Thirty two

73 15 8
                                    

"Apa kau sudah tidak waras?" Suara bentakan itu terdengar sangat jelas meski tanpa harus mengaktifkan mode speaker.

Rey semakin cemas dengan tanggapan Paman Han yang tampaknya tidak senang dengan berita pernikahan mereka. Sama seperti Paman Han, ibunya pun memberikan respon yang sama.

"Maaf Paman, Rey sudah mengambil keputusan tanpa persetujuan Paman. Semua sudah pikirkan dengan matang. Rey tetap akan menikahi Juni."

"Paman sangat kecewa, tapi semuanya terserah padamu saja Rey. Paman harap, gadis itu mau bersamamu bukan karena ingin menebus kesalahannya yang sudah membuatmu cacat."

Rey pun membisu, perkataan pamannya menyuramkan wajahnya seketika. Meski demikian, hal itu tidak merubah keputusan dan perasaannya terhadap gadis itu.

"Baik paman... Rey tutup teleponnya. Sampai nanti."

Belum sampai 30 detik berada di sakunya, ponsel itu pun kembali berbunyi. Rupanya sebuah notifikasi dari aplikasi chat miliknya. Rey mengernyitkan keningnya.

Apa kau tau Juni ada dimana?
-Ara

Masa lalu Rey itu kembali muncul. Wajahnya berubah menjadi sangat kesal setelah membaca chat yang dikirim olehnya. Tampaknya lelaki itu masih belum melupakan pengkhianatan mantan kekasihnya, Ara. Hanya di read. Entah pertanyaan itu penting atau tidak, Rey merasa tidak perlu untuk menanggapinya. Ia terfokus pada salah satu chat lama dari Leon hampir dua bulan yang lalu. Kali ini Rey kembali berinisiatif untuk menghubungi lelaki itu meskipun ia telah beberapa kali mencobanya dengan hasil yang selalu sama. Benar saja, masih belum aktif.

"Kenapa dia bersikap seperti anak-anak? Kalau memang dia ikhlas, bukan begini caranya," batin Rey. Ia merasa terbebani dengan tidak adanya kabar jelas dari Leon. Posisinya cukup berat, ia bahkan tak bisa menutupi wajahnya yang penuh penyesalan. Merasa sedikit egois, tapi baginya itulah jalan terbaik.

Dua hari kemudian...

Hari bahagia itu diadakan secara outdoor di salah satu taman yang berlokasi di Seoul. Dekorasi yang didominasi dengan warna putih membuat tempat itu terlihat elegan meskipun sederhana. Tidak lupa karpet merah dengan kelopak mawar putih di atasnya membuat Ratu sehari itu terlihat makin cantik saat melewatinya. Para undangan yang hadir dibuat pangling oleh paras cantik Juni hari ini. Tak terkecuali Rey yang sejak tadi terpaku memandangi kekasihnya. Rey dengan balutan  jas putih membuatnya tak kalah dari seorang putra bangsawan. Tidak memerlukan banyak polesan dan aksesoris berlebih, lelaki itu terlihat sangat tampan.

Semua sesi acara berlangsung lancar. Hingga pada penghujung acara, seperti biasa yang dilakukan oleh para mempelai yakni melemparkan bunga dengan posisi membelakangi para undangan.

Seungjoo yang mengambil alih sebagai pemandu acara pun menghitung mundur.

"Tiga—dua—satu!"

Buket bunga itu pun terlempar dan melayang, hingga mendarat di tangan seseorang. Semua orang bertepuk tangan melihatnya berhasil mendapatkan bunga itu. Tentu saja, karena mitosnya siapa saja yang berhasil mendapatkan lemparan bunga dari pasangan mempelai, maka orang tersebut dipercaya akan segera menyusul kebahagiaan yang sama.

Sosok lelaki berkacamata hitam itu tersenyum dengan buket bunga yang ia dekatkan di dadanya. Jantung Rey berdegup cepat, raut wajahnya berubah cemas.

"Leon?" batinnya sambil melirik ke arah Juni.

Juni yang tak bisa menutupi kesedihannya pun menitikkan air mata. Ia meraih lengan Rey dan menoleh ke arah lelaki yang telah resmi menjadi suaminya itu. Matanya berbicara. Rey pun meminta pamannya untuk menutup acara secepatnya.

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang