Thirty-Two

341 48 3
                                    

Dengan nafas terengah-engah Wonho, Hyunwoo dan Hyungwon akhirnya sampai di tempat tujuan mereka. Wonho menelan saliva merasakan gugup saat ia melihat gudang tua dihadapannya. Suasana sepi, langit gelap dan penerangan yang minim menambah kesan buruk pada tempat itu.

"Ka-kalian yakin ini tempatnya?"

Hyungwon mengangguk mantap guna merespon pertanyaan Wonho.

Hyunwoo menggulung lengan kemejanya. "Kalian tunggu di sini. Hubungi polisi jika dalam sepuluh menit aku tidak kembali."

"Hyung."

Langkah Hyunwoo terhenti karena Hyungwon menariknya. Ia berbalik, menatap Hyungwon yang tak kalah khawatir dengannya. "Why?"

Hyungwon menggelengkan kepalanya. "Jangan lakukan semuanya sendiri. Kami bersamamu. Kita harus pergi bersama."

Hyunwoo memeluk Hyungwon. "Terimakasih karena sudah menemani masa sulit Kihyun dan Changkyun selama ini. Aku sangat menyesali semua perbuatanku yang akhirnya justru memberatkan kehidupan mereka." Ujar Hyunwoo. "Sekarang. Waktu yang tepat bagiku untuk membalas semua dosaku pada Kihyun dan Changkyun... aku harus membawa Kihyun kembali, walau dengan nyawaku sebagai taruhannya.

Jika aku tidak kembali. Tolong bawa Kihyun dan bayiku pergi... selamatkan mereka... aku berhutang padamu seumur hidupku, Wonnie."

Hyunwoo menatap Wonho. Seolah mengerti, Wonho meraih tangan Hyungwon agar melepas pelukannya dan membiarkan Hyunwoo masuk ke dalam gudang itu.

"Hyung!"

Wonho memeluk erat tubuh Hyungwon yang terus memberontak berusaha melepaskan diri. "Biarkan dia pergi."

"Lepas. Di dalam sana berbahaya. Hyung. Apa kau gila?"

Wonho semakin mempererat pelukannya. "Sorry, Babe ... kita harus bertahan di sini, untuk mereka."

Hyungwon mendudukkan tubuhnya dengan asal. Ia mengusap dengan kasar air mata yang mengalir melalui sudut matanya.

"Harusnya aku tidak membawa Kihyun menemui Ayah." Ujar Hyungwon dengan frustrasi. "Bajingan tua itu... dia pasti otak dalam rencana penculikan ini. Aku yakin!!!"

"Babe..."

Hyungwon memeluk kedua lututnya. "Ayah tidak setuju dengan rencanaku untuk menikahi Kihyun. Ayah hanya peduli dan hanya ingin menguasai semua harta warisan yang ku miliki..."

Hyungwon menatap Wonho yang terdiam di sampingnya.

"Ayah membunuh Ibuku, hyung. Bajingan tua itu menenggelamkan tubuh Ibuku di laut dengan alasan Ibu telah berselingkuh dengan koleganya... aku tau alasan yang sebenarnya, semua karena Ayah mengira Ibu yang akan mendapatkan semua harta itu. Tapi nyatanya, justru semua kekayaan itu jatuh padaku.

Sekarang... Ayah mengincarku melalui Kihyun... hyung, semua ini salah ku."

Wonho memeluk erat tubuh Hyungwon yang bergetar hebat. "Jangan salahkan dirimu untuk semua kejadian yang tidak pernah kau ketahui kebenarannya, Babe... lindungi hidupmu, lindungi Kihyun yang sangat kau cintai, dan lindungi Changkyun yang sangat kau kasihi. Lindungi mereka..."

Wonho menangkup wajah Hyungwon dengan kedua tangannya. "Aku percaya padamu."

Hyungwon mengangguk dalam pelukan Wonho.

"Aku percaya padamu. Kau pasti bisa menghentikan semua rasa sakit ini... aku sangat percaya padamu."

Wonho hanya mampu mendekap tubuh yang selama ini selalu terlihat tegar dan kuat. Ia mengerti, walau kini hati dan cinta Hyungwon belum bisa ia miliki. Tapi dengan sekuat mungkin Wonho mencoba merelakan dan membiarkan Hyungwon mengambil waktu untuk melepas semua rasa itu perlahan-lahan.

"Aku mencintaimu..."

***

Hyunwoo memeriksa setiap ruangan di dalam gedung itu. Pandangannya terhambat karena tak ada satupun penerangan pada ruangan itu. Pengapnya udara di dalam sana turut menjadi penghambat langkah kakinya.

Dengan hati-hati Hyunwoo menyusuri lorong yang terasa semakin panjang di setiap langkah kakinya.

"Where are you, Love"

Hyunwoo terus melangkahkan kakinya. Setiap doa dan harapan terucap dalam hatinya tanpa henti. Berharap jika Tuhan masih mengasihinya dan berharap Tuhan memberinya kesempatan untuk menemukan kembali cintanya. Hyunwoo menaruh harapan besar pada dirinya, dan Tuhan yang ia percaya selalu ada bersamanya.

"Aaaaaaakkkk!!!"

Hyunwoo menghentikan langkahnya saat ia mendengar dengan jelas suara teriakan dari salah satu ruangan pada. Suara yang ia yakini adalah milik Kihyun.

"Kihyun-aa??"

Hyunwoo berlari. Terus berlari menyusuri lorong itu berharap jika Kihyun benar-benar berada di sana tak jauh darinya. Lorong itu terasa semakin panjang, dan tak berujung.

"Di sana"

Dengan nafas yang memburu Hyunwoo masuk ke dalam satu-satunya ruangan yang memiliki penerangan. Mata Hyunwoo terbelalak saat ia melihat dengan jelas tubuh Kihyun terbaring di atas lantai yang kasar dan dingin. Hyunwoo mengepalkan kedua tangannya. Ia memejamkan mata, membayangkan rasa sakit yang Kihyun rasakan seorang diri tanpa dirinya.

Hyunwoo terdiam. Manik matanya menangkap sosok berpakaian serba hitam berjalan mendekati tubuh Kihyun yang tak sadarkan diri. Hyunwoo gusar, tapi ia tak boleh melakukan hal yang justru bisa membuat Kihyun dalam bahaya.

"Bertahanlah, Love."





















.
.
.





















#tbc
ga tega😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Happiness For You [Son Family]🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang