dez

909 148 30
                                    

Entah hanya perasaan Juyeon atau memang tindakan Younghoon beberapa waktu lalu sedikit membuatnya merasakan kecanggungan yang luar biasa diantara mereka. Younghoon pun selama perjalanan pulang ke rumah tidak banyak berbicara kepadanya.

Juyeon menggelengkan kepalanya sendiri. Kedua tangannya kini menepuk pelan pipinya, berupaya menghalau semua pemikiran buruknya mengenai alasan Younghoon menghindarinya.

Suara pintu kamarnya yang terbuka langsung membuat Juyeon menoleh. Rasa was-was hinggap dibenaknya, takut Sangyeon mungkin sudah kembali dari kantornya. Namun, melihat sang kakak muncul dari balik pintu membuat Juyeon menghela nafas lega.

"Gue tidur di kamar lo, boleh?" Tanya Younghoon memastikan. Juyeon mengangguk antusias. Entah sejak kapan Younghoon lebih sering menghabiskan waktu istirahat di kamarnya, namun hal itu jelas memberikan alasan untuk Juyeon supaya bisa menghindari kehadiran sang Ayah tiri.

Yang lebih tua lantas melangkah masuk sehabis menutup pintu kamar Juyeon yang saat ini sudah bersiap untuk tidur. Kemudian, menyusul Juyeon dengan memposisikan dirinya untuk tidur disisi kasur yang kosong.

Kejadian yang tadi refleks ia lakukan saat di dalam bianglala beberapa jam yang lalu, kembali terlintas di kepala Younghoon. Bagaimana jikalau Juyeon mungkin terlampau penasaran dan menanyakan akan apa alasan dari aksi kurang ajarnya tadi? Sungguh sangat menyedihkan seandainya Younghoon menjawab jujur dengan berkata jika tubuhnya bergerak sendiri.

Alasan macam apa itu?

Younghoon menggelengkan kepalanya—seperti yang Juyeon lakukan beberapa menit yang lalu. Ia sedikit melirik ke arah Juyeon dan terkejut ketika melihat Juyeon kini tengah tidur dengan posisi menghadap ke arahnya.

"Apa?" Tanyanya seolah-olah merasa tidak tau apa-apa akan maksud dari tatapan tanpa ekspresi milik yang lebih muda. Namun, Juyeon hanya membisu. Raut wajah polosnya membuat Younghoon sempat berpikir keras untuk mengerti dari maksud tatapan itu, sebelum akhirnya ia menyadarinya dan ikut memposisikan dirinya untuk tidur menghadap Juyeon.

Kedua tangannya terulur kehadapan Juyeon. Lelaki itu mulai tersenyum, kemudian bergeser sehingga tubuhnya benar-benar berada didekapan Younghoon. "Kalau ada maunya itu bilang, jangan diem. Untung gue peka."

Juyeon mengabaikan candaan Younghoon. Kedua matanya sudah terpejam sepenuhnya. Juyeon sangat butuh tidur sekarang.

.
[Limerence]
.

Younghoon terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Dengan mata setengah terbuka, ia melihat ke arah Juyeon yang masih tertidur pulas. Wajah bayinya saat tertidur benar-benar membuat Younghoon tidak kuasa menahan senyumnya.

Jemarinya membelai wajah Juyeon dengan sangat pelan. Bisa dibilang bulu matanya terlihat cukup lentik saat ia sedang tertidur seperti ini. Bibirnya sedikit terbuka, namun cukup untuk memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Baru kali ini Younghoon melihat Juyeon tertidur begitu nyenyak seperti ini. Biasanya ia akan terbangun bahkan ketika merasakan gerakan maupun suara sekecil apapun. Telinganya sepertinya cukup peka akan suara.

Kali ini tatapan Younghoon terpaku ke arah kerah baju tidur yang Juyeon pakai. Bagian bahunya sedikit tersingkap sehingga membuat tulang selangkanya yang menonjol terekspos begitu saja.

Younghoon menelan ludahnya gugup. Lagi-lagi tubuhnya memegang kendali. Entah sejak kapan ia kini telah berada tepat di atas Juyeon.

Bibirnya mengatup rapat. Objek perhatiannya masih tertuju ke arah leher milik sang adik. Collarbone itu benar-benar memikatnya. Ide gila terus-menerus menghantui pikirannya. Dan Younghoon mungkin sudah kehilangan akal sehatnya karena saat ini ia sudah dikuasai oleh nafsunya sendiri.

Kepalanya turun sehingga mulutnya kini telah berada tepat didepan collarbone tersebut. Tidak berselang waktu lama, bibirnya langsung menyentuhnya tanpa permisi. Aroma manis yang keluar dari tubuh Juyeon justru semakin membuatnya merasa kalut.

Bibir tipisnya mengecup collarbone itu berulang kali. Ketidaksabaran membuat Younghoon tanpa sadar menggigitnya dengan sangat kuat sehingga Juyeon yang tertidur pulas pun dibuat meringis, namun tidak serta-merta membuatnya terbangun.

Menggigit, menghisap, menjilat. Gerakan itu ia lakukan berulang kali sehingga membuat bekas gigitannya semakin terlihat jelas. Ruam kebiruan yang nyaris berwarna ungu kini menodai kulit putih Juyeon. Younghoon mengakui jikalau ini salah, dia tidak punya hak untuk melakukan ini. Tindakannya saat ini nampak seakan ia berusaha menandai Juyeon sebagai miliknya. Bahkan disaat ia sendiri masih mempertanyakan akan hubungannya dengan Juyeon yang hanya sebatas saudara tanpa ikatan darah yang sama.

Apa yang salah dengannya akhir-akhir ini?

.
[Tbc]
.

Can i have a vomment, please? </3

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang