Juni, 2016
"I'm On a Helevetor~~~~" senandungku pagi itu di depan gerbang sekolah. Kepalaku ikut bergerak mengikuti alunan melodi lagu yang terputar di ponselku.
Bukan lagu mellow yang berisikan pepatah kisah cinta anak muda. Tapi lagu candu dari sang pengisi hati. Liriknya sangat mengispirasi dengan melodi yang bisa menarik hati dan rasa untuk ikut bernyanyi. Tanpa kalian tebak, pasti kalian sudah tau lagu ini milik siapa kan? Yap Jinendra Adsy lah jawabnya.
Lagu ini adalah lagu yang Aji dan grubnya bawakan di saat pagelaran seni bulan April lalu. Karena irama dan melodinya begitu terngiang-ngiang di telinga, aku memberanikan diri untuk meminta lagu itu pada Aji. Untung saja pemuda tupai itu mau memberikannya. Dan siapa sangka lagu milik Aji, Kak Calvin, dan Kak Bayu menjadi lagu favoritku saat ini.
"Pantesan di panggil ngga nyaut!" sebuah tepukan di pundakku membuatku terkejut. Segera saja aku melepas headset di telingaku. Oh rupanya pemuda manis bergigi gingsul yang menepuk pundakku.
"Oh, maaf. Dari tadi manggil gue ya?" tanyaku dan pemuda berseragam putih abu-abu dengan nametag "Hafrizal Rendi J" itu mengangguk sembari tersenyum.
"Iya tadi gue panggil kok ngga nengok, ternyata asyik dengerin lagu" kata pemuda itu. Aku hanya terkekeh dan melanjutkan langkahku menuju kelas. Rendi juga ikut berjalan sejajar denganku. "Lagu apa sih? Kayaknya bagus banget sampe di panggil ngga nyaut"
Aku tersenyum sambil menggulung kabel putih headsetku, "Lagunya Aji. Bagus, gue suka. Ngga ngira kan ya bocah petakilan kayak dia ternyata bisa nyanyi, rap, dance, sama bikin lagu" sekilas aku melihat Rendi tersenyum kecut.
Oh iya kalian ingin berkenalan dengan Rendi? Jika iya mari aku kenalkan. Hafrizal Rendi Junaya, salah satu dari keempat anggota geng Jeremy dkk. Pemuda yang akrab dipanggil Rendi itu memiliki keturunan Tionghoa sekaligus anak seorang pemilik toko elektronik yang sukses.
Dia berperawakan kurus, tinggi, kulit putih, dan gigi gingsulnya yang menjadi daya tarik tersendiri. Pertama kali aku melihat pemuda itu ketika penutupan MOS. Tentu kalian masih ingat saat aku bercerita tentang pemuda bergitar pemilik suara merdu yang mampu menarik atensiku saat penutupan MOS. Iya, itu Rendi Junaya.
Awal masuk kelas, Rendi tergolong tipikal orang yang bersikap dingin dan cuek dengan lingkungan sekitar. Dulu aku dan Rendi memang tak akrab. Bahkan untuk bertegur sapa pun kami tak pernah. Rendi adalah pemuda cuek yang duduk di barisan nomor 2 dari belakang yang selalu sibuk dengan ponselnya. Sementara aku gadis ramai yang selalu membuat keributan di depan.
Tapi semenjak pemuda itu bergabung dengan Jeremy, Jerico, dan Haidar perlahan sikap dingin dan cueknya mulai hilang. Dan semenjak acara akhir taun saat itu. Rendi berani mengajakku bicara untuk pertama kalinya. Dan iya, kami akhirnya bisa dekat tanpa rasa canggung hingga saat ini.
"Oh iya topeng aman kan? Siap presentasi?" tanya Rendi padaku. Aku hanya tersenyum sambil mengangkat paperbag berisikan topeng hias milikku dan Rendi.
Kelasku mendapat tugas akhir kesenian sebelum UAS dilaksanakan. Pak Dimas selaku guru kesenian, memberi tugas untuk menghias topeng kayu dan di akhir pertemuan kami disuruh untuk mempresentasikan karya kami. Pak Dimas membagi kami dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang. Dan aku satu kelompok dengan Rendi.
Aku senang saja satu kelompok dengan pemuda yang kerap dipanggil "Cina" oleh Aji. Ya bagaimana tidak suka, Rendi pemuda yang handal di bidang kesenian. Dia sering mendapat pujian dari Pak Dimas perihal sketsa, lukisan, maupun kriyanya. Seperti keberuntungan kan bisa satu kelompok tugas kesenian dengan Rendi?
"Insyaallah siap presentasi. Walaupun tadi malem sempat panik gara-gara cat nya belobor disenggol adek gue. Untungnya bisa diperbaiki sama Ayis" ujarku dan Rendi hanya tersenyum hingga gingsulnya mengintip. Manis sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kenang Bersama Jinendra
Teen FictionTentang kisah masa lalu pertemuan dan pertemanan antara Jinendra dan Renata di masa SMA yang ditorehkan diatas lembar putih dengan goresan pena hitam. Kisah sedih, senang, tangis, dan tawa. Semuanya ada. Lalu bagaimana dengan kisah cinta? apakah jug...