Part 28 (Last Part)

201 26 32
                                    

Pagi hari ini Navia disibukkan dengan kepindahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari ini Navia disibukkan dengan kepindahannya. Ia mengemasi baju dan barang-barang yang sekiranya akan dia butuh kan saat di Bandung nanti.

Mungkin bila dihitung sudah puluhan kali gadis itu menghela napas gusar karena perasaan ragu kerap kali menyerang. Tapi selalu ia tekan kan dalam hati bahwa ini demi kebaikannya juga Navalen.

"Kamu serius mau pindah?" tanya Fara yang masuk untuk mengecek anaknya.

Navia yang baru saja menutup kopernya langsung berdecak. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Udah berapa kali Mama tanya kayak gitu, sih? Nggak bosen emang?"

Fara terkekeh dan ikut merebahkan diri di kasur. "Ya bukan gitu. Mama itu sebenernya nggak tega biarin kamu di sana sendiri. Apalagi dari kecil kamu nggak pernah tinggal sendiri." Wanita itu menatap anaknya khawatir.

"Soal itu Mama nggak usah khawatir. Aku bisa jaga diri, kok." Navia menenangkan Mamanya.

"Yakin bisa jaga diri sendiri?"

"Yakin lah."

"Oh iya. Kamu, 'kan galak banget. Pasti nanti nggak ada yang berani macem-macem sama kamu."

Tatapan setajam silet segera Navia berikan pada Mamanya yang cengengesan tanpa dosa. Dia mendesis kesal namun tak menanggapi.

Fara bergerak maju lalu memeluk anaknya. "Navia, Mama minta maaf, ya. Mama nggak tau kalo akhirnya jadi kayak gini," ucapnya merasa bersalah.

"Nggak papa, Ma. Ini semua murni kemauan aku. Lagian ini demi kebaikan aku sama Bang Al." Navia tersenyum getir saat menyebut Navalen sebagai Bang Al. Rasanya sangat berat dan asing sekali.

"Mama sama sekali nggak nyangka kalo jadinya bakal kayak gini. Kamu dan Al...." Fara membuang muka, tak kuasa mengatakannya. Rasanya sangat terluka melihat kedua anaknya saling mencintai.

Navia memaksakan senyum meski hatinya ikut sakit ketika melihat pancaran luka dari mata Fara.

"Nggak papa, Ma, emang harus begini Takdir-Nya. Yang penting sekarang Bang Al udah ketemu dan kita akan jadi keluarga yang lengkap dan bahagia lagi."

"Tapi gimana sama kamu? Mama bahagia tapi kamu yang jadi korbannya," lirih Fara sedih.

Navia menggeleng. "Aku nggak papa, kok, Ma. Emang ini berat buat aku ngelupain perasaan aku ke Bang Al. Makanya aku mutusin buat pindah ke Bandung biar lebih cepet ngelupainnya," ucapnya meyakinkan.

Fara menghela napas, terlihat masih tak rela bila Navia akan pergi.

"Ma, jangan gitu, dong. Lagian Bang Al, 'kan udah kembali. Jadi biar Bang Al yang nemenin Mama dan Papa. Biarin Navia pergi ke Bandung dengan tenang." Navia mengeratkan pelukannya dan terus meyakinkan Mamanya.

"Iya, deh. Nanti kalo udah sampe Bandung jangan lupa sering-sering telepon Mama, ya. Pokoknya jangan sampe lupain Mama."

Navia spontan terkekeh. Mamanya ini, kadang galak, kadang usil, tapi kadang juga bertingkah seperti anak-anak yang merajuk.

Nav's Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang