Kihyun mengernyitkan dahinya merasakan ngilu dan perih pada pergelangan tangannya. Bagian yang terikat tanpa pelindung apapun membuat tali yang mengikatnya mampu menggores kulit sensitif Kihyun dengan mudah.
Keadaan terasa semakin terasa panik ketika Kihyun kesulitan untuk membuka mata akibat ikatan kain hitam yang cukup kencang menutupi kedua matanya. Dengan susah payah ia berusaha untuk menggerakkan kedua kaki dan tangannya, berharap ikatan itu akan terlepas.
"B-bagaimana ini... ugh... sakit sekali."
Kihyun bernafas lega ketika ia merasakan ikatan pada kakinya sedikit longgar. "Baby..."
Drap
Drap
Drap
Tubuh Kihyun menegang. Suara langkah kaki terdengar mendekat kearahnya. Dengan gusar Kihyun terus berusaha untuk melepas ikatan pada kedua tangannya, walau ia tahu usahanya takkan pernah berhasil karena ikatan itu terlalu kuat untuknya.
"Kau sudah sadar, hmm?"
Kihyun menundukkan kepalanya. Suara wanita terdengar jelas di dekatnya.
"Ku kira kau sudah mati. Ternyata, kau cukup kuat."
Kihyun menggigit bibir bawahnya. "Minhye..."
Sekujur tubuh Kihyun terasa meremang ketika ia merasakan hembusan nafas tepat di dekat telinganya. "Wow. Kau mengenaliku?"
Kihyun menggoyangkan bahu kanannya, berusaha untuk menjauhkan wajah Minhye dari telinganya. "Kenapa kau melakukan semua ini padaku, apa maksudmu?"
Gelak tawa terdengar menggema di dalam ruangan itu.
"Minhye. Lepaskan aku... aku tengah mengandung, kenapa kau melakukan hal berbahaya seperti ini... ku mohon, lepaskan aku dan bayiku... lepaskan kami" Ujar Kihyun dengan suara yang bergetar.
Kihyun kembali menggigit bibir bawahnya ketika mendengar sebuah benda terlempar dan menghantam dinding.
"Aku tidak peduli... tentang dirimu, bayimu, anakmu, semua hal yang ada dalam hidupmu. Aku tidak peduli, Yoo Kihyun!!!" Ujar Minhye dengan nada suara yang meninggi. "Kau mengambil Hyunwoo dari hidupku... kau merebutnya ketika kami akan menikah. Aku membencimu!!!"
Minhye mencengkeram dagu Kihyun dengan kasar hingga kuku-kuku jarinya menancap dikedua pipi Kihyun. Kihyun meringis. "M-minhye..."
Minhye terkekeh. "Hihi... mungkin, sebaiknya... kau ku musnahkan lebih dulu. Kemudian... bayi sialan ini."
Bugh!
Kihyun tersungkur karena Minhye mendendang wajahnya. Darah segar kini mengalir melalui hidungnya.
"M-maaf..."
"Hmm?"
Minhye mendekatkan telinganya pada mulut Kihyun. "Apa katamu?"
Kihyun tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi sudah menggenang di pelupuk matanya. "Biarkan anak-anakku hidup..."
Minhye menjambak rambut Kihyun. "Dengarkan aku... Kau dan anak-anak mu itu. Harus. Mati!"
Minhye melempar kepala Kihyun hingga membentur lantai. Kihyun membuka mata perlahan, ia merasakan pusing dan nyeri yang menyerang secara bersamaan.
Isakkan terdengar di dekatnya. Kihyun mencoba mengangkat wajahnya perlahan.
"Aku iri padamu. Kihyun-aa. Kau bisa mendapatkan segalanya." Ujar Minhye dengan tatapan yang terlihat kosong. "Saat Hyunwoo bersamaku. Wajahmu masih terpasang di ponselnya, walau saat itu Hyunwoo telah menghianatimu... kau tau, Hyunwoo bahkan menyebut namamu saat kami bercinta."
Kihyun memejamkan matanya dengan erat, enggan untuk mendengar setiap kata yang diucapkan Minhye padanya.
"Kau itu munafik Kihyun!!"
Jantung Kihyun berdetak dua kali lebih cepat ketika kulit wajahnya merasakan sensasi dingin pada benda tajam yang menempel pada pipi kanannya.
"Kalian berpisah. Kau melepas Hyunwoo... tapi... ta-tapi... KENAPA HYUNWOO KEMBALI PADAMU!!!!"
"Aaakhhh!"
Benda tajam itu bergerak menyayat pipi kanan Kihyun.
"Aku membencimu. Yoo Kihyun."
Minhye menarik tubuh Kihyun secara paksa hingga membuatnya berdiri. Minhye memperhatikan tubuh Kihyun. Wanita itu terkekeh sembari memandangi perut Kihyun.
Minhye mengarahkan pisau lipat miliknya pada perut Kihyun. "Kau lihat ini?" Ujarnya seraya menunjukkan tajamnya pisau lipat itu pada Kihyun.
Kihyun menggeleng cepat. "H-hentikan... ja-jangan lakukan, Minhye."
Kihyun terdiam ketika Minhye mengarahkan ujung pisau lipat itu pada perutnya.
"Jangan. Min...hye."
Air mata mengalir melalui kedua sudut mata Kihyun. Rasa sakit dan dingin menjalar diseluruh tubuhnya ketika ujung mata pisau menggores bagian perutnya.
Brugh!
Minhye mendorong dengan kasar tubuh Kihyun yang berlumuran darah hingga membuat tubuh tak berdaya itu terhempas, membentur lantai kasar tempat itu.
"Kihyun-aa ... tidak seharusnya kau mengambil apa yang telah menjadi milikku."
Minhye memotong ikatan pada tangan Kihyun. Ia mengangkat tangan kanan Kihyun kemudian mengarahkan pisaunya pada pergelangan tangan Kihyun.
"Hyunwoo... milikku."
Satu sayatan terukir pada pergelangan tangan Kihyun.
"Kau. Tidak boleh merebutnya dariku."
Minhye kembali menyayat pergelangan tangan Kihyun dengan pisau lipatnya.
Kihyun sudah tak mampu lagi menggerakkan bagian tubuhnya. Bayangan Changkyun yang tengah tersenyum bersama Hyunwoo kini mengisi seluruh ruang pada fikirannya. Kihyun tersenyum kecil, membuat Minhye yang tengah berada di depannya menatap dengan heran.
"Kau menertawaiku? Baiklah."
Sayatan panjang kembali terukir pada kulit pergelangan tangan Kihyun. Banyaknya darah yang mengalir dan terbuang membuat sekujur tubuh Kihyun kini mati rasa. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
Minhye kembali mengikat kedua tangan Kihyun.
"Kau lama sekali."
Minhye membersihkan noda darah pada tangannya dengan sapu tangan yang ia bawa.
Seorang laki-laki paruh baya berjalan mendekati tempat Minhye berdiri, bersama dengan tubuh Kihyun yang berbaring tak sadarkan diri.
"Apa dia sudah mati?"
Minhye mengedikkan bahunya. "Entahlah."
Laki-laki itu tertawa renyah begitu ia melihat Kihyun yang tak berdaya akibat ulah yang Minhye perbuat. "Pandai."
"Apa kau yakin Hyungwon akan datang?" Ujar Minhye. "Ku rasa. Anak itu terlalu keras kepala dan sulit untuk di kuasai. Pelindungnya pun terlalu kuat, dia pasti akan sulit untuk di bunuh secepat itu."
Laki-laki paruh baya itu menatap ke arah Kihyun. "Selama kita memiliki dia. Anak tidak tau diri itu pasti akan datang... dia akan berfikir untuk menyelamatkan orang yang sangat dicintainya."
Minhye terkekeh. "Baiklah baiklah. Hal utama, Hyunwoo harus jatuh padaku. Setelah itu, kau bisa menyiksa anakmu dengan sepuas hati."
"Lagipula. Sebentar lagi, Kihyun pasti mati."
Minhye beranjak meninggalkan laki-laki itu dan membiarkannya bersama dengan Kihyun yang tergeletak di atas lantai kasar dan dingin dengan genangan darah yang mulai mengering.
"Datanglah. Hyungwon-aa."
.
.
.#tbc
Minggu depan episode terakhir ya:D
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness For You [Son Family]🌸
Teen FictionPerpisahan bukanlah penghalang untuk menggapai kebahagiaan. Jika Tuhan telah berkehendak dan didukung dengan usaha, maka kebahagiaan itu akan mudah digapai. ▪BxB ▪MPreg ▪Be wise p.s: ⚠️ kamu tidak boleh baca kalau belum 17 tahun 7 April 2020 - 12 No...