Kembali, semesta mempertemukan keduanya secara tidak sengaja. Dengan latar hujan yang sama. Dan pada senja yang berbeda.
—22 Oktober 2017
"Aku mau move on. Buang saja fotonya." ucapnya. Lalu membuang muka ke arah luar jendela. Memandangi keramaian jalan raya.
"Emangnya, udah dapat rumah baru untuk singgah?"
"Belum, Tari. Sudah ku bilang, aku butuh rumah bukan hanya untuk singgah. Melainkan untuk pulang. Bukan seperti Hyunjin. Yang gak pernah menganggap aku rumahnya."
***
Sialan.
Sudah berapa kali si Luna mengumpati saudarinya, Tari. Gadis itu malah pulang bersama sang kekasih.
Meninggalkan ia sendirian di halte bus, padahal Luna tak membawa uang lebih untuk naik kendaraan umum.
Hingga bunyi bel sepeda ontel membuat lamunannya buyar seketika.
"Lho, beneran kamu ternyata." ucap sang pria yang belum turun dari sepedanya.
"Jaemin? Ngapain?"
"Nih, habis belanja." Jaemin menunjukkan kantung kresek yang berisi sayur dan kawan-kawannya. "Kamu sendiri, ngapain di sini?"
"Nunggu jemputan."
"Saya temenin, ya? Petang begini bahaya." Jaemin memarkirkan sepedanya di samping halte. Sedikit memberi jarak untuk duduk di sebelah Luna.
"Kamu tinggal sendirian, Jaem?" Jaemin mengangguk dengan senyuman terpatri di wajahnya.
"Iya. Ayah sama ibu cerai. Jadi, saya milih tinggal sendiri."
"Ah. Maaf." ucap Luna yang dibalas gelengan oleh Jaemin. Mengatakan bahwa ia tak apa-apa.
"Oh iya. Fotonya sudah diberikan sama Tari?" Luna mengangguk samar.
"Sudah. Tapi, aku buang fotonya Hyunjin."
"Lho, kenapa?" alis Jaemin bertaut.
Luna menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Jaemin, "Aku marah sama dia."
Luna menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Terlalu keras hingga menimbulkan bunyi yang membuat Jaemin panik. Benar-benar marah rupanya.
"Aduh. Hyunjin sialan!"
Lihat siapa yang ia salahkan. Bukannya berhati-hati, ia malah memaki seseorang yang berada jauh di negeri seberang.
"Luna, Luna." Jaemin menggelengkan kepalanya, melihat Luna yang masih mengusap bagian belakang kepalanya.
"Tuh kan, hujan. Kak Jeff lama banget sih." Luna menggerutu sebab rintik air mulai berjatuhan dari langit.
Luna terus mengeluh, sedangkan Jaemin malah tersenyum bodoh ketika melihat ekspresi yang dibuat gadis itu.
"Mau saya antar?"
.
Luna duduk di boncengan sepeda Jaemin. Dengan jas hujan berwarna abu-abu, yang membuat tubuhnya nampak tenggelam.
"Jaemin, kenapa gak kamu aja yang pakai?"
"Saya mah gampang. Nanti kalau kamu sakit, saya yang dimarahi sama kakak kamu." Luna terkekeh, walaupun Jaemin tak dapat mendengarnya sebab hujan mulai gencar turun ke bumi.
"Eh, tapi kalau kamu yang sakit, makin repot dong!"
"Nggak, saya kebal kok."
"Bandel juga kamu ini." Jaemin tertawa, ketika menerima pukulan pada pundaknya. Mengayuh sepedanya lebih cepat, sebab tak ingin si gadis terserang demam.
Kiranya, hampir setengah jam berlalu. Hingga sepeda milik Jaemin, berhenti di depan pagar rumah berwarna hitam.
"Kak Jeff!" Teriakan Luna membuat Jaemin refleks menutup kedua telinganya.
Teriakan Luna sudah sangat nyaring.
Namun, tak ada tanda-tanda bahwa rumah dengan tembok putih itu ada penghuninya.
Luna berdecak, sudah ia pastikan sang kakak tertidur atau sedang bermain dengan PS terbarunya.
Dengan bodohnya, Jaemin malah terus memandang wajah Luna yang nampak sekali guratan kesal. Alisnya bertaut, bibirnya melengkung ke bawah, danㅡpipinya merona.
"Jaemin, ayo bantuin teriak. Kakakku kalau tidur kayak orang mati." Jaemin yang terkejut, langsung mengiyakan perkataan Luna.
"Permisi."
"Ih. Bukan gitu, Jaemin. Beginiㅡ KAK JEFF!" Jaemin tersentak. Dan mengangguk kembali setelahnya.
Satu tarikan nafas, "KAK JEㅡ" lalu pintu terbuka. Menampilkan pria dengan kaos hitam dan celana selutut. Menatap Jaemin dengan tatapan horor.
Mampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejagat.
Fanfictionft. Na Jaemin Semesta tahu, apa yang penghuninya butuhkan, bukan apa yang diinginkan. Start : 21 Juli 2020