Karena aku salah satu seksi perlengkapan untuk pemberangkatan trip kami hari ini, aku Aidan dan beberapa temanku yang lainnya memutuskan untuk datang lebih awal.
Pemberangkatan kami dijadwalkan jam 9 lewat sementara kami memilih untuk datang lebih awal di pagi buta.
Jam 6 lewat, aku sudah bersiap-siap. Menenteng tasku keluar kamar, ternyata ibu sudah menyiapkan sarapan teh hangat dan nasi goreng.
"Keinget zaman-zaman TK-SD," ucapku lalu memeluk ibu.
"Gak kok. Ini kan pertama kali kamu keluar lagi jadi persiapannya harus gini."
Sedih juga ya aku yang dulu. Masa-masa SMP hingga SMA di Pelita Kartini menjadi masa lalu yang tidak enak untuk diingat kembali.
Aku sudah terlalu lama menarik diri dari lingkungan sekitar.
Dan terasa saja sejak pindah sekolah, aku perlahan merasakan kembali sebagaimana rasanya rumah itu sendiri. Terlebih teman-temanku yang sekarang menjadikanku alasan mengapa kembali seperti ini lagi.
Aku menemukan diriku yang lama.
"Kak Kinanta mana?" Aku menyuapi sesendok nasi goreng ke dalam mulutku lalu melanjut, "tumben. Biasanya dia tuh yang udah stand by."
"Dia masuknya jam 8."
Aku memanyunkan bibirku saja seraya mengangguk paham.
"Ibu jenguk mau gak di sana nanti?"
"Eh mana ada!" Aku menggeleng dan tersedak seketika. "Buuuu aku ini udah gede." Kutepuk dahiku stres sendiri.
"Ya ga apa-apa kan nengok aja."
"Jangan pokoknya! Temen-temenku yang lain aja gak ditengokin. Aku gak SD lagi. Malu-maluin ih. Dikira aku tuh anak manja nantinya," komentarku cerocos begitu saja.
"Kamu itu keliatan kuat tapi sebenernya emang lemah. Ditutupin aja tuh," ejek ibuku.
Aku menumpu dahiku dengan telapak tangan enggan meliat ibu sembari mengunyah makananku. "Iya aku sok kuat aja."
Kulirik jam tangan, lima belas menit sudah kuhabiskan di meja makan. Aku pun segera memakai jaket denim dan kembali menenteng tas usai terburu-buru menegak hangatnya teh.
"Udah mau pergi?"
"Iya."
"Yaudah biar ibu yang anter aja."
○●○
Iya awalnya ibuku berkata, "yaudah biar ibu yang anter aja."
Toh kenyataannya aku yang membawa mobil menuju rumah Adimas sebagai titik kumpul kami.
Selain ke sekolah, aku tidak lagi merasakan suasana pagi seperti ini usai sekian lamanya sering menghabiskan waktu di rumah.
Aku seperti membuka lembaran baru. Lembaran yang benar-benar baru untuk pengalaman baru pula.
Di depan rumah anak lelaki itu, sudah ada sebuah mobil Jeep terparkir.
Pagar terbuka lebar dan ketika aku memberi klakson, beberapa temanku menoleh ke arah mobil yang kukendarai bersama ibu.
Ibu beranjak keluar untuk mengambil alih kemudi.
"Assalamuallaikum tante," sapa salah satu temanku dan yang lainnya pun ikut menyapa.
"Waallaikumussalam. Hati-hati ya di jalan nanti, saling menjaga satu sama lain," pesan ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bully and The Victim
Teen FictionAda takdir yang mampu diubah oleh manusia, usaha untuk memperbaiki dirinya dan yang diimpikannya. Bagaimana ketika dulu ia yang terburuk kini menjadi yang terbaik. Bagaimana ketika mimpinya yang cerah tak secerah milikmu. Dan bagaimana ketika ia...