The Red Fool

2.1K 146 89
                                    

Warning!!

Khusus chapter ini (dan chapter depan) Kafka akan pakai third person PoV. Biar seru. Karena kalau cuma dilihat dari sudut pandang Luz ngga akan terlalu greget. Heheh.

Aah, dan ide dasar dari permainan yang Kafka pakai ini dari siete_papillons
(dengan banyak modifikasi oleh Kafka. Gomen ne:"")) makasih banyak buat idenya yaa😆😆😆

Selamat membaca:D

Ketika seorang Pochi atau Mike menantang secara resmi dengan menggunakan kalung 'hewan peliharaan', maka orang tersebut tidak bisa menolak tantangannya. Begitu juga dengan yang satu ini.

Ketika seorang anggota OSIS Akademi Hyakkaou menantang dengan menunjukkan lambang OSIS miliknya, itu berarti permainan tersebut menjadi pertandingan resmi. Orang yang ditantang seperti itu akan mendapatkan konsekuensi sosial kalau berani mengajukan penolakan.

Sakuragawa Sakata melakukan itu. Dia menantang tiga orang sekaligus dengan menggunakan hak khusus anggota OSIS-nya. Tentu saja mau tak mau tiga orang itu harus menyetujui. Pertandingan judi resmi pun akan dilakukan senja itu juga, di ruangan khusus milik OSIS.

Sosok bersurai merah berjalan tenang menyusuri lorong akademi. Tak jauh di belakangnya, pemuda lain bersurai ungu mengikuti. "Maafkan saya, Nii-sama... Lagi-lagi saya membuat masalah," ujar si rambut ungu yang merupakan sang adik.

Sakata menoleh heran, "Eh, kenapa? Kau tidak melakukan hal yang buruk, kok."

"T-tapi, Nii-sama jadi menantang mereka seperti ini juga karena saya. Setiap kali selalu begitu. Kalau ada masalah yang membuat Nii-sama marah, pasti berkaitan dengan saya," Shima menyangkal.

Kali ini Sakata berhenti melangkah. Ia berhadapan dengan adiknya. "Maashi," panggilnya. Yang bersangkutan diam, agak terkejut. Sakata kemudian tersenyum dan mengusap-usap puncak kepala sang adik. Shima tertegun.

"Kamu selalu berada di pihakku. Sejak kecil pasti begitu. Aku merasa senang saat semua orang berpaling, hanya kau yang masih percaya dan mau menemaniku. Makanya, kalau sampai ada orang yang berani membuatmu marah dan bersedih, aku ngga akan tinggal diam," jelas si surai merah itu lembut.

Ia lantas melanjutkan, "Lagipula, bukankah sudah jadi tugas seorang kakak untuk melindungi adiknya? Makanya, berhentilah meminta maaf untuk sesuatu yang ngga penting. Oke?"

Shima berbinar dan tersenyum senang. Setelah itu ia mengangguk. "Baik, Nii-sama!"

Mereka berdua kembali berjalan. Kini, mereka tiba di depan sebuah pintu berukuran besar. Sakata membuka pintu tersebut. Semua sudah berkumpul disana. Ada tiga orang yang ia tantang, Urata, dan anggota OSIS lainnya. Soraru dan Luz juga hadir disana.

"Baiklah, sepertinya semua sudah berkumpul, ya? Kita langsung mulai saja," ujar Urata selagi Sakata berjalan mendekati meja permainan lingkaran disana.

Seluruh petinggi OSIS berkumpul untuk menyaksikan pertandingan ini. Biasanya hal begini tidak terjadi. Tetapi, berhubung yang menantang adalah seorang petinggi OSIS, apalagi merupakan salah satu tangan kanan Ichijou Mafuyu, seluruh petinggi jadi hadir menyaksikan.

"Kenapa kau juga ikut hadir?" Luz berbisik pada Soraru di sampingnya. Pemuda raven itu terkekeh pelan. "Datte omoshiroi deshou (habisnya menarik, kan)? Jarang-jarang loh melihat pertandingan resmi petinggi OSIS begini. Terlebih, apa kamu tidak merasa penasaran dengan Sakata-senpai?"

Luz tertegun. Benar juga, ia yang selama ini hanya mendengar rumor soal bendahara OSIS itu tentu penasaran melihat aslinya.

Tentang rumor miring yang beredar itu...

Fake Me [Soraru Utaite Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang