19. Almost

1.1K 111 14
                                    

Sesampainya dua sejoli tersebut di apartemen, Zefanya kemudian buru-buru izin ke Kevin untuk pergi ke kamarnya agar bisa mengganti bajunya dengan piyama bebek kesukaannya sambil menguncir rambutnya asal.

"Aku kemarin bikin cookies, kamu cobain deh" ucap Zefanya sambil menaruh setoples cookies coklat dihadapan Kevin.

"Enak," ucap Kevin yang sudah menguasai toples berisi cookies di pangkuannya sambil menonton series Netflix dengan serius.

"BANGSAT!" maki Zefanya ketika melihat bahwa ada tugasnya yang ditolak melalui email-nya, hal tersebut membuat Kevin terkejut kaget.

"Sorry," ucap Zefanya ketika sadar bahwa dirinya sedang tidak sendirian di apartemennya.

"Nggak papa Zefanya, santai aja sama aku mah. Kamu lagi ngerjain apa sih?" tanya Kevin sambil duduk mendekat di samping Zefanya.

"Biasa, dari dulu kan disuruh bikin planner bisnis pariwisata terus dari S1 juga, aku enek banget urusan sama angkanya itu loh," ucap Zefanya yang jarinya masih sibuk mengetikkan sesuatu di laptopnya.

"Kamu mau pulang kapan?" tanya Zefanya ke Kevin yang sudah merebahkan dirinya di samping Zefanya.

"Nanti aja," jawab Kevin.

"Aku udah bilang belum kalo lusa ada party agensi?" tanya Zefanya yang dibalas gelengan kepala oleh Kevin.

"Ke sananya sama siapa? Aku nggak bisa nganter, udah mulai latihan kan," jawab Kevin yang diangguki oleh Zefanya.

"Ih nggak papa, aku nggak minta dianter tau! Ini kan aku bilang dulu, biar kamu tuh gak usah nanya terus sama Ifa aku dimana, sama siapa," jawab Zefanya.

"Aku punya claymask, kamu mau maskeran? Nih muka kamu berminyak banget," ucap Zefanya sambil menoel-noel pipi Kevin.

"Yaudah kamu yang pakein," ucap Kevin pasrah.

"Vin jangan makan dulu, ini nanti retak!"

"Astaga Kevin, dibilangin jangan makan dulu juga!"

"Kevin Sanjaya Sukamuljo, bisa diam nggak sih?!!! Nanti maskernya retak!!!"

Zefanya melambaikan tangannya pada punggung Kevin yang berlalu pergi meninggalkan unit apartemennya, ia kemudian kembali masuk untuk melanjutkan tugas kuliahnya.

Paginya, Zefanya terburu-buru untuk segera pergi ke suatu pemotretan para model di agensinya untuk kemudian melanjutkannya dengan makan siang dan party hingga malam.

Zefanya tidak suka keramaian, semua orang di dekatnya tahu betul hal itu, bar yang disewa penuh oleh agensinya saat ini benar-benar terasa sesak, entah itu dipenuhi oleh asap rokok dan bau alkohol menyebar dimana-mana, membuatnya yang duduk sendiri di salah satu bangku di pojok ruangan sesekali terbatuk, beberapa model laki-laki sudah mulai banyak yang turun di lantai dansa sambil menggoda banyak model lawan jenis.

Zefanya sudah setengah mabuk, ia lumayan banyak minum vodka sejak tadi, jadi ia memutuskan untuk tertidur sebentar di meja agar bisa membuat kesadarannya menjadi lebih baik.

Zefanya merasa bahunya di sentuh oleh seseorang dan hal tersebut cukup membuatnya terganggu sehingga langsung menegakan tubuhnya.

"Mau minum lagi?" tanya seorang laki-laki berwajah tampan dengan kemeja hitam  yang terlihat sempit di badannya yang cukup fit.

"No, thankyou," jawab Zefanya mencoba membalas.

"Jadi, mau istirahat di kamar?" tanya laki-laki tersebut membuat Zefanya terdiam.

Rumor tentang laki-laki bernama Lucky di hadapannya memang bukan main-main, hampir semua model di agensi pernah menawarkan dirinya dengan sukarela untuk bercinta satu malam dengan pria tampan tersebut, kecuali Zefanya, ia sama sekali tidak tertarik, terlebih pada penjahat kelamin di hadapannya.

"Go to hell," jawab Zefanya mencoba menarik pergelangan tangannya yang sudah dicengkeram erat oleh Lucky.

Ini bukan pertama kalinya keduanya bertemu, Zefanya sudah hampir belasan kali photoshoot bersama Lucky, dan ini juga bukan pertama kalinya Lucky menggoda Zefanya yang selalu berakhir dengan penolakan.

"No, we will go to heaven Zefanya, with me. Wanna do it?" tanya Lucky.

"FUCK YOU!" teriak Zefanya ketika badannya ditarik dengan mudahnya oleh Lucky.

Lucky dengan mudahnya membanting badan mungil Zefanya ke kasur, membuat Zefanya untuk pertama kalinya merasakan takut karena terancam oleh orang lain.

"DON'T YOU DARE!!!" teriak Zefanya lantang ketika melihat Lucky sudah bersiap untuk melakukan sesuatu yang buruk padanya.

BUG

Zefanya mendaratkan pukulan di wajah Lucky ketika wajah pria itu mulai mendekatinya sehingga membuat sudut bibirnya terlihat sobek.

Lucky terlihat marah dan kemudian ia melempar badan Zefanya ke sudut ruangan sehingga membuat punggungnya bertabrakan dengan dinding secara keras, Zefanya kemudian meringis. Pistol yang biasa ia bawa kemanapun, tertinggal di slingbag miliknya yang tertinggal di meja tempatnya duduk.

Badan Lucky yang cukup besar membuat nyali Zefanya sedikit ciut, belum lagi punggungnya sakit karena terhantam tembok.

"Saya akan bawa kamu ke surga Zefanya, kamu nggak berminat untuk ikut?" tanyanya sambil tertawa.

Zefanya teringat dengan dompet kartu di saku rok denim miliknya, dompet tersebut berisi kartu yang nyatanya adalah pisau kecil yang cukup tajam dan itu dapat melukai seseorang.

Lucky menghampiri Zefanya yang masih duduk meringkuk di sudut ruangan sambil bersiap untuk membuka celananya sampai Zefanya dengan senyuman picik menusuk paha Lucky dengan tiga kartu berisi pisau kecil tersebut membuat yang di tusuk roboh seketika.

"Just letting you know that i'm recording all of our talks," ucap Zefanya kemudian bangkit berdiri.

Zefanya mungkin akan kalah saat berkelahi dengan adu fisik bersama pria besar macam Lucky, tapi ia tidak mungkin kalah dengan kecerdikannya juga senjatanya.

"Saya akan bawa kamu ke penjara Lucky, lupain tentang surga, kamu akan ngerasa seperti di neraka mulai besok," ucap Zefanya sambil meninggalkan Lucky yang masih duduk tak bergerak.

Zefanya telah menghubungi Ethan dan Ifa sedari tadi, tapi tak satupun dari mereka yang mengangkatnya sambungannya, belum lagi punggungnya masih sakit sehingga membuat pernafasannya kadang terasa sulit.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, membuat Zefanya makin was-was, belum lagi tentang si bajingan yang baru beberapa saat ia tinggalkan tersebut kemungkinan besar masih bisa mengejarnya mengingat badannya yang lumayan besar.

Zefanya mencari kunci mobilnya secara terburu-buru di slingbag, ketika mendapatkannya ia langsung bergegas berlari menuju mobilnya yang ternyata diikuti dari belakang oleh Lucky.

Zefanya berhasil memasuki mobilnya dengan nafas tak karuan, Lucky yang melihat Zefanya masuk ke mobil hampir saja memecahkan kaca mobil perempuan tersebut dengan tinjunya, beruntung Zefanya dengan gila memacu mobilnya meninggalkan bar menuju rumahnya, membelah jalan Jakarta dengan kecepatan tinggi mengklakson siapapun yang menghalangi jalannya.

Zefanya selamat dari bahaya, lagi.

𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang