Enam

58 3 0
                                    

Setelah ijin tidak masuk kerja selama sehari karena kondisi tubuh yang tidak fit, pagi ini aku memutuskan untuk kembali bekerja. Sebenarnya kondisi tubuhku belum seratus persen pulih. Akan tetapi mengingat betapa aku sangat merindukan tingkah konyol murid - muridku dan betapa jenuhnya aku hanya berdiam diri di kamar seharian, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Bukannya aku mengesampingkan kondisi tubuhku akan tetapi bagiku obat yang paling mujarab adalah hati yang bahagia. Dan salah satu sumber kebahagiaanku saat ini salah satunya ada di murid - muridku itu.

"Good morning students." Dengan senyum lebar aku menyapa anak - anak menggemaskan itu.

"Hore... Miss Vina udah sembuh. Miss Vina bisa ngajar kelas kita lagi." Bukannya menjawab salamku anak - anak itu malah berteriak kegirangan menyambutku di dalam kelas. Keceriaan dan ketulusan mereka dalam menyayangiku membuat semangatku dalam menjalankan tugas untuk mengajar dan mendidik mereka menjadi anak - anak bangsa yang membanggakan semakin berkobar.

"Jangan sakit lagi ya Miss ! Gak seru kalau gak ada Miss Vina." seru Randy si tubuh gempal itu yang diamini oleh anak yang lain. Aku sedikit tidak menyangka kalau anak yang selama ini jarang berbicara itu bisa mengucapkan kata - kata seperti itu. Belum lagi senyum yang begitu tulus terpancar dari wajahnya saat mengucapkan kalimat itu membuatku begitu tersentuh.

"Terimakasih ya anak - anak, kalian begitu peduli sama Miss Vina. Tenang aja Miss Vina gak akan sakit lagi kan udah minum vitamin tadi jadi sekarang dah kuat." Aku berseru yakin seraya menunjukkan otot di lenganku. Entah apa hubungannya yang jelas aku hanya reflek melakukannya.

Hari ini aku mengajak anak - anak kelas 1C untuk ke taman yang letaknya tidak jauh dari lapangan. Satu hal yang kuinginkan saat itu adalah anak - anakku ini bisa mendapatkan semangat belajar dengan cara belajar yang lebih variatif seperti belajar langsung dari alam.

"Seperti yang Miss jelasin tadi di dalam kelas, sekarang kalian punya tugas. Tugas ini harus dikerjakan per kelompok." Anak - anak itu mengangguk. Entah karena paham atau hanya sekedar formalitas agar aku yakin mereka benar - benar mendengarkan penjelasanku. Entahlah.

"Kalian akan Miss bagi jadi dua kelompok. Kelompok satu menuliskan nama benda hidup yang kalian temukan di taman. Sedangkan untuk kelompok dua menuliskan contoh benda tak hidup. Sudah paham semua ?" Tanyaku sebelum membagi kelompok mereka.

"Sudah Miss," jawab mereka serempak.

Aku membagi mereka dengan dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari siswa perempuan sedangkan kelompok kedua terdiri dari siswa laki - laki.

Setelah memberikan pengarahan semua siswa mulai melakukan tugasnya. Ada yang mengamati tanaman, ada yang sibuk berdebat, ada yang menulis, bahkan ada yang bercanda. Sesekali aku harus mengingatkan mereka agar lebih fokus. Mengajar di luar kelas seperti ini memang lebih berat karena harus ekstra dalam pengawasan. Meskipun berat aku suka melakukannya. Bagiku yang penting anak - anak bahagia dan bisa menikmati proses belajar ini dengan baik. Hal itu sepadan dengan wajah antusias yang ditunjukkan oleh anak - anak ini dalam mengikuti pelajaran.

"Ayo anak - anak sekarang semuanya kumpul ! Waktunya sudah habi. Sekarang kita akan kembali ke dalam kelas." Ucapku dengan suara nyaring agar suaraku dapat terdengar oleh anak - anak yang jaraknya jauh dariku.

Setelah semua masuk ke dalam kelas aku meminta anak - anak mengumpulkan hasil pengamatannya di atas meja guru.

"Sekarang siapa yang mau menceritakan apa saja yang kamu lihat di taman ?" Aku mengedarkan pandanganku ke sepenjuru kelas. Dapat kulihat antusias anak - anak kelas 1C. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya anak yang mengacungkan jarinya ke atas untuk mendapatkan kesempatan bercerita.

"Saya Miss...Saya Miss." Mereka berlomba untuk mengacungkan jarinya. Aku begitu senang melihat suasana kelas yang interaktif seperti ini. Sedari dulu aku membayangkan suasana kelas yang tidak kaku seperti ini. Aku juga senang ketika anak - anak itu akhirnya tidak hanya duduk diam di kelas mendengarkan guru menjelaskan materi tetapi juga berani mengutarakan pendapatnya.

"Ok... ok... Gak usah berebut ya. Semuanya pasti dapat giliran kok. Ayo dimulai dari barisan paling depan !" Seruku menengahi.

Satu persatu dari mereka pun mulai maju ke depan mengutarakan apa yang mereka lihat.

"Miss...tadi Feli lihat ada bunga di taman. Bunga itu ada durinya deh. Terus Feli juga lihat ada cacing. Ihhh geli." Si tomboy Felicia bergidik ngeri membayangkan hewan yang bernafas menggunakan permukaan kulit yang basah itu.

"Kalau saya sih tadi lihat pohon mangga, pohon jambu sama pohon bambu Miss. Oh ia Miss pohon bambu itu ada durinya juga ya? Tadi pas saya pegang tajam - tajam terus habis itu tanganku gatal deh." Seru Dodo seraya menggaruk - garuk telapak tangannya yang tampak memerah karena terlalu sering digaruk.

"Itu bukan duri, Do. Namanya gelugut. Kalau dipegang akan menempel di tangan dan membuat gatal." Aku meluruskan pernyataan Dodo lalu segera menyuruhnya mencuci tangan menggunakan sabun untuk menghilangkan rasa gatal yang ditimbulkan akibat memegang gelugut tadi.

"Nah, sekarang siapa yang bisa sebutin contoh benda hidup dan benda tak hidup yang tadi kalian temukan di taman ?" Kembali anak - anak ini berebut untuk menjawab pertanyaan yang baru saja kulontarkan.

"Ayo seperti tadi saja ya, kalian ke depan satu per satu secara bergantian." Kembali aku harus menjadi penengah perdebatan yang sudah mulai memanas. Masing - masing anak berebut ingin menjadi yang pertama maju ke depan untuk bercerita.

"Benda hidup yang saya lihat ada bunga mawar, anggrek, rumput, pohon mangga, pohon jambu, sama pohon bambu Miss." Elyn siswi berambut panjang itu menjelaskan dengan rinci apa yang dia lihat. Elyn adalah salah satu siswi berprestasi di kelas 1C jadi tidak perlu heran jika dia bisa menjelaskan dengan baik hasil pengamatan yang dilakukannya.

"Benda matinya ada banyak Miss. Ada batu, pot, botol plastik sama satu lagi miss kecoa mati." Seluruh isi kelas tertawa mendengar penuturan Yosi siswa yang terkenal akan kepolosannya.

"Kecoa mati termasuk benda hidup atau tak hidup ?" Tanyaku pada seluruh siswaku itu. Kali ini suara mereka terbagi dua. Ada yang mengatakan benda hidup dan ada yang mengatakan benda tak hidup.

"Yosi coba kamu jelaskan sama miss dan teman - temanmu kenapa kecoak mati kamu sebut sebagai benda tak hidup ?" Tanyaku pada siswa yang berdiri di sampingku itu. Aku ingin mendengar langsung apa yang ada dipikirannya itu.

"Kan Miss bilang tadi waktu di kelas, kalau benda tak hidup itu gak bernafas, gak bergerak sama gak berkembang biak. Kan kecoanya sudah mati miss jadi dia sudah gak bernafas terus udah gak bisa terbang atau jalan sama gak bisa punya anak lagi Miss." Ujar Yosi dengan berapi - api menjelaskan pendapatnya.

Aku tersenyum mendengar penuturan siswaku itu. Ada kebanggaan di dalam hatiku ternyata dia mengingat semua apa yang pernah aku jelaskan di kelas. Aku juga bangga dia bisa menjelaskan sedetail mungkin karena aku tak pernah menyangka pemikirannya bisa seluas itu. Benar kata pepatah " Don't judge a book by it's cover." Jadi jangan pernah menilai seseorang hanya dari luarnya saja.

***

  

Pariban "Aishite Imasu" ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang