8. Amnesia

114 7 0
                                    

"kak elias..."

Elias menghentikan langkahnya saat suara anak kecil yang begitu familiar meneriaki namanya. Saat ini ia serta orang tua dan Tasha baru saja sampai dirumah, dan seperti biasa Joan anak berumur sepuluh tahun itu mengajaknya bermain. Lebih tepatnya meminta Elias mengajarinya bersepeda, main basket, bola dan sebagainya. Walaupun tidak setiap saat Joan ke rumahnya, karena anak itu tahu kesibukannya dikantor.

"Joan, mau main apa??"

"kak, ajarin Jo naik sepeda yuk. Mumpung masih sore nih.." ajak Joan

Elias melihat jam yang ada ditangannya, masih pukul lima sore dan sepertinya ia juga butuh refresing.

"ya udah, Jo tunggu kakak ditaman depan ya. Kakak ganti baju dulu"

Elias pun segera masuk ke dalam kamarnya dan mengganti kemejanya menjadi kaos polos serta celana olahraga pendeknya. Tanpa membuang waktu ia pun keluar dari kamarnya.

"Lo ikut gue, cepetan ganti.."

Tasha yang baru aja dari dapur terkejut saat mendapati Elias yang berdiri didepannya, bahkan Elias memintanya untuk ganti pakaian.

"jangan bengong, gue mau ke taman depan. Lo nggak bosen apa dikamar mulu, cepetan gue tunggu lima menit. Kalau lebih, gue tinggal" ucap Elias lagi dan menuruni tangga

Taman. Kayaknya asik. Batinnya

Tanpa buang waktu, Tasha mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Kaos serta celana training panjang, rambut yang biasa ia gerai kini diikatnya dengan rapi.

"kalian mau kemana??"

Agatha menatap ke arah Tasha dan Elias yang saat ini sudah membuka pintu utama.

"keluar bentar, ma. Ketaman depan.."

"ya udah hati-hati.."

Agatha tersenyum senang melihat Elias dan Tasha yang mulai akrab, semoga saja mereka semakin dekat dan bisa menumbuhkan rasa diantara keduanya.

"Lo bisa kan naik sepeda??"

Tasha menatap kearah sepeda berwarna merah muda yang disewakan oleh Elias. Dalam hatinya, ia bingung sendiri apa ia bisa mengendarai sepeda itu. Perlu diingat, jika Tasha mengalami lupa ingatan selama satu tahun ini, dan selama satu tahun ini ia tidak pernah diperbolehkan Alfino untuk mengendarai kendaraan roda dua itu.

"malah bengong, Lo bisa kan?" ulang Elias tidak sabaran

"eh.. Dulu kata kakek, aku bisa. Tapi udah lama nggak naik lagi" jawab Tasha

"ck! Selama Lo pernah mengendarai sepeda, pasti bisa. Palingan cuma agak kaku aja, karena udah lama nggak naik.."

Elias masih menyodorkan stang sepeda itu kepadanya, mau tidak mau ia pun mengambil alih sepeda itu dan menaikinya.

"Jo, yuk jalan.."

Elias dan Joan pun mulai mengayuh sepedanya, meninggalkan Tasha yang masih menduduki sepedanya tanpa ada niat untuk mengayuhnya.

Dulu kakek yang ajarin aku. Tapi kenapa aku takut. Batinnya

Tanpa berpikir ulang, ia pun mulai mengayuh sepedanya dengan pelan. Meskipun cukup kaku mengendarai sepeda itu, tapi Tasha bisa menyusul Elias dan Joan yang cukup jauh didepannya.

"yeeeyy... Kak Tasha hebat. Bisa naik sepeda.." seru Joan melihat Tasha yang sudah berada dibelakangnya

"jangan tegang, Lo rileks aja bawanya.." tegur Elias pelan

"namanya juga udah lama nggak bawa sepeda lagi..." bela Tasha

Tasha mengayuh kembali sepedanya dengan pelan, bahkan tubuhnya tidak sekaku sebelumnya. Jarak antara Elias, Joan dan dirinya pun tidak sejauh tadi. Bahkan beberapa orang yang berlari, serta bersepeda seperti mereka juga banyak. Taman seluas ini cukup ramai dikunjungi beberapa orang, apalagi banyak pohon tinggi yang membuat taman ini semakin nyaman.

Tasha ( Sayangi Aku Mama) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang