3 - Sepupu - sepupuan

1.1K 115 21
                                    


Readers view makin turun
vote ikut turun
Ya udah lah
(︶︹︺)

Happy Reading

Badrun mengecek kondisi dapur. Telor goreng yang ia buat sudah habis, nasi di magic jar tinggal setengah. Piring bekas makannya sudah tertelungkup bersih habis dicuci. Berarti si wanita itu sudah sarapan pagi. Badrun mengambil nasi dan makan dengan lauk gorengan yang ia beli sepulang mengantar Mira.

Wanita itu keluar dari kamar saat mendengar suara denting piring di dapur. Badannya ia tutupi pakai sarung.

"Kamu kedinginan?"

Ia menggeleng. "Ngga."

"Itu di depan saya belikan pakaian ganti. Semoga aja cocok ukurannya. Tapi saya ngga beli anu...beha sama celana dalam. Ngga tau ukurannya." Badrun terkekeh. Memandangi wajah cantiknya.

"Boleh bicara sebentar?"

Badrun mengangguk, mereka bicara di ruang depan. Wanita itu membongkar belanjaan pakaian yang Badrun beli. Ada kaus, celana pendek, jeans, dan baju tidur. Ia sembari menyuap nasi sarapannya.

"Mau ngomong apa?" tanya Badrun.

"Saya...boleh..tinggal di sini?"

Badrun tiba - tiba terbatuk, nasi yang ia kunyah menyembur keluar. Ia tersedak nasi. Kaget mendengar perkataannya. Badrun lekas menenggak air minum di sebelahnya. Wanita itu sedikit tersenyum melihat Badrun.

"Ma-maksudnya?" Badrun meletakkan piringnya. Ia mengelap tangannya memakai tisu.

"Saya ngga tau mau pergi ke mana. Takut. Takut nanti di tengah jalan saya ketauan orang rumah, disuruh pulang. Saya ngga mau." Wanita itu menunduk lalu menggeleng. Wajahnya ada raut kekhawatiran.

"Baiknya kamu ceritain deh, kamu siapa, kenapa semalem ada di halte. Sampe sekarang aja saya ngga tau nama kamu."

"Nama aku Chika. Panggil aja itu."

"Nama saya Badrun. Badrun Fadrin. Nama lengkap kamu?" tanya Badrun.

"Yessica Tamara. Aku delapan belas tahun. Kemarin harusnya jadi hari pernikahan aku."

"Nikah? Umur delapan belas?" Badrun menelan ludah. Masih abege ternyata.

Chika mengangguk. "Aku dipaksa nikah, dijodohin sama anak temen Papa. Mama ga setuju, tapi Papa maksa. Mama ngga bisa ngapa - ngapain"

"Sebabnya apa kamu disuruh nikah muda?" Badrun mendekatkan duduknya.

"Calon suami aku anak pengusaha besar. Kalau aku nikah, perusahaan Papa akan ada kerja sama besar sama perusahaan calon suami. Aku ngerasa dijual sama Papa demi proyek perusahaan Papa. Mama bantuin aku lari dari acara akad nikah, pake baju yang semalem." Chika meneteskan air mata saat menceritakannya.

"Rumah kamu di mana?"

Chika menyebut sebuah alamat rumah, dan itu letaknya sangat jauh sekali dari halte tempat ia bertemu Chika.

"Kamu jalan kaki? Serius?"

Chika mengusap kasar air matanya dengan lengan baju, "Iya. Biar ngga ketahuan, aku hindarin jalan besar. Masuk gang ke gang. Ngga tau mau ke mana, pokoknya terus jalan sampai malem. Aku ngga bawa hape, uang, dompet. Cuma bawa baju yang nempel di badan."

"Ya Tuhaaan, pantesan semalem kotor banget."

"Kalo boleh izinin Chika tinggal di sini. Sementara aja." Chika memohon. Kedua tangannya menggesturkan permohonan itu.

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang