Renungan Cerita Pendakian-Menemukan Jati Diri

174 3 0
                                    

Pendakian sejatinya adalah lambang kebebasan jiwa, yang mampu memahami proses harmonisasi antara penciptaan manusia dan alam raya, Ritual ini menyebabkan seorang manusia sanggup mengendalikan segala anasir yang ada dalam dirinya. Alam akan menjadi ladang pengembaraan rohaninya didalam pecarian kesejatian hidup. Kegiatan ini sebenarnya sangat dekat dengan peningkatan kesadaran spiritual karena pendakian selalu bersinggungan dengan nilai nilai kehidupan yang kita junjung tinggi didalam hidup ini

Diawal awal pencarian seseorang biasanya akan terbakar hawa kemenangan. Mereka mulai berfikir lebih hebat dari manusia lainnya. Pertarungan antara ego dan kedamaian mulai membuat banyak sekat yang terkadang mengintimidasi satu sama lainnya. Pertarungan ini akan terjadi selama mereka tidak menyadari  ketiadaan dan ketidak mampuan kita didalam menjalankan peran kehidupan tanpa bantuan tangan tangan Tuhan.

Hijab kesombongan ini akan terus bertahan jika kita tidak segara menyadari keberadaan kita didalam hakikat penciptaan. Semangat pencarian nilai nilai spiritual akan tenggelam didalam tingginya keangkuhan. Ritme alam yang dinamis dan teratur menjadi kacau akibat pemikiran sempit yang tidak menghiraukan Ke-Esaan-Nya. Padahal alam sebagai guru dari medan medan pengembaraan rohani telah mencontohkan jutaan hal yang dibalut dalam keindahan sangatlah sempurna untuk kita pahami. Kaum urban korban hingar bingar sosial media yang diserap tanpa ilmu dan pemahaman membuat banyak sekali ketimpangan.

Ironis,, Indahnya foto pribadi didalam pencarian jati diri berbanding terbalik dengan fakta yang ada dilapangan. Semakin sering mendaki semakin tenggelam didalam kegelapan, Alam dan manusia seakan dua unsur berbeda ( benda mati dan mahluk hidup ) yang dicerna senaknya ketika berada dilapangan. Alam seolah studio alam tanpa bisa diambil hikmah selain keindahannya saja. Gelegar sosmed telah membuat buta hati nurani yang harusnya menjadi koloborator seimbang antara penikmat dan yang dinikmati. Antara tamu dan tuan rumah yang saling memberikan kedamaian satu sama lainnya menjadi timpang

Sejak awal dikenal para pendaki adalah manusia bebas yang menggeluti alam untuk kesenangan, Ekspresi kebebasan yang terlontar didalam berbagai bentuk pengembaraan mulai ternodai oleh pengakuan. Celakanya pengakuan ini banyak yang bersifat absurd dan mulai mencemari ranah spiritual yang harusnya hidup dalam hati seorang petualang. Ekspresi lepas dan kebablasan mulai memakan korban. Pohon pohon serta bebatuan menjadi sasaran egosentris demi sebuah pengakuan. Alam semakin tercemar oleh pengakuan serakah dari para pencari yang kehilangan jati dirinya. Sampah sampah yang memenuhi rongga pikiran dan berterbangan didalam dinginnya hati nurani.

Atraksi gila atas nama pecinta semakin menggila dengan tumbuhnya berbagai paham baru untuk menikmati keindahan alam. Semakin banyak dan semakin sesak oleh warna warna absolut. Penikmat, pengelola dan pecinta mulai samar dalam kepentingan. Mereka yang mencoba kembali kepada trah sering sekali terpinggirkan oleh permainan para pencari yang kerap berlindung dalam panji panji kehebatan. Carut marut yang berkembang sejak era 90an bertambah parah dengan boomingnya media sosial yang merambah tanpa bisa dibendung. Alam sebagai guru subjek dan objek para pencari keindahan mulai terpinggirkan oleh riuhnya pengakuan.

Situasi menggila ini seakan sulit sekali untuk diobati. Pemahaman berbeda yang berlandaskan keakuan dari pengalaman semakin menjauhkan manusia dan alam dari kebersamaan. Para pendaki mulai menciptakan saingan dan musuhnya sendiri dalam pergerakan. Sadar atu tidak banyak sekali penghakiman yang mencuat kepermukaan akibat saling mengakui dalam kehebatan. Para pendaki dewasa yang telah menemukan hakikat pendakiannya semakin terkubur oleh track record para pencari aku. Aku yang miliyaran seakan tak ada. Padahal aku itu bukanlah siapa siapa. Keadaan ini bertambah parah dengan munculnya sosok baru yang sangat menakutkan.

Yaa sosok sampah dan vandalisme mulai menjadi musuh utama dalam perdebatan. Padahal sejatinya tak ada sampah dan vandalisme jika para pencari dan pecinta menyadari keberadaan mereka dalam petualangannya. Sosok yang kerap menjadi target pengakuan atas kehebatan itu ternyata berasal dari diri kita sendiri. Semua unsur negative itu harus kita perangi dengan kesadaran spiritual dan kecerdasan intelektual dalam kegiatan dilapangan. Kesadaran untuk memahami datangnya dari mana menjadi penting untuk kita pahami bersama tanpa harus menyalahkan satu sama lainnya.

Sadarkah..? Sering sekali kita menjadi hakim atas semua masalah yang belum tentu pantas kita hakimi. Kita menjadi paranoid terhadap semua hal yang datang dari luar diri kita. Kesadaran untuk menyadari semua yang ada akibat ulah kita menjadi tema yang wajib kita usung bersama demi terciptanya keserasian. Kecurigaan dan ketakutan yang lahir dari sistem dan metode pemikiran keakuan yang kaku harus kita tinggalkan dengan segera. Kesadaran spiritual yang dikemas dalam keluwesan bersikap dalam menyikapi keadaan akan menghilangkan sosok sosok menakutkan yang kerap kita ciptakan. Ingat Tuhan. Ingat penciptaan. Ingatlah tugas dan tanggung jawab agar keberadaan kita menjadi amanah tanpa harus terjadi perang pengakuan dengan mengorbankan keindahan alam.

Kesadaran atas nama cinta dan kasih sebagai pecinta dan pengembara yang menikmati keindahan semesta akan menyentak jargon jargon kesombongan kita sendiri  Kita akan segera sadar bahwa perjalanan ini bukan semata pengakuan melainkan pencarian nilai nilai spiritual dalam mencapai kebahagian hakiki. Tiada yang tanpa noktah tetapi itu bukan alasan untuk terus menutup diri atas nilai nilai keraifan alam yang harus kita temukan didalam pendakian. Alam dan cinta adalah cermin keseimbangan yang sempurna barang siapa mampu menyelaraskan hidupnya dengan penciptaan maka tugas dan tanggung jawabnya akan terpenuhi tanpa harus bersusah payah melakukan pengakuan diri.

Mereka yang telah jernih Kesadarannya, ibarat alam itu sendiri. Semakin jernih tingkat kesadarannya maka cahaya kebenaran akan hidup dalam dirinya. Tiada lagi pembenaran dan pengakuan yang hidup untuk menghidupi hasrat petualangannya sendiri.  

Wassaalam.
Arya Sena alias Esha Agni
Lokasi Rinjani Via Sembalun.

Kumpulan Cerita Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang