21. Takut

439 85 34
                                    

Yeri merebahkan dirinya di atas kasur. Ia tau sebenarnya masih banyak yang harus dikerjakan, tapi moodnya lagi nggak dalam kondisi yang baik. Pikirannya nggak akan bisa berpusat ke tugas atau pun skripsinya.

Sebenarnya Yeri harus segera menyelesaikan resume jurnal internasionalnya. Tadi siang sih dia sudah mendapatkan beberapa jurnal, hanya tinggal memilih mana yang sesuai dengan kapasitas otak dan topiknya. Tapi belum dipilih juga karena malas. Lagian jurnalnya itu tulisannya kecil-kecil.Bikin makin males.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu terdengar. Yeri mengerutkan wajahnya sambil menunggu siapa yang akan masuk ke dalam kosnya. Biasanya sih Giselle. Memangnya mau siapa lagi Selain Giselle?

Jangan-jangan Jeffrey? Dia kan pernah tiba-tiba ada didepan pintu kamar kosnya. Tapi nggak mungkin kan? Hehehe.

Ia segera bangun dan membuka pintu kamarnya. Suara nyaring itu terdengar sampai menusuk telinga Yeri, "Tadaaaaaaaaaa!"

Yeri nggak jadi kaget, karena dugaannya salah. Ternyata yang datang bukan Giselle maupun Jeffrey, tapi Wendy, "Yaelah, gue kira siapa coy."

Kalau yang dateng beneran si Jeffrey, Yeri nggak bisa nahan malu lagi. Kamarnya berantakan, banyak buku dibiarkan terbuka diatas mejanya. Selain itu, isi keranjang tempat baju kotornya juga menumpuk tinggi, ia belum sempat mengantarkan ke tempat Laundry langganannya. Mau ditaruh dimana wajahnya nanti kalau seandainya Jeffrey tau betapa berantakannya kamar ini?

Wendy langsung berjalan masuk, "emang lo kira siapa?"

"Ya siapa gitu." Jawabnya, "abis lo tumben amat ketok pintu, biasanya juga langsung masuk."

"Biar kayak orang normal."

"Nggak normal lu emangnya?"

"Nggak, gue jenius." Jawab Wendy, lalu merebahkan dirinya diatas tempat tidur milik Yeri, udah bagaikan rumah sendiri aja nih, "Oh iya, itu titipan lo udah gue taruh di freezer dapur."

"Thanks." Yeri kembali menutup kamarnya dan duduk didekat Wendy merebahkan dirinya, "tapi belanjaan lo yang lain dimana?"

Wendy memang usai dari supermarket untuk membeli keperluan bulanannya. Tadi sih ngajakin Yeri juga, tapi Yeri terlalu malas untuk keluar dari kandang mewahnya, atau sebut saja kandang mewah yang dimaksud tadi adalah kamar kosnya. Jadi dia cuma nitip dua bungkus french fries sama tiga bungkus nugget, kebutuhannya yang lain masih belum habis. Sabun mandi pun masih utuh, padahal Yeri rajin mandi.

"Ada, dalem mobil gue."

"Lah terus Irene kemana? Udah pulang?" Tanya Yeri, "Si Giselle juga kemana tuh? Jangan bilang lagi sama Tyler."

"Si Giselle sama Tyler akhir-akhir ini bucin banget dah." Cibir Yeri dengan ekspresi gelinya.

"Si Irene lagi ada photoshot buat catalog baju olshop gitu deh pokoknya. Giselle lagi ganti baju, tuh ada di kamarnya. Nggak lagi sama Tyler." Jawab Wendy, "tapi gue setuju, Tyler akhir-akhir ini emang bucin banget ke Giselle. Untung aja si Tyler seganteng anime gitu."

"Oh itu kayaknya catalog buat produknya temen SMA-nya dia. Baru bikin olshop gitulah, kemaren gue diceritain."

Wendy jadi kepikiran sesuatu, "Foto katalog kenapa malem-malem gini sih? Emang bagus ya hasilnya ntar?"

"Dalem studio kali. Nggak tau juga gue."

Lalu tiba-tiba saja pintu kamar Yeri terbuka lagi. Giselle masuk sambil membawa lembaran-lembaran kertas, "Weeeeeennn, ini nih yang gue maksud tadiiiiiiiiiiiii."

Wendy pun langsung bangun. Kemudian memeriksa lembaran-lembaran itu, yang ternyata adalah proposal skripsinya Giselle, "kenapa sih emang?"

"Masa iya metodologi gue disalahin sih? Bukannya udah bener ya ini? Sistematika gue juga!" Giselle tampak putus asa.

SEMESTER AKHIR; Jung Jaehyun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang