"Lo sendiri mau masuk mana?"
Shinobu terdiam sejenak. Gadis itu tersenyum tipis sambil menunduk. Kemudian ia menghela nafasnya panjang sambil kembali menatap Mitsuri. "Linjur, mau gimana lagi emang,"
"Lo serius? Mending masuk FKH sama gue,"
"Loh? Elo jadinya ke FKH? Terus restonya gimana?"
"Gue emang ambil FKH, yang ambil manajemen bisnis Obanai. Kita sih udah sepakat mau tunangan dulu baru buka resto. Nah dari resto itu kan bisa nabung buat biaya nikah, jadi gak beratin orang tua."
Shinobu sontak melebarkan mata, sedikit terkejut karena keseriusan dua temannya yang sudah ada di tahap berbeda. Bahkan Shinobu tidak pernah mengira bahwa keduanya bisa sampai di tingkat itu secepat ini. Ah, Shinobu sendiri masih kekanak-kanakan.
"Lo sendiri linjurnya masuk mana?" kata Mitsuri bertanya.
"Belum ada rencana, tapi yang jelas linjur. Abisnya gue masih bingung antara humas, fisioterapi, sama psikologi klinis. Soalnya kalo gue nerusin atlet, yang cocok cuma itu," Shinobu menghela napas lemah. "Tapi gue maunya masuk sasing."
"Setau gue atlet gak harus kuliah deh," kata Mitsuri mengernyit ragu. "Pesilat yang jadi panutan lo, Hanifan itu kan kalo gak salah cuma lulusan SMA."
"Lo tau kan nyokap Kanao kayak gimana. Bunda pake alesan karena gue anak tentara makanya gue harus sekolah tinggi. Padahal sih, gue yakin dia cuma takut dinyiyirin tetangga," balas gadis itu memutar bola mata malas.
Mitsuri terkekeh pelan. Ya, hanya itu yang bisa ia lakukan setiap kali Shinobu mengeluh soal ibu tirinya. Itu karena Shinobu sendiri yang menginginkannya. Gadis itu bilang dari pada tepukan pundak menyemangati, Shinobu lebih butuh sebuah tawa untuk pengalihan.
"Padahal kalo lo masuk FKH kan bisa bareng gue di Bogor,"
"FKH dasarnya biologi kan? Nanti deh gue pikir lagi."
Mitsuri tersenyum tipis. Menatap Shinobu yang mulai menyiapkan alat tulis dan kertas ujian di atas meja. Ada sesuatu yang masih ingin Mitsuri katakan, hanya saja sorot mata Shinobu yang berubah setengah tahun belakangan membuat kalimat itu tertahan.
"Lo masih mau spill? Ngomong aja," kata Shinobu peka.
Mitsuri menghela napas. Sayangnya sebagai seseorang yang sangat mengenali Shinobu, tidak semudah itu untuk mengungkapkan. Namun kalau tidak diungkapkan sendiri, hal itu justru membebani hati Mitsuri.
Gadis dengan iris kehijauan itu pun menarik nafas panjang, kemudian menghelanya dari mulut. Mitsuri meyakinkan dirinya sendiri.
"Shin, Giyuu juga masuk kedokteran."
Gadis dengan surai ungu yang dicepol tinggi itu mendadak diam. Shinobu menoleh dan melirik dalam pada Mitsuri.
"Tapi kedokteran umum," lanjut Mitsuri pelan, mendadak gugup. "Di Australia."
Shinobu tertegun.
Butuh waktu cukup lama untuk memahaminya meski Shinobu sudah paham. Seperti membaca buku yang isinya sudah gadis itu pahami, namun butuh waktu untuk dapat menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-Hi | Giyushino✔️
Fanfiction[SERIES KE-4 OLIMPIADERS • SEQUEL HI, SHINOBU!] Shinobu tak pernah mengira perkara olimpiade akan membawa Giyuu Tomioka, nama yang sudah berusaha keras ia kesampingkan selama tahun terakhirnya di SMA itu, kembali ke hidupnya. Kali ini semesta kemb...