"Ok! Sekian latihan kali ini. Terima kasih, ya!"
Anak-anak itu langsung berpencar ke orang tua masing-masing setelah sesi latihan tari berakhir. Kecuali satu anak. Bocah laki-laki itu langsung berbaring di rumput menatap langit. Nafasnya terengah.
Winwin jahil berbaring di sebelahnya. "Kakek lelah ya?"
"Ih Papa!" diledek begitu Xiaojun kesal. "Hari ini gerakannya susaaaaah."
"Ya memang. Masa mau latihan gerakan kemarin terus?" Winwin mengacak rambut Xiaojun.
Xiaojun cemberut. "Ya mau, tapi jangan yang susah."
"Panas ya?" Winwin menyeka peluh Xiaojun.
"Latihannya melelahkan, Papa." Xiaojun mengeluh.
"Duh, kasihan." Winwin membuka kipas lebar miliknya. Biasa digunakan untuk menari.
"Yeay! Akhirnya bisa pakai kipas Papa!"
"Eh?" Winwin kebingungan.
"Papa kan suka marah kalau kipasnya kupegang." Xiaojun memeluk Winwin supaya anginnya lebih terasa. "Papa, besok jangan gerakan yang susah ya."
"Kalau gitu latihannya yang Papa buat lama." jawab Winwin jahil.
"Papa!" Xiaojun merengek dan mengubur wajahnya dalam-dalam di dada Winwin. Posisinya begitu sampai dia kelelahan sendiri dan jatuh tertidur. Hingga pada akhirnya, Xiaojun dan Winwin menghabiskan sore sambil tertidur di taman.