“Tyas, dekil banget sih!” gerutu Tara—lelaki yang terpaut lima tahun darinya.
Wajah rupawan Tara jelas di turunkan dari orang tuanya yang memang rupawan dan menawan, memiliki tubuh tinggi dan bentuk badan berotot pas, di tambah rambut hitam berpotongan selalu rapi, hidung bangir, alis tebal dan bulu mata lentik membingkai iris matanya yang berwarna cokelat. Tinggi Tyas bahkan hanya sebatas bahu jika tidak menggunakan alas kaki.
Tara baru sampai rumah dan langsung berkomentar begitu selesai memeluk adiknya yang begitu dia rindukan.
Bibirnya mengerucut “Enak saja aku dibilang dekil!” gerutu Tyas tidak terima.
“Kakak kamu benar, kamu memang terlihat nggak terawat.” Komentar Mami, tentu saja orang tuanya itu tidak akan melewati cara apa pun sampai membuat Tyas kembali tinggal di rumah.
“Tyas mandi kok dua kali sehari, satu bulan sekali masih perawatan juga. Coba aja mami tanya dokter Rei, aku masih datang ke klinik.” Tyas memang setiap bulan rutin perawatan di klinik kecantikan langganan yang di rekomendasikan Mami, dokter Rei adalah sahabat Mami, tentu saja akan laporan jika Tyas tidak pernah datang.
“kecuali Weekend, kamu hanya mandi sehari satu kali.” Mami konsisten mencibir.
Tyas langsung memberi tatapan tajam pada Tara. “Kakak sih!”
Tara tertawa, lalu merangkul adiknya itu dengan sayang. “Sudah-sudah! Lebih baik kita makan malam sekarang.” Papi mengajak mereka makan malam. Mereka memang sengaja menunggu Tara.
“Biar Mami lihat, sudah siap belum.” Mami meninggalkan ruang keluarga tersebut.
Rumah orang tuanya berada di kawasan perumahan modern, terkenal dengan rumah besar dan mewah.
Rumah dua lantai. Fasad Megah di bagian depan membuat identitas yang mewakili kepribadian sang penghuni, pagar tinggi dan kokoh yang menepati wilayah terdepan berwarna hitam selain berfungsi sebagai pengaman rumah, jika dilihat dari desain pilihan orang tuanya juga meningkatkan estetika eksterior rumah, empat pilar yang simetris di bagian depan selayaknya gaya arsitektur klasik.
Sementara bagian dalam terdapat Foyer luas sebagai ruangan yang berisikan karya seni koleksi Mami dan piagam penghargaan Papi serta foto-foto keluarga. Ruang Tamu sebagai jantung rumah lebih terlihat nyaman meski tetap mewah dengan sofa besar berbahan kulit, dinding dan furnitur dengan unsur dekoratif yang unik, tak lupa lampu kristal yang megah menjadi ciri khas ruang tamu di rumah ini jadi mewah dan klasik, rumah terasa sejuk dan semakin mewah dengan aplikasi marmer di lantai dan bagian rumah lainnya, dengan dua tangga yang melingkar menghubungkan dengan lantai atas rumah ini. Di dukung dengan fasilitas serba ada dari dapur, perpustakaan, teater mini dan ruang karaoke, ruang olahraga, sampai kolam renang, taman bunga milik mami, gazebo, lapangan basket di belakang rumah.
Sementara bagian atas ada empat kamar luas yang di fasilitasi toilet di dalamnya, seperti kamar hotel bintang lima. Termasuk kamar Tyas dan satu kamar utama di bagian bawah menjadi kamar orang tuanya.
“Pacar kamu siapa sekarang, Tyas?” Tara merangkul adiknya itu dan berjalan di belakang Papi menuju ruang makan.
“Kalau pun punya, aku nggak akan bilang Kakak!” Tyas cukup ingat bagaimana pacar-pacar Tyas mundur dan menghilang begitu di kenalkan dengan Tara.
Lelaki yang di panggil kakak olehnya ini berubah jadi posesif melebihi Papi, dengan tatapannya saja lelaki yang dekat dengan Tyas pasti langsung merasa terintimidasi.
“Harus dong, Tyas. Mana bisa kakak tahu kualitas mereka, pantas atau nggak buat kamu kalau kakak nggak kenal.”
“Kenal yang dimaksud kakak mengancam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
Literatura FemininaTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...