Ketukan pintu ruang UKS membuat Jihoon cepat-cepat menyeka air mata yang terus-terusan turun ke pipinya. Kemudian ia membalikkan tubuhnya, melihat siapa yang masuk ke ruang UKS. Sosok tinggi yang belakangan ini selalu bersamanya, Kim Mingyu, masuk ke ruang UKS dengan menenteng tas miliknya di tangan kiri, dan paperbag yang Jihoon tidak tahu apa isinya di tangan kanan.
Pemuda itu kemudian meletakkan paperbag itu di atas meja sekaligus dengan tas milik Jihoon, lalu dia sendiri mendudukkan diri di kursi yang ada di samping ranjang Jihoon. Pemuda itu menyunggingkan senyum tipis sambil memperhatikan wajah Jihoon yang menatapnya masih sambil berbaring.
"Habis menangis lagi?" tanya Mingyu dengan gamblang.
Jihoon hanya menganggukkan kepalanya pelan. Berbohong pada Mingyu adalah tindakan sia-sia, pemuda itu terlampau peka dan Jihoon selalu tampak bodoh ketika berusaha berbohong padanya. Jadi, daripada tampak idiot, lebih baik jujur saja. Toh hanya Mingyu.
"Apa lagi kali ini?" tanya Mingyu sambil mengelap lembut pipi basah Jihoon dengan sapu tangan miliknya.
Tapi Jihoon enggan membuka suara untuk menjawab. Mingyu sendiri tak masalah pertanyaannya tak dijawab karena sebenarnya ia lebih dari sekadar paham akan permasalahan yang mengelilingi kakak kelasnya ini. Apa lagi kalau bukan karena sosok si pemuda pujaan, Kwon Soonyoung.
"Tak bisakah hyung berhenti menangis karena dia?" tanya Mingyu lagi. "Dia tidak pantas ditangisi oleh hyung."
"Bodoh." Balas Jihoon. "Aku pun juga sudah muak menangis karena si Kwon itu, hanya saja hati dan otakku tidak pernah bekerja sama dengan baik."
"Pasti sakit sekali, kan?"
"Hm? Apa maksudmu?" tanya Jihoon.
"Mencintai sendirian." Kata Mingyu. "Pasti sakit sekali."
Jihoon mendesah pelan kemudian bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk. Ia menatap Mingyu sambil tersenyum tipis,
"Ya, ini menyakitkan." Balas Jihoon. "Kau jangan sampai merasakannya."
Kemudian Jihoon menjatuhkan kakinya, hendak turun dari ranjang ruang UKS, berniat untuk pulang, tapi Mingyu menahannya.
"Ada apa?" tanya Jihoon. "Aku mau pulang."
Mingyu tanpa berkata apa-apa, menyodorkan paperbag yang tadi dia bawa. Jihoon yang bingung langsung mengintip isinya.
"Ini bubur?" Mingyu mengangguk.
Jihoon lalu mengeluarkan semangkuk bubur dari dalam paperbag tersebut bersama dengan sendok plastik. Jihoon tersenyum sambil menatap Mingyu,
"Terima kasih, aku memang sangat lapar sekarang." Kata Jihoon seraya membuka tutup mangkuk plastik bubur yang sekarang ia pangku di pahanya.
"Tapi itu bukan dariku." Ucapan Mingyu membuat Jihoon menghentikan gerakannya yang hendak menyendok bubur tersebut.
"Bukan darimu? Lalu dari siapa?"
"Soonyoung hyung." Jawab Mingyu. "Aku bertemu dengannya di depan pintu UKS. Dia berdiri di sana sambil menenteng tas milik hyung dan bubur itu. Aku tanya padanya apa yang dia lakukan di depan pintu ruang UKS, bukannya menjawab, dia malah menyerahkan tas dan bubur itu padaku dan berkata kalau hyung sedang sakit di dalam sini, kemudian ia pergi dengan wajah seperti orang yang linglung."
Jihoon mengernyitkan dahinya bingung ketika mendengar penjelasan Mingyu soal Soonyoung yang berdiri di depan pintu ruang UKS. Kalau memang ini darinya, kenapa bukan dia sendiri yang memberikannya? Kenapa harus menyerahkan pada Mingyu? Lalu apa tadi? Pergi dengan wajah linglung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend | Soonhoon [✔]
Fiksi Remaja[Soonhoon BXB] Jihoon dan Soonyoung adalah sahabat sejak kecil. Tapi bagaimana jika salah satu diantara mereka melibatkan perasaannya dalam persabahatan itu? Apakah persahabatan itu akan tetap bertahan? Start: 28.06.2020 End: 15.10.2020