[05] Kenangan Masa Lalu

18 15 1
                                    

Sekolah telah usai, sekarang Raihan dan teman-temannya yaitu Gabriel, Erin, Ria, dan Linda sedang dalam perjalanan pulang. Sebenarnya mereka sedang menuju rumah Raihan untuk mengerjakan tugas dari pak Madsupi yang harus dikumpulkan lusa.

Tidak lama kemudian mereka sampai di depan rumah yang dituju. Raihan mengambil kunci yang ada di dalam tas sekolahnya, lalu memasukkannya ke lubang kunci, ia memutar kunci, tapi tidak bisa karena pintunya tidak terkunci.

“Tidak dikunci?” kata Raihan heran.

“Mungkin kak Rai lupa mengunci pintu,” tebak Ria. Kebetulan ia juga mempunyai tugas yang harus dikerjakan, mengerjakannya bersama kakak kelas mungkin dapat membuat tugasnya menjadi lebih mudah dan cepat selesai.

“Tidak, seingatku aku sudah menguncinya.” Raihan berpikir sejenak, mungkin ada seseorang yang masuk ke rumahnya lagi seperti waktu itu.

“Rai, tunggu. Biar aku yang di depan, mungkin orang itu ada di rumahmu sekarang.” Raihan baru mau melangkahkan kakinya, tapi Gabriel menahannya, dan masuk mendahuluinya.

Tek Tek

Terdengar suara dari arah dapur, seperti ada seseorang yang sedang memotong sesuatu di talenan.

“Sepertinya ada seseorang di dapur,” tebak Gabriel. Mereka pun berjalan perlahan ke dapur hendak memastikan siapa orang yang ada di dapur rumah Raihan.

“Nanana ... bagaikan langit di sore hari berwarna biru sebiru hatiku... nanana ...” Bersamaan dengan bunyi talenan, terdengar juga suara wanita yang sedang bernyanyi dan Raihan kenal betul siapa pemilik suara tersebut.

“Eh? Suara ini, kan ...”

“Kau mau ke mana, Rai?!” teriak Gabriel, tapi Raihan tidak memedulikannya. Ia terus berlari hendak melihat orang yang ada di dapur rumahnya.

“Ibu?!” kata Raihan terkejut melihat ibunya yang seharusnya  masih menginap di Tigaraksa.

“Ibu?” kata teman-temannya tidak kalah terkejut dengan Raihan.

“Eh, Rai sudah pulang? Wah, bawa teman, ya?”

"Ibu, kapan pulang? Bukannya seharusnya Ibu pulang akhir pekan?” tanya Raihan.

“Ahaha ... Ibu tidak tahan ingin melihatmu, lagi pula nenek sudah baikkan. Dia cuma sakit kaki karena habis diajak jalan-jalan bi Marni, ya sudah Ibu pulang saja,” jawab bu Anita santai sambil terus memotong sayuran di talenan.

Syukurlah bukan Rei dan syukurlah nenek baik-baik saja. kata Raihan dalam hati.

“Oh iya, tadi pak Madsupi menelepon. Katanya kau pingsan di sekolah, kau tidak lupa minum obat, kan?” tanya bu Anita khawatir.

“Aku baik-baik saja, Bu, dan kumohon jangan bicarakan itu di depan teman-temanku,” jawab Raihan.

Memang cukup banyak hal yang Raihan rahasiakan dari teman-temannya, bahkan dari orangtuanya pun ada. Salah satunya tentang Reino, pak Riko dan bu Anita tidak tahu-menahu anaknya memiliki saudara kembar.

“Ah, maaf Ibu lupa. Kalau begitu beristirahatlah, nanti Ibu bawakan camilan untuk kalian.”

“Tidak usah, Bu. Biar aku saja yang membawakan camilan.”

“Ibu saja, kau temani teman-temanmu, nanti Ibu yang bawakan.”

Tapi—”

“Rai.” Akhirnya Raihan menurut. Kemudian ia mengajak teman-temannya ke ruang tamu dan mulai mengerjakan tugas.

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang