投胎。

668 84 18
                                    

Jul, 2013

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jul, 2013.

Pintu diketuk. Menarik atensi seluruh trainee yang baru saja selesai melakukan pemanasan. Kemarin diumumkan bahwa akan ada trainee baru yang berasal dari negeri tirai bambu. Mungkinkah ia sudah sampai?

Pintu itu dibuka dan tampaklah seorang staf dan seorang lelaki yang sedikit lebih tinggi dari staf itu. Dari belasan trainee yang memasang wajah penuh penasaran, hanya satu yang menunjukkan keterkejutannya sebelum tersenyum tipis. Bukan Chen Minghao, teman kecilnya dari Cina, rupanya. Biarlah bukan temannya, ia tetap merasa lega akhirnya akan memiliki teman dengan bahasa ibu yang sama lagi setelah Mingming meninggalkan agensi beberapa hari lalu.

"Ini trainee yang kuumumkan kemarin," kata si staf dengan senyum ramah. Dilanjutkan dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh trainee dari negeri tirai bambu, "Silakan perkenalkan dirimu."

Lelaki di sampingnya membungkuk ragu-ragu, merealisasikan ajaran tata krama yang baru diterimanya beberapa menit lalu. "Namaku Xu Minghao. Seo Myungho dalam Bahasa Korea. Semoga kita dapat berteman?" Harapan itu dinyatakan dengan nada tanya akibat keraguan yang tampak saat dirinya menoleh pada staf itu, bertanya melalui mata apakah penyampaiannya tepat.

Yang dipandangi mengangguk, menghantarkan kelegaan pada si trainee baru. Belasan trainee lainnya menciptakan kurva melengkung di wajah masing-masing, berpendapat si pendatang baru ini terlihat lugu dan manis.

"Minghao, ada satu trainee lagi yang berasal dari negaramu. Wen Junhui namanya. Aku sudah meminta pengertiannya untuk membantumu beradaptasi di sini." Si staf berbicara dalam bahasa ibu si Xu, mengundang anggukan mengerti dari lawan bicaranya. Lalu memanggil lelaki yang dimaksud tadi, "Moon Junhwi-ssi."

Minghao mengikuti arah pandang staf itu. Tampak lelaki tinggi dengan rambut sepanjang leher sedang memandangi dirinya. Manik obsidiannya yang dibingkai dengan kelopak bergaris tebal memancarkan aura dominasi, namun lembut nan manis di waktu yang sama. Pipi agak gembilnya tertarik ke atas akibat senyum lebar yang diulas. Ditemani jinjitan kecil—akibat terlalu bersemangat—dan lambaian tangan. Minghao yang entah kenapa merasakan panas di telinganya mengangguk sopan dan membalas senyum lebar itu dengan senyum tipis.

Sepeninggalan si staf, seluruh trainee kini berjalan mendekatinya, membuatnya sedikit mundur. Yang berada di tengah menjulurkan tangannya, mengajak bersalaman. Ia bersuara saat tangan besarnya itu digapai oleh Minghao. "Aku Wen Junhui. Selamat datang."

Punggung dan telinganya memanas. Membuat dirinya yang terbalut hoodie sedikit gerah, namun ia menyukai sensasi yang baru pertama kali dirasakannya ini.

Sesi selanjutnya dihabiskan dengan sesi perkenalan diri yang dilakukan secara absurd oleh para trainee lama, dan latihan yang sudah direncanakan Seungcheol kemarin malam dilupakan. Yang diketahuinya bernama Soonyoung, Seokmin, dan Seungkwan membuat perkenalan dalam bahasa negeri tirai bambu dibantu oleh Junhui. Nada yang ketiganya pakai menghasilkan tawa dari setiap pemuda di ruang latihan itu. Tak terkecuali si pendatang baru yang rupanya tak sekalem kelihatannya.

;;;

Seorang lelaki tua tampak mengurus padang rerumputan yang terurus dengan baik sebelum penghuni sebelumnya melintasi jembatan menuju reinkarnasi. Sayang sekali keindahan ini harus ditransformasi kembali menjadi sebuah lahan kosong untuk dijadikan tempat pemberhentian roh selanjutnya.

Senyum bangga terus terulas. Ia tau seluk beluk masalah yang membuat penghuni sebelumnya itu memohon-mohon untuk menunda reinkarnasinya demi seorang lelaki lain yang terlihat lebih manis. Wen Junhui rela menunda reinkarnasinya yang kemungkinan akan berakihat buruk baginya demi 'menjaga' kekasih manisnya, Xu Minghao. Tipikal anak muda. Ia jadi bernostalgia saat-saat dirinya melakukan hal yang sama demi istrinya di bumi, hingga dirinya harus terjebak di sini tanpa diperbolehkan untuk memulai kehidupan baru.

Tangannya teracung, siap menjentikkan jari yang akan merubah kembali lahan penuh bebungaan ini menjadi lahan kosong, sebelum kedua netranya menangkap warna pekat di tengah-tengah bunga-bunga penuh warna-warni lembut.

Bertangkai-tangkai mawar hitam tumbuh tepat dimana sepasang itu saling mendekap dan berbagi tawa untuk terakhir kalinya. Dimana Junhui mengucapkan selamat tinggal kepada Minghao.

Mawar hitam, lambang dari sebuah lembaran baru dengan perubahan yang signifikan; sebuah pertanda sepasang itu telah membuka lembaran kehidupan baru yang akan menyatukan mereka.

Senyum lembut terulas di wajah lelaki tua itu. Pipi tirusnya terangkat hingga kedua matanya menyipit. Usahanya memohon kepada para petinggi tak sia-sia rupanya.

feedback platform provided right here >>>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

feedback platform provided right here >>>

©munwaves, 2020

black rose [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang