Chapter 17: Menunggu

54 35 29
                                    

Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya

Haiii gaes!!
Apa kabar? Semoga kita semua sehat selalu dan dalam perlindungan-Nya, Aminnn🙏
Stay at home ya gaes dan taati protokol kesehatan 🤗

O iya, gimana buat part sebelumnya? Semoga kalian suka ya🙏
Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke temen-temen kalian🖤

Selamat membaca✨

***


"Udah sampai," ucap Bryan. "Loh, kok bengong? Sini aku lepas helmnya," sambungnya.
"Kak, kita ngapain ke sini? Aku udah makan loh, kak," tanya Rosa.

***

Bryan memegang tangan Rosa dan mengajaknya masuk ke suatu tempat. Seketika tangan Rosa menjadi dingin, jantung yang berdetak begitu cepat seolah olah ada kupu-kupu yang ingin terbang keluar dari perutnya, dan pikiran yang tak karuan.

"Kamu kenapa?" Bryan bertanya kepada Rosa sebab tangan mungil yang dia pegang sangat dingin dan berkeringat.

What? Kamu? Kok gue jadi merinding ya?  batin Rosa.

Rosa merasa satu hari ini adalah hari keberuntungannya. Pertama, dia begitu senang karena diajak oleh Bryan pergi keluar untuk pertama kalinya. Kedua, dia merasa senang karena sikap ibunya yang sangat baik kepada Rosa. Dan yang ketiga, dia merasa senang karena Bryan memegang tangan Rosa.

"Ros? Kamu sakit? Atau gimana? Bilang sama aku. Kamu pucet banget," Bryan khawatir akan diri Rosa. Padahal yang sebenarnya Rosa tidak sakit, dia hanya terkejut dan tak terbiasa dengan keadaan yang sekarang ini.

Gue sakit? Enggaklah. Gara-gara Lo ni, kak. Deg deg serr jantung gue, benak Rosa

"Ros?" tiba-tiba Bryan mencubit pipi imut gadis itu, sontak membuat Rosa semakin panas dingin atas perlakuannya.

"Eh, kak. Apaan sih! Malu tau, banyak orang," bisik Rosa.

"Kamu sih, dipanggil gak denger-denger. Kamu kenapa? Gak suka ya aku bawa ke sini?" tanya Bryan.

"Bu-bukan gitu, kak. Aku suka kok, suka banget malah," ungkap Rosa dengan semangat.
"Jadi, kok kamu tadi diam-diam aja?" tanyanya sekali lagi.
"Tadi aku lagi mikirin Zanna, kak. Hehehe..." ucapnya.

Bukan! Bukan karena Zanna. Tapi karena perlakuan Bryan yang membuat Rosa terdiam seribu bahasa.

"Oo... gitu. Diakan udah baik-baik aja. Kamu gak usah khawatir. Ya udah deh, kita masuk, yuk!" ajak Bryan sambil memegang tangan Rosa dan kemudian berjalan kedalam restoran yang bisa dibilang cukup mewah.

Jantung Rosa dan seluruh tubuhnya terasa sedang terbang dibawa menuju kebahagiaan yang sebenarnya.

Tapi tunggu dulu! Apa yang ingin dikatakan Bryan, sehingga dia membawa gadis imut itu ke restoran mewah?

"Kakak ngapain bawa aku ke sini? Aku kan udah bilang, kalau aku udah makan tadi," ucap Rosa.
"Kamu kepedean deh! Siapa juga yang mau kasih kamu makan, HA-HA-HA!" Bryan tertawa begitu kencang, sehingga beberapa orang melihat mereka berdua.

"Ih, kak! Nyebelin banget sih! Malu dilihatin orang!" Rosa merajuk dengan memajukan bibirnya serta menekuk kan wajahnya menggunakan tangan di atas meja. Namun itu semua membuat pandangan Bryan seketika berubah.

Melihat wajah Rosa yang begitu imut dan lucu, membuat Bryan memfokuskan matanya tepat berada di bola mata cokelat milik gadis itu.

"Kak?" panggil Rosa. Bryan sama sekali tidak menjawab panggilan itu. Dia masih menikmati pemandangan yang indah didepannya. Siapa lagi pemandangan yang indah kalau bukan Rosa.

Rosa(and)Bryan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang