Ten : Kematian

107 14 5
                                    



Jaebum berhasil menerobos masuk hingga ke kamar Raymond Tuan. Dia menyamar menjadi petugas kebersihan, dengan memakai pakaian layak nya cleaning servis.

Jaebum tersenyum penuh kemenangan saat melihat tubuh tak berdaya Raymond. Tinggal dia potong infus nya baru kisah nya akan lebih berakhir sampai disini saja.

Mengambil gunting dan siap memotong selang infus. "Oh ayah mertua, aku rasa hubungan anak mu dengan kekasih ku hanya sampai disini saja." Jaebum benar-benar melakukan nya. Melihat tubuh Raymond yang bereaksi, Jaebum melarikan diri lewat jendela rumah sakit.

Jisung, mendengar hembusan nafas dari dalam. Rasa nya sangat nyaring seperti sesak nafas. Jisung bergegas ke dalam. Dia syok ketika melihat ayah nya kesakitan. Segera mungkin anak itu memanggil dokter. "Dokter!?" Teriak nya mencari bantuan di luar.

"Ma ... Hiks, hiks ... " Jisung memeluk ibu nya dengan erat. Dia merasa gagal karena tidak bisa menyelamatkan ayah nya. Dokter telah memberitakan jika nyawa Raymond Tuan tidak bisa di selamatkan.

Sementara Dorine Tuan, dia sungguh syok hingga tidak ada ekspresi di wajah nya. Bahkan dia tidak memikirkan apapun selain kematian sang suami tercinta.

"Ma bicaralah," ucap Jisung sekali lagi. Namun Dorine seakan tuli. Yang kemudian melepas pelukan Jisung dan terduduk di kursi kembali.

Perlahan, air mata nya tumpah. Tangisan nya tak terbendung.

Selesai pemakaman ...

"Mark, dimana Jiyeon?"

Saat keadaan nya teramat menyedihkan, Dorine Tuan masih sanggup bertanya tentang menantu kesayangan nya pada Mark. Bahkan Mark terlihat abai, tak mengubris pertanyaan sang ibu.

"Mark, bagaimanapun dia istri mu."

Dengan hembusan nafas Mark berjalan gontai. Dengan terpaksa dia harus mencari Jiyeon. Entah dimana keberadaan nya saat ini.

Hujan deras Mark melewati nya. Tidak peduli tubuh nya yang sudah basah nyatanya dia tetap mencari. Tidak peduli seberapa benci dia pada Jiyeon, kenyataan nya Mark tidak sanggup jika kehilangan.

Apa ini? Apakah cinta atau hanya rasa kasihan? Karena wajah Jiyeon mirip dengan mantan kekasih nya?

Mark tidak bisa memperjelas perasaan nya. Dia masih dalam keadaan kecewa.

"Hiks ... " Tubuh nya menggigil. Gadis itu duduk di antara rerumputan di pinggir jalan. Kaki nya sudah tidak sanggup berjalan.

Hati nya sakit, tapi kenapa efek nya sampai ke seluruh badan?

"Jiyeon?"

"Hiks .. " Jiyeon tak menoleh, dia tetap menenggelamkan wajah nya di antara lipatan kaki nya. Punggung gemetar, sudah pasti gadis itu tengah menangis.

"Ayo berdiri." Lelaki itu membantu Jiyeon berdiri. Wajah nya kini terlihat jelas di manik sayu Park Jiyeon.

"Jaebum," ucap nya lirih. Mata nya membulat. Kenapa bukan Mark? Itu yang saat ini ada di pikiran Jiyeon. Sungguh, dia berharap Mark yang datang dan menenangkan nya bukan mantan kekasih nya ini.

Jaebum membawa Jiyeon ke dalam pelukan nya. Dia tahu gadis itu membutuhkan sandaran untuk menenangkan diri nya. Tapi, Jiyeon malah menolak dan berusaha melepaskan Jaebum. Namun, Jaebum tetap memeluk nya, seerat mungkin.

Pada akhirnya Jiyeon pasrah.

Brakk

Bunyi gebrakan pintu terdengar oleh dua orang di dalam. Dengan pistol di tangan nya, gadis berkacamata itu masuk tanpa izin. Kedua sorot mata nya murka.

Lantas, dua orang di dalam melihat apa yang sedang terjadi. Jennie membulatkan mata nya begitupun Taeyong, teman sebaya nya. Kini ada seorang gadis menodongkan senjata pada dua orang itu

"Sudah cukup semua nya, Jennie."

Sudut bibir nya terangkat. Barulah kacamata yang dia pakai, gadis itu lepas dan buang begitu saja. "Heh, kau bahkan tidak dapat mengenalku dengan baik, adikku sayang."

"Lian!"

"Lian!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









TBC



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝑊ℎ𝑜 𝐴𝑟𝑒 𝑌𝑜𝑢?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang