PART 38

2.5K 297 130
                                    

Keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil, Inna dikejutkan oleh tubuh tegap Torra yang kini berada di tempat tidur, "Kamu ngapain di sini, Mas?! Bukannya tadi--"

"--Nggak dapat kamar kosong aku. Sisa dua di ambil sama bapak-bapak yang tolongin si Rom-rom buntalmu itu di dermaga tadi." Suara lantangnya pun menggema di seluruh ruangan, membuat Torra sedikit terperanjat, ikut bersuara membalas ucapan sang istri.

Sejak awal dirinya mengetuk pintu kamar penginapan, Torra menyadari Inna akan marah besar padanya. Ia sudah membekali diri dengan sejumlah rencana manis sebagai bahan sogokan, tetapi buyar karena Inna ternyata tidak mengunci pintu kamarnya dengan baik dan benar, meringankan langkah kakinya untuk masuk ke dalam.

Berharap Inna dapat menerima penjelasan tanpa rekayasa yang diucapkannya, Torra salah besar ketika terus mendengar repetan demi repetan, "Kan kamu bisa cari penginapan lain, Mas!"

Torra pun berusaha mengalah, bangkit dari posisi tidur menjadi terduduk lalu bersiap untuk berdiri, tetapi urung saat wajah manis Inna yang baru selesai membersihkan diri, masuk ke dalam pandangan matanya, "Enak aja. Terus ngebiarin kamu di sini sama si Rom-rom gitu? Never! Ingat ya, Sayang. Aku ini masih sah sebagai suamimu secara agama dan juga hukum. Ingat kan kapan terakhir kalinya aku memberimu nafkah batin? Delapan belas hari lalu."

Torra pun menjelaskan dengan harapan agar Inna berhenti menyalahkannya, tetapi jawaban yang ia dapatkan, nyaris membuatnya terkekeh keras dan ingin merengkuh tubuh cantik itu ke dalam pelukannya, "Kita lagi musuhan ya, Mas! Ingat itu!"

Alhasil, hanya demikian sajalah jawaban yang Torra lontarkan sebagai balasan karena berusaha menahan diri, "Kecuali aku sudah nggak kasih kamu nafkah lahir dan batin selama tiga bulan berturut-turut, Sayang. Jangan mengalihkan pembicaran. Aku mau tidur sekarang. ngantuk!" 

"Eh, nggak bisa gitu! Enak aja! Kamu pikir aku nggak ngantuk, Mas? Aku juga capek setelah seharian kamu ajak muter-muter nggak jelas kali! Keluar nggak sekarang dari kamar ini? Aku guyur air mineral nih!" Tetapi Inna tampak tidak mengerti, terus mendesak Torra untuk keluar dari kamar itu.

Sentuhan kasar di lengan Torra yang berkali-kali Inna lakukan adalah kesalahan terbesar, sebab seketika saja pria itu sudah menarik pergelangan tangan istrinya dan membawanya untuk berada di atas tempat tidur pula, "Arghhh...! Ka..kamu mau apa, Mas?!" 

Ketakutan Inna tergambar jelas tanpa bisa ditutup-tutupi lagi, menjadikan rasa getir menyeruak masuk ke dalam relung jiwa Torra, "Mau apa? Mau tidur bareng sama istriku dong. Apalagi?"

"Jangan macam-macam ya, Mas! Aku nggak mau ditidurin sama kamu lagi!" Torra menyadari segala macam kesalahan yang ia perbuat pada Inna, berharap akan bisa memperbaiki semuanya.

Masih setia mencengkeram kedua lengan Inna dengan satu telapak tangannya yang besar, Torra kini menatap lekat-lekat wajah cantik itu hingga membuatnya meremang, "Jadi kamu ngarep mau tidur sama siapa kalau bukan denganku, hm?"

"Lepas, Mas! Jangan paksa aku! Kita udah nggak cocok lagi!" Pertanyaan Torra dijawab cepat tanpa menunggu oleh Inna, tetapi itu bukanlah hal yang terdengar baik.

Wajah Torra semakin mendekat ke arah kepala Inna, sampai-sampai embusan napas hangat itu terasa di pipi kanannya, "Apanya yang nggak cocok, Sayang?"

Satu pertanyaan, lahir sekali lagi di antara besarnya gemuruh dari dalam diri Torra yang ia tahan setengah mati, dan entah mengapa Inna masih saja tampak bodoh dengan terus bersuara, "Aku mau kita bercerai!"

"Karena?" Kesal atas keinginan Inna yang berhasil menyulut emosi, wajah Torra menjalar naik hingga ke daun telinga istrinya, membisikkan satu kata dan sedikit menggigitnya.

Tolong, Ceraikan Aku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang