✎.🌸

3.5K 426 51
                                    


"Renjun, jangan lari-lari!"



Bocah berumur lima tahun itu tidak mengindahkan perintah sang kakak. Padang rumput yang basah karena hujan menjadi landasan kaki mungilnya untuk berlari. Tak peduli akan terjatuh atau tidak, ia menyempatkan diri untuk melompat di beberapa kubangan.

Jas hujan kuning yang menjaganya dari rintik air itu melambai diterpa angin. Sang kakak pun ikut berlari dengan payung di tangan. Kemeja abu-abu serta bawahan celana jeans panjang membalut tubuh dominannya.



"Renjun..."

"Hehe!"

Sang adik tertawa kecil, menunjukkan dua giginya yang baru tumbuh. Ia berjongkok. Mengambil salah satu bunga berwarna merah muda dengan warna kuning di tengah.

"Ni"

Menyodorkannya pada Jaehyun, dia tersenyum lebar hingga kedua mata rubah itu menghilang.

"Buat kakak?"

Ia mengangguk semangat. "He'eum"

"Aw, Renjun manis banget" Jaehyun tersenyum simpul. Kepala si mungil diusap sayang, membuat senyumnya semakin mengembang.


"Kakak tau ndak nama bunga ini?"

"Tahu dong"

"Apa?"

"Sakura"

Ia mengangguk dengan bibir yang membulat.

"Bagus"

"Apanya?"

"Namanya"
"–sama bunganya juga"

Jaehyun mengiyakan. "Renjun tahu nggak arti bunga sakura?"

Kepalanya menggeleng lucu. "Ndak"

Sang kakak menaikkan kedua alisnya. Ia berjongkok sembari menempatkan bunga yang tadi Renjun berikan ke atas telinga si mungil.




"Artinya itu bunda kehidupan"

Manik rubah itu mengerjap keheranan. "Bunda kehidupan?"

Jaehyun mengangguk. "Iya"




"Bunda kehidupan"

"Orang Jepang percaya bahwa makna dari bunga sakura itu hidup penuh harapan juga masa depan yang cerah"



Netra rubahnya masih setia mengerjap heran. "Injun ndak paham"

Sang kakak tersenyum simpul.

"Nanti kalo Renjun udah besar pasti nanti paham"



Renjun menatapnya dengan tatapan kosong. Kaki kecil itu kembali melangkah, mengambil bunga sakura yang tergeletak di tanah, lalu mendekati Jaehyun lagi.

Tangannya terangkat. Benda yang tadi ia pungut itu diletakkan di atas telinga yang lebih tua. Senyum secerah matahari mengembang di wajah manisnya.

"Ganteng"

Jaehyun terkekeh gemas, menampilkan lesung pipi.

"Makasih"

Ia kemudian berdiri dan menggandeng tangan yang lebih muda. "Ayo pulang"

"Eum!"

Renjun melangkah girang. Menendang-nendang kubangan air hingga percikannya menyebar kemana-mana.




"Kakak"

"Iya?"

"Nanti kalo udah besar, Injun mau nikah sama kakak"

KAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang