19 : PENGORBANAN

3.9K 942 536
                                    

dari aku yang sebenarnya mau nulis 1300-1500 kata saja, tapi lagi-lagi lossssss sampe 1900 kata.

RAMEIN KOMENNYA WOY! YEILAH APE SUSAHNYA, SIH?  SEMANGATIN EMAK GUE DENGAN SPAM KOMEN DI SETIAP LINEEEEEEEE (Heksa, yang langsung ngegas)

RAMEIN KOMENNYA WOY! YEILAH APE SUSAHNYA, SIH?  SEMANGATIN EMAK GUE DENGAN SPAM KOMEN DI SETIAP LINEEEEEEEE (Heksa, yang langsung ngegas)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GELUUUDDDD YOOOOO GELUUUDDDDD

***

(Beberapa menit sebelum kejadian)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Beberapa menit sebelum kejadian)

Pijar terus menundukkan pandangannya sepanjang langkahnya menyusuri karpet merah yang membawanya menuju pintu masuk gedung. Mendadak ia merasa tidak percaya diri, insecure. Di mata gadis itu, seluruh pengunjung pesta tampak mempesona, glamor, cantik, dan bersinar dengan versi masing-masing.

Sedangkan dirinya?

Ya, memang dia yang kini menjadi pusat perhatian. Tapi bukan itu yang diinginkan Pijar. Seluruh pasang mata menatapnya penuh selidik. Bahkan dua orang gadis dengan gaun mini yang terlihat sangat pas di tubuh ramping mereka, langsung melangkah mundur ketika bersebelahan dengan Pijar. Kedua gadis itu berpindah ke meja lain untuk mengisi buku tamu.

"Kalo ngerasa keganggu, lo ngumpet di samping kiri gue aja sini, Jar. Yahhh, walau gue nggak setinggi Willy, sih. Hampir setara sama si Heksa kayaknya," tukas Andre ketika melihat Pijar mulai tidak nyaman berada di keramaian.

Pijar mengangkat wajahnya. "Tapi Heksa nggak pernah nyuruh gue ngumpet. Hihi. Walau sebenernya dia yang paling takut sama gue," tanggap gadis itu dengan wajah polosnya. Membuat wajah Andre seketika berubah pias, sepertinya salah pengertian.

Pijar tidak bermaksud melukai hati Andre dengan menegaskan pernyataan itu. Ia hanya teringat momen-momen kebersamaannya bersama Heka.

Benar, Heksa memang tidak pernah memintanya bersembunyi. Malah sebaliknya, lelaki itu yang lebih sering berlindung di belakang Pijar, apalagi saat keduanya melewati tempat-tempat angker atau gelap. Pijar masih ingat betul bagaimana Heksa meringkuk ketakutan di balik punggungnya sesaat setelah Heksa terbangun dari pingsannya di rumah hantu Nightmare Dome.

HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang