CHAPTER 43

66.9K 4.6K 151
                                    

"Senyum mu itu, aku bisa merasakan bahwa kau sedang merencanakan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senyum mu itu, aku bisa merasakan bahwa kau sedang merencanakan sesuatu."

Lucius membiarkan Bianca mengusap lembut pipinya, Lucius ikut menyentuh tangan Bianca yang berada di pipinya.

"Kau terlalu berpikiran negatif, aku tidak merencanakan sesuatu." Bianca berbohong, tentu saja Bianca sedang merencanakan sesuatu sekarang. Setelah mengetahui bahwa Lucius adalah putra Reinhard, Bianca akan memanfaatkan status Lucius itu.

Bianca semakin mendekatkan dirinya kepada Lucius, tangan Bianca yang sebelumnya mengelus pipi Lucius itu bergerak turun membelai dada bidang Lucius yang tertutup kemeja yang ia kenakan.

"Malam ini, kau mau menghabiskan malam dengan ku?"

***

Herald keluar dari ruangan Madame, pada akhirnya Madame tetap tidak ingin membantu Herald.

Mau tidak mau Herald harus melakukannya sendiri, Herald harus menemui Bianca malam ini dan mengatakan kepada Bianca untuk menjauhi Lucius demi kebaikan Bianca sendiri.

Namun baru keluar dari ruangan Madame saja Herald sudah melihat Bianca dan Lucius yang bergandengan tangan pergi ke luar rumah bordil.

Dengan perlahan Herald mengikuti dari belakang, berharap bahwa Bianca hanya mengantar Lucius ke tempat parkir bukannya ikut pergi dengan Lucius, namun harapan hanya tinggal harapan.

Nyatanya Bianca justru ikut masuk ke dalam mobil mewah Lucius, melaju pergi meninggalkan Herald yang tidak tenang.

Malam ini sepertinya Herald akan kembali tak bisa tidur.

***

Bianca tertawa kecil sembari menepis tangan Lucius yang dengan nakal meremas selangkangan Bianca dengan satu tangannya.

"Lucius, hentikan. Fokus saja menyetir."

Lucius berdecak pelan, menarik tangannya dari selangkangan Bianca. Lucius merutuki apartemennya yang entah mengapa kali ini terasa sangat jauh.

Lucius merasa seolah butuh waktu lama sekali hanya untuk menempuh perjalanan ke apartemennya.

Lucius semakin mempercepat laju mobilnya, membuat Bianca berteriak memukul paha Lucius.

"Pelan-pelan Lucius!" teriak Bianca sembari memegang erat sabuk pengamannya, Bianca baru bisa menghela nafas lega saat mobil Lucius sudah masuk ke area parkir apartemen.

"Apa kau setidak sabaran itu?!" Bianca melirik kesal ke arah Lucius, bukannya merasa bersalah Lucius justru segera keluar dari mobil dan membukakan pintu mobilnya untuk Bianca.

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang