak percaya dengan apa yang Dela bicarakan.

"Apa buktinya kalau kakak tidak ada hubungan apa-apa dengan Hans? Hah!" tangan Kinanti masih saja bermain dengan pisau dan muka mulus Dela yang kini beralih dengan mengiris telinga sebelah kiri Dela.

"Ahhhh...aku…sssama...dia cuma sa...ha…bat kecil," jelas Dela yang sekali lagi dia menangis kesakitan, bayangkan telinganya hampir putus.

Dela hanya bisa memejamkan matanya seraya berdoa dalam hati, "ya Tuhan jika hidupku akan berakhir saat ini aku rela," sedangkan Kinanti masih saja memotong telinga dan jari Dela, Kinanti memang gadis yang sangat keras kepala tidak perduli dengan apa yang akan dibicarakan oleh sang korban.

***

Hans pria berhati dingin berkepala batu itu sedang gelisah, dia memikirkan Dela Ayu cewek yang sedang dia taksir memang hubungannya hanya sebatas sahabat untuk saat ini, tapi tidak lama lagi dia akan menyatakan cintanya kepada Dela.

"tuttuttut...nomer yang ada tuju sedang tidak aktif," hanya operator yang menjawab, Hans semakin gelisah biasanya Dela selalu menghubunginya jika sudah sampai rumah, dia bilang hendak pergi ke perpustakaan terlebih dahulu namun sampai sekarang belum ada kabar juga.

(Author said Hans lu sombong amat, selamat membaca, salam literasi).

BLOOD LOVE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang