Gadis itu masih sesenggukan di dalam kamarnya, entah apa yang sudah terjadi di rumahnya sampai semua sangat kacau seperti itu. Rinai melihat ponsel nya, ada beberapa pesan masuk dari Rasya yang menanyakan apakah dia sudah tiba di rumah dengan selamat. Di abaikannya semua pesan itu, pikirannya masih penuh dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab.
Pintu kamarnya dibuka perlahan oleh Andra, melihat kakak nya itu Rinai sedikit takut mengingat bentakan kakaknya itu beberapa jam yang lalu. Sadar akan raut ketakutan di wajah sang adik, Andra menghela nafas pelan. Ia merasa bersalah,
" belum tidur?" tanya Andra sembari duduk di sebelah ranjang adiknya,
Sedangkan Rinai ia lebih memilih diam menatap sang kakak. Sadar akan tatapan itu, Andra pun mencoba menjelaskan apa yang terjadi.
" kita dapat ujian nay, kamu inget masalah impor kayu itu?" yang di balas Rinai dengan anggukan,
" temen ayah itu bener-bener nipu ayah, semua dana yang ayah kasih di bawa kabur entah kemana. Kayu gagal di kirim, pesenan gagal dibuat. Ayah rugi besar nay, makanya ayah tadi sampai marah-marah kayak gitu."Jelas Andra.
Mendengar itu Rinai kembali menangis, masalah sebesar ini menimpa keluarganya. Ternyata benar firasatnya beberapa hari ini.
" terus gimana ayah ganti rugi nya? Berapa banyak kerugiannya?"
" mas juga engga tahu pasti, yang jelas semua modal udah masuk ke dana itu nay. Bulan depan juga waktunya bayar gaji karyawan, belum lagi ganti rugi ke pelanggan. kita engga bisa sembarangan nyari pinjaman karena jumlahnya sangat besar."
" ya Allah, tega banget sih orang itu." Ucap Rinai sembari menangis,
" udah, udah. Maafin mas ya tadi bentak kamu, mas bingung tadi nay." Ucap Andra sembari memeluk adiknya.
" Rinai juga minta maaf mas, Rinai engga tahu mau bantu gimana." Ucap Rinai sesenggukan,
" dalam beberapa bulan ke depan kita mesti hemat nay, kita harus bisa bantu in orang tua kita."
" iya mas, Rinai paham."
" yaudah, istirahat sana. Doain semoga masalah ini cepet selesai terus kondisi keluarga kita bisa balik kayak dulu lagi." Ujar Andra,
" iya."
....
Pagi harinya Rinai berangkat sekolah dengan perasaan sedih, bagaimana tidak. Ayahnya tidak menampakkan diri nya seperti biasa, Rinai paham ayahnya itu pasti terpukul sekali.
" nay, gue wa in dari kemaren engga di bales. Lo kenapa, mata bengep kayak gitu?" tanya Rasya saat melihat Rinai baru saja duduk di bangku nya.
" keluarga gue kena tipu ra."
" ha? Sumpah? Di tipu siapa?" tanya Rasya terkejut,
" siapa di tipu?" tanya Mita yang baru kembali dari kamar mandi.
Rinai pun menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya,
" ya Allah, sabar ya nay." Ucap Rasya sembari mengusap lengan Rinai.
" terus gimana nay, maksud gue. Kalian udah nemu solusinya?" tanya Mita ikut khawatir,
" belom mit, kerugiannya besar banget. Ayah mesti ganti rugi soal pesenan orang, terus belum lagi bayar gaji karyawan. Pinjem dibank juga mesti mikir-mikir, balikinnya gimana."
" iya juga sih, emang engga coba lapor polisi gitu nay? Itu kan penipuan." Ucap Mita.
" kayaknya udah deh, tapi kan butuh waktu lama mit. Makanya itu mulai hari ini gue mau belajar hemat, gue engga mau tambah nyusahin orang rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulit Untuk Dimengerti (Sudah Terbit)
Подростковая литература[COMPLETED] " saat gue mendekat, lo menjauh. Saat gue mau ngelupain lo, lo semakin mendekat. Lo mainin perasaan gue kayak gini. MAU LO APA SIH?" - Rinai . . . . " semua ini konsekuensi dari kebodohan ku, maaf sudah menjadi pengecut yang membuat mu m...