54. Perantara Doa

5.9K 1.1K 120
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Pada akhirnya. Senja atau pun Daffa akan selalu kembali kepada Alya Sahira. Sungguh, Allah Maha merencanakan sesuatu yang baik”

***

“Nah, ayo silakan dimakan.”

Daffa mencium aroma lezat masakan di hadapannya. Walaupun kedua mata masih tertutupi oleh kain dan tidak bisa melihat, namun aroma ini tidak bisa membohongi, sangat mengunggah selera.

Daffa terdiam. Dia masih bingung ketika Halim membawanya ke ruang kunjungan lapas, memberitahunya bahwa ada seseorang yang ingin bertemu. Seorang wanita yang identitasnya masih tidak Daffa ketahui.

Dia merasakan sentuhan di pundak. Halim menenangkan Daffa yang tampak gusar, duduk dengan gelisah. “Tenang saja Daffa. Dia termasuk kenalan lo. Saya permisi dulu.” Dia berpamitan kepada wanita yang memberikan senyuman ramah pula kepada Halim. “Nanti saya kembali lagi untuk menjemput Daffa dan mengantarnya ke dalam sel.”

“Maaf merepotkan.” Wanita itu mengucapkan dengan sesal.

“Memang itu sudah menjadi tugas saya.”

Setelah itu Halim meninggalkan Daffa dengan wanita itu di ruang kunjungan. Daffa masih tidak menggerakkan tangannya sama sekali. Bingung sekaligus penasaran.

“Kenapa belum dimakan? Astagfirullah hal adzim. Maaf Ibu kelupaan!” Wanita itu menyadari kesalahannya. “Maaf banget Nak, seharusnya Ibu menyadari lebih awal.” Dia mengambil sendok dan mencampur nasi dengan semua lauk-pauk. “Karena mata kamu dalam pemulihan dan belum bisa melihat dengan baik. Biar Ibu yang menyuapi kamu.”

Daffa semakin bingung. “Nyonya siapa? Maaf kalau saya berucap lancang. Tapi saya tidak mempunyai kenalan di luar penjara. Saya tidak mengenali Nyonya.”

Si wanita tersenyum, dia mengambil banyak daging tumis dalam sendokan lalu mengarahkan ke bibir Daffa. “Buka mulutnya Nak, ah?” pintanya. Memperlakukan Daffa layaknya anaknya sendiri.

Daffa enggan membuka mulut. Dalam kebingungan, dia berusaha mengingat dengan jelas apakah dia mempunyai seseorang yang dia kenal di luar lapas. Namun selama dia mendekam di balik jeruji besi. Belum pernah ada. Tidak ada satu orang pun yang mengenal siapa dirinya. Lalu tiba-tiba saja hari ini seorang wanita datang menemuinya? Ini sangat mengusik pikiran Daffa.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang