nove

915 141 28
                                    

Sepanjang hari mereka lewati dengan mengunjungi berbagai taman hiburan. Meskipun mereka sama sekali tidak menaikinya dan hanya membeli makanan yang ada di sana. Dan hal inilah yang membuat Juyeon kadang-kadang mengomel selama perjalanan mereka.

"Kak, udah ya makan-makannya. Perut aku udah nggak sanggup lagi kalau disuruh makan ini itu mulu." Gerutu Juyeon entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. "Udah malem, kita pulang aja, ayo!"

Younghoon menggeleng, "Nanti dulu, Ju. Sehabis naik bianglala, janji kita bakal pulang."

Lagi-lagi, Juyeon dibuat pasrah ketika Younghoon kembali menarik tangannya ke arah antrian bianglala yang terlihat lumayan panjang. Younghoon berdecak, sedikit rasa iba terbesit didalam hatinya melihat Juyeon yang nampak kelelahan karena terus diseretnya kemanapun ia mau.

"Maaf ya," Gumamnya tidak enak. "Lo duduk aja dulu di bangku sana, biar gue yang ngantri." Suruhnya sembari mendorong pelan tubuh yang lebih muda dan mendudukkannya di atas bangku taman yang berada tidak jauh dari tempat antrian bianglala.

Baru saja Juyeon ingin menghalau Younghoon pergi, namun sayangnya lelaki itu kini telah berlari menjauh darinya. Setelah berdiri diantara antrian panjang tersebut, Younghoon masih sempat-sempatnya melambaikan tangan ke arahnya dengan sebuah senyuman yang terukir di wajah tampannya.

Juyeon mendengus kecil. Mata kucingnya masih setia memperhatikan pergerakan Younghoon yang perlahan mulai dekat dengan tempat pemesanan tiket masuk.

Dapat ia lihat bagaimana wajah gusar Younghoon yang sepertinya tengah berperang dengan rasa bosannya selama mengantri. Namun, lelaki itu seakan-akan punya cara tersendiri untuk mengusir rasa bosan itu dengan mengobrol dengan beberapa orang yang mengantri disekitarnya. Sesekali ia tertawa dengan candaan yang dilontarkan orang-orang, akan tetapi hal itu tidak membuatnya lupa untuk kembali menoleh ke arahnya dan tentu saja dengan senyumannya.

Hampir setengah jam berlalu, akhirnya Younghoon mendapatkan tiket untuk naik bianglala. Lelaki itu dengan semangat langsung berlari ke arah Juyeon sembari memamerkan dua tiket yang ada digenggamannya.

"Liat Ju, gue udah dapet tiketnya!" Serunya antusias. Juyeon yang mendengarnya hanya tertawa pelan, kemudian berdiri begitu Younghoon mulai menggenggam salah satu tangannya dan membawanya pergi menuju tempat bianglala.

.
[Limerence]
.

Pemandangan dari atas bianglala membuat Juyeon kembali memasang wajah kagumnya. Ia merasa sedang mendapat pengalaman baru karena selama ini Ibunya tidak pernah membawanya ke tempat hiburan karena terlalu sibuk mengejar karirnya.

Putaran bianglala yang terbilang sangat pelan ini membuat Juyeon bisa melihat bagaimana cahaya lampu dari berbagai tempat yang ada di taman hiburan ini. Beragam cahaya berbagai warna menyoroti mereka, decakan kagum seakan terus keluar dari bibirnya melihat bagaimana indahnya pemandangan yang disuguhkan lewat sebuah jendela kecil.

Younghoon duduk di depan Juyeon. Pandangannya seakan tidak lepas dari wajah sang adik yang tengah sibuk mengagumi cahaya yang berasal dari bawah. Semua matanya menangkap begitu banyak hal yang sangat menarik di setiap wajah Juyeon. Mulai dari mata kucingnya yang akan menghilang saat lelaki itu tersenyum dan gigi rapinya yang benar-benar membuatnya semakin terlihat menggemaskan dan tentu saja—cantik.

"Kak Younghoon, lihat deh. Warna lampunya kayak pelangi," Suruh Juyeon dengan jari telunjuknya yang mengarah ke arah sebuah kedai makanan yang memasang lampu berbagai warna di atas papan promosinya. "Kak Younghoon—?"

Juyeon mengedipkan matanya berulang kali. Begitu ia menoleh, entah sejak kapan wajah Younghoon kini berada tepat di depan wajahnya. Kedua hidung mereka bersentuhan sepenuhnya, namun yang membuat Juyeon tidak mengerti adalah mengapa Younghoon saat ini memejamkan matanya?

Wajahnya menjauh sehingga kepalanya menabrak jendela transparan yang ada dibelakangnya. Younghoon terus-menerus mengikis jarak antar wajah mereka sehingga Juyeon mulai merasa sedikit terpojok. Oleh karena itu, Juyeon hanya ikut memejamkan matanya sementara dadanya terus berdentum ketika mendapat perlakuan mengejutkan dari kakaknya sendiri.

Sehingga Juyeon langsung membuka matanya sedemikian lebar ketika merasakan bibir kakaknya kini telah bersentuhan langsung dengan bibirnya. Beriringan dengan sebuah kembang api yang menyala sebagai latar belakang suasana mereka.

.
[Tbc]
.

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang