Kanbe Suzue menoleh pada Kambe Daisuke yang keluar dari ruangan kamarnya di kediaman Kambe. Keduanya saling pandang sebelum mengangguk. Mereka berjalan keluar bersamaan dengan langkah elegan yang lembu, sesuai dengan kebiasaan mereka di dalam keluarga besar itu. Sekaligus kalangan mereka yang merupakan kalangan elit dan teratas.
"Waktunya, Daisuke-sama."
Lelaki itu mengeryit. "Ah."
"Pastikan ini menjadi yang terakhir bagi Haru-san untuk terluka." Daisuke melirik Suzue yang tidak meliriknya. "Saya yakin, Daisuke-sama pun memikirkan hal yang sama."
Surai hitam itu menyentuh cincin di jari kiri manisnya. Dia menyipitkan matanya.
"Ah. Kupastikan itu."
Keduanya yang melewati ruang keluarga, mendapati kedua orang tua Daisuke duduk di sofa yang tersedia. Keduanya menoleh saat Daisuke dan Suzue datang bersamaan. Kambe Sayuri yang lebih dulu bangkit dari tempatnya duduk.
"Pastikan kau melindungi Haru-san, Daisuke."
Surai hitam itu mendapati sang bunda menyentuh kedua lengannya dengan tangan mungilnya. Dia merasakan kehangatan yang mirip dengan sentuhan Haru. Lembut dan menghangatkan. Daisuke memejamkan matanya sambil tersenyum.
"Tentu, ibu."
Dirinya menoleh saat sang ayah menghampiri keduanya. Ekspresinya serius dan terlihat tegas. Daisuke melihatnya menyentuh kepalanya dengan rambut yang sudah rapih.
"Berjuanglah, Daisuke."
Surai hitam itu mengangguk sebelum akhirnya melangkah keluar. Ketiganya melihat lelaki yang menjadi penerus keluarga Kambe itu merapihkan dasinya sebelum melihat sebuah mobil hitam sudah menunggu di depannya. Dirinya turun dan memasuki mobil itu tanpa ragu. Dengan kecepatan dan gaya menyetirnya, mobil itu melesat menghilang dari kediaman Kambe dan keluar dari pintu gerbang yang besar dan megah.
Suzue mengeryit dan menyentuh dadanya sendiri. "Daisuke-sama, Haru-san."
Haru terkejut mendengar suara decitan mobil yang diinjak rem-nya dengan agak keras. Setelah mengunci pintu apartemennya, Haru melongok dari beranda jalur keluar masuk apartemennya. Dia melihat sebuah mobil hitam sudah menunggu di bawah.
Kaca mobil pun turun memperlihatkan sosok Daisuke yang memakai kacamata hitam dengan gaya yang mewah, sombong dan seolah merendahkan.
"Cepatlah sebelum kutinggal, Inspektur Katou."
"Iya, iya,"
Haru menuruni tangga dan melangkah dengan segera menuju mobil hitam itu. Dia meraih kursi penumpang dan memakai sabuk pengaman. "Daisuke-"
Haru terkejut dengan alur mobil yang terasa biasa dan tidak ngebut seperti biasanya. Dia melihat Daisuke menyetir dengan tenang dan anggun, lebih dari biasanya. Tanpa berekspresi apapun.
"Daisuke?"
"Aku tidak apa-apa, bila kau bertanya."
Surai coklat itu tersenyum. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang dan mendesah panjang. Daisuke melirik pada sesuatu yang ada di bawah kaki Haru.
"Aku penasaran dengan apa yang kau bawa itu."
"Ini kesukaanmu."
Daisuke mengerjap sebelum menyadari maksudnya. "Bekal makanan buatanmu?"
"Bingo."
Haru tersenyum melihat bagaimana Daisuke jadi bahagia walau ekspresinya cukup datar. Dia fokus pada jalan di hadapannya tanpa mencoba melanggar lalu lintas ataupun memakai kecepatan yang biasa dia pakai lebih dari normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason to be a Hero Once Again - Fugou Keiji
RomanceKatou Haru yang kehilangan orang tuanya kini menjadi sebatang kara. Walaupun keluarganya merupakan keluarga yang disayangi dan dikenal baik oleh banyak keluarga. Termasuk keluarga besar Kambe. Namun itu tidak mengubah kenyataan Haru tidak memiliki s...