Tabrakan?! - ●0●

17 4 13
                                    

Dilarang keras mengcopy paste cerita ini!! Cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi penulis!

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

***

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun bahkan sudah berkali-kali purnama terlewati.

Seorang anak perempuan yang terlahir sempurna bak titisan sang ibu. Dengan rambut panjang bergelombangnya tergerai dipunggung rentannya, warna rambut yang sama dengan sang ibu, yaitu cokelat kemerah-merahan. Hidung mancungnya yang kecil, serta bibir merah mungilnya yang menambah kesan menarik diwajah berseri itu.

Nala kecil saat ini sedang berlarian di sekitar rumah-rumah penduduk, berlari dari sat bangunan ke bangunan lain. Tertawa keras dengan angin yang selalu membuat baju dan rambutnya berkibar bak bendera yang sedang dikibarkan. Dengan pakaian khas seorang anak desa, sebuah baju yang kebesaran berwarna biru tua kini berubah menjadi hijau tua. Sudah di peringati oleh Lardhan, ayahnya untuk mengganti baju usang itu, namu Nala selalu menolak dengan beribu alasan salah satunya kata nyaman.

Merentangkan tangannya selebar mungkin, meliuk-liuk seperti seekor burung yang sedang terbang. Sembari berlari, Nala menyapa semua orang, menampilkan gigi keropos hitamnya tanpa tahu malu.  Menembus puluhan orang yang sedang berkerumun, bertubrukan bahkan terjatuh tidak membuatnya berhenti berlari dengan senyuman seringan kapasnya yang terus terpatri.

Tiba-tiba hidung kecilnya menangkap aroma yang sangat lezat. Nala mengendus mencari tahu darimana aroma lezat ini berasal. Terus mengendus dengan mata terpejam, tanpa sadar kepalanya menubruk punggung seseorang.

Nala membuka matanya dan melirik pada orang yang tadi ia tabrak.

"Tidak bisakah kau berjalan normal seperti orang lainnya?"

Nala masih memperhatikan wajah orang itu dengan pandangan polos layaknya anak kecil pada umumnya. Entahlah, Nala kecil saat itu memiringkan kepalanya menatap orang itu. Sampai orang itu kesal karena pertanyaannya tidak dijawab, ia meniup pelan wajah Nala.

Tiupan dingin itu mampu membuat kedua mata Nala melakukan gerakan berkedip sebanyak dua kali. Nala membenarkan postur tubuhnya menjadi tegak.

"Maaf. Aku tidak sengaja, paman." Nala menampilkan ekspresi takut.

Dengan alis terangkat orang itu bertanya, "Paman?"

"Iya, paman." Nala tersenyum lebar tanpa menampilkan raut ketakutan seperti tadi.

Orang itu menghembuskan napasnya, matanya menatap ke langit kemudian beralih pada Nala. "Kuberitahu kau satu hal, anak kecil. Aku ini masih muda dan tampan, aku banyak digemari wanita-wanita, aku gagah, juga berkarisma dan aku bukan pamanmu!"

"Katanya satu, tapi ini lebih dari satu!" gerutuan Nala terdengar sangat jelas. Baru saja orang itu ingin membalas Nala, Nala sudah menyerobot.

Nala protes tanda tidak setuju, "Tidak! Wajahmu seperti paman-paman, keriput dimana-mana dan juga kau... hitam." Nala memelankan suaranya di bagian akhir.

"Beraninya kau mengatakan itu padaku! Aku bukan hitam, tapi hitam manis!" geram orang itu karena Nala mengatai warna kulitnya yang indah.

"Tetap saja ada hitamnya," gerutu pelan Nala yang dihadiahi tatapan tajam.

"Baiklah, baiklah, aku tidak akan mengatakan dirimu hitam lagi. Asalkan, kau mau membelikan aku makanan!" Nala meloncat agar tingginya setara dengan orang itu.

"Siapa kau? Sudah menghina sekarang malah memeras aku."

Nala bergaya dengan sangat imut, tangan yang ia tangkupkan, mata yang ia buat besar padahal tidak bisa. Ia memohon!

Element Mate {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang