1

319K 21K 2.5K
                                    

Lamera Charlotte. Perempuan berusia 25 tahun yang memiliki paras cantik dan karir bagus. Diusianya yang masih muda ia dipercaya sebagai ketua divisi satu yang bergerak di bidang pemasaran. Bekerja di perusahaan besar dan memiliki kehidupan yang terjamin.

Hidup Lamera terbilang sempurna. Cantik, kaya dan karir bagus. Namun kesempurnaan itu selalu buyar ketika mobil fortuner Lamera melewati tenda pernikahan. Hati kecilnya menjerit melihat pengantin yang usianya masih sangat muda dibandingkan dirinya.

"Masih bocil aja udah nikah ye? Ini gua kapan? Menjerit hati gua lihatnya." Lamera menggeleng miris. Mempercepat laju mobilnya.

Lamera itu cantik. Jadi tidak mungkin jika ia tidak laku. Siapa coba yang tidak mau dengan wanita setengah bule seperti Lamera? Bukan mereka yang tidak mau dengan Lamera. Namun Lamera yang tidak mau dengan mereka. Lamera terlalu perfeksionis dan pemilih kalau soal pria. Baginya menikah itu sekali seumur hidup. Mumpung cuma sekali jadi sekalian saja cari yang sempurna.

Setelah lulus dari sekolah Lamera memutuskan pindah ke apartemen agar dirinya bisa mandiri. Itu hanya alasan klise. Alasan utama Lamera tinggal di apartemen adalah agar ia mendapatkan kebebasannya. Tidak seperti tinggal di rumah yang harus mengikuti banyak peraturan.

"Mami? Papi?" mulut Lamera terbuka lebar menyaksikan kedua orang tuanya sedang duduk manis di sofa. Sang mami lagi melihat lembaran photo. Tidak tahu photo siapa yang dilihatnya. Sedangkan papihnya sedang menikmati kopi sudah seperti rumah sendiri.

"Lamera, akhirnya kamu pulang baby." Alex menyambut hangat kepulangan anak satu-satunya.

"Kamu! Kamu jadi anak durhaka, ya? Mau jadi malin kundang kamu?" beda dengan Arsy yang melempar lembaran photo ke meja. Marah-marah menyambut kepulangan Lamera.

Dengan kening mengerut Lamera menghampiri kedua orang tuanya. Baru pulang kerja, lelah. Lalu melihat kehadiran kedua orang tuanya. Segala pakai adegan marah-marah nuduh malin kundang. Hancur sudah rencana Lamera untuk maskeran.

"Mi, kenapa marah-marah? Aku baru pulang, capek." ujar Lamera.

"Mentang-mentang tinggal di apart jarang main ke rumah!" Arsy menyilangkan kedua tangan, memalingkan wajah.

Alex berdiri di samping Arsy. Mengelus pundak istrinya. "Lamera, mami mu rindu. Kamu jangan melupakan orang tua mu dong." Alex menatapnya dengan bola mata yang membuat Lamera merasa bersalah.

Lamera membuka kecil bibirnya. Cukup terdiam melihat tingkah Arsy yang seperti anak kecil. Ngambek karena tidak dikunjungi. Oke sekarang Lamera sudah mengerti kesalahannya. "Fine. It is my fault. Sorry. But i really won't never forget about you both. Ok?" Lamera mengalah. Ia berdiri di depan Arsy dengan wajah memelas. Salahnya juga jarang main ke rumah kedua orang tuanya. Wajar kalau mereka sampai menghampiri begini.

"Kamu butuh penerimaan maaf dari mami?" tanya Arsy sedikit melunak.

"Of course i need it. Aku nggak mau buat mami sedih."

"Oke. Mami maafin." Arsy kembali ceria. "But, one permision." Arsy memasang senyum yang membuat Lamera curiga, firasatnya tidak enak.

"What?" tanya Lamera hati-hati.

Arsy duduk di sofa lagi. Mengambil lembaran photo. "Mami udah pilihkan calon suami buat kamu. Ganteng, kaya, berbobot, masa depan terjamin, baik dan soleh."

Lemera memutar mata jengah. Dugaannya benar. Tidak mungkin maminya itu datang ke sini sambil ngambek cuma karena perkara tidak pernah dikunjungi. Pasti ada maksud lain. Arsy berhasil memasang jebakan batman buat Lamera.

"Kamu tinggal pilih. Mereka bisa jadi suami idaman kamu." Arsy menyodorkan lebaran photo ke Lamera.

"Mami. I know i'm single, but bukan berarti aku nggak laku." Lamera mengambil lembaran photo. "Aku bisa cari calon suami sendiri tanpa bantuan." Lamera melempar pelan lembaran photo ke atas meja.

"Kalo kamu emang bisa mencari sendiri. Kenapa belum dapat juga?"

Pertanyaan Arsy cukup menohok. Membuat hati Lamera sedikit tersinggung. Dia single. Namun ia bisa mencari seorang pria tanpa bantuan orang lain. Banyak pria yang datang kepadanya. Tampan, kaya, berbobot, baik dan agamanya bagus. Namun memang hatinya saja yang belum bisa mencintai untuk saat ini. Hati tidak bisa dipaksa. Perihal jatuh cinta itu kehendak hati dan Tuhan yang memutuskan.

"Coz nothing can make me fall in love, mom. Nggak ada satu pun cowok yang buat jantung aku berdebar." Lamera menunjuk dadanya.

"Kamu bisa coba buka hati kamu. Dicintai lebih baik dari mencintai." nasihat Alex.

Lamera menjatuhkan dirinya di sofa. Ia menghela napas kasar. Sudah lelah berkerja, ditambah lelah dikejar-kejar target menikah. "But dad...i can't....i've been trying my best to fall in love. It seems so easy but i swear, it's hard for me." Lamera menggeleng. Bola matanya meredup. Ia harap tatapannya yang sayu akan membuat Alex mengerti.

"Mami mau cucu." rengek Arsy ngambek.

"Iya aku kasih cucu. Tapi nggak usah nikah, ya?"

"Kamu! Mau mami kutuk jadi martabak?" Arsy memukul Lamera gemes. "Jangan asal ngomong kamu!"

"Mami sakit iih! Aku bukan anak kecil lagi tau!" Lamera menjauhkan dirinya dari tangan Arsy.

"Lagi asal ngomong!" Arsy berhenti memukul Lamera.

Lamera mengelus lengannya. "Makanya sabar. Semua itu butuh proses."

"Tau ah!" Arsy memalingkan wajahnya.

Lamera menatap Alex, meminta bantuan Alex untuk bujuk Arsy. Alex mengangguk. Mulai mengelus pundak Arsy, merayu sang istri. Namun Arsy menanggapinya dingin. Menghentakan bahunya agar Alex berhenti mengelusnya.

"Mami. Lamera janji sama mami. Lamera akan bawa laki-laki terbaik ke depan mami. Lamera akan menikah dengan laki-laki baik itu. Lamera akan punya anak, kasih mami cucu yang lucu. Dan Lamera akan hidup bahagia dengan keluarga kecil Lamera." Lamera memegang kedua pundak Arsy. "Lamera janji kok. Beneran. I'm promise. I love you mom."

Arsy menatap Lamera. Hatinya luluh melihat senyum manis putrinya. "Mami pegang janji kamu."

"Yes, sir!" Lamera hormat sambil tersenyum.

"Yes, sir!" Lamera hormat sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang