21. Demo

1.1K 109 3
                                    

Zefanya dan Ifa saat ini sedang berbenah untuk segera berangkat menjadi relawan kesehatan untuk para mahasiswa yang berdemonstrasi mewakili rakyat, sebelum berangkat, Zefanya dan Kevin sempat berdebat sengit karena Kevin memang tidak mengizinkannya untuk ikut aksi ke jalan, tapi setelah Zefanya dengan pelan-pelan memberi pemahaman pada Kevin tentang apa yang ia perjuangkan, Kevin mendukungnya bahkan beberapa sahabat atletnya mengirimkannya uang untuk dibelikan roti dan susu untuk para mahasiswa.

"Zona medis di situ kan?" tanya Zefanya pada Ifa yang kemudian dibalas anggukan.

"Roti jadi berapa dus?" tanya Zefanya lagi.

"15 dus, sama kaya susu, tapi air mineral kecil ada 10 dus," jawab Ifa.

Zefanya memakirkan kendaraannya tidak jauh dari zona medis tersebut lalu disambut dengan beberapa orang yang sudah siap siaga untuk segera membantunya mengangkat makanan yang ia dan Ifa bawa ke tenda kesehatan.

"Udah semuanya kan? Yuk ikutan briefing" ajak Ajil, mahasiswa kesehatan dari sesama kampusnya.

"Iya temen-temen, titik ini udah di peruntukan sebagai zona medis buat para mahasiswa yang saat ini sedang berjuang, jadi harusnya kita nggak perlu khawatir. Semua relawan kesehatan yang punya sertifikat pelatihan untuk penyelamatan dasar saat ini sudah berkumpul disini, saya dan temen-temen perwakilan dari masing-masing kampus minta kerjasamanya, karena kita saat ini sudah jadi satu, kita bukan hanya mewakili almamater kampus tercinta, tapi mewakili suara rakyat. Ingat teman-teman, hari ini memang hari yang tepat untuk kita berjuang, berjuang menyuarakan hak hak kita yang selama ini dirampas. Sebelum kegiatan hari ini dimulai, alangkah baiknya jika kita berdoa bersama. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai," ucap pria dengan almamater berwarna biru dongker.

Zefanya memapah pria yang kakinya terlihat terkena pecahan kaca, suasana tenda kesehatan memang saat ini sedang ramai-ramainya karena jauh di depan sana sudah mulai terjadi banyak kericuhan.

"Duduk dulu sebentar, saya ambil pinset sama perban dulu," ucap Zefanya yang diangguki oleh pria itu sambil meringis.

Zefanya dengan serius mencoba mengeluarkan pecahan kaca tersebut dari kaki laki-laki yang bernama Ivan sambil sesekali memastikan apakah Ivan kuat menahan sakitnya.

"Udah di cabut, mau air sama roti?" tanya Zefanya yang dibalas gelengan.

"Nggak usah, makasih ya." ucapnya yang diangguki Zefanya.

"Mau kemana?" tanya Zefanya heran begitu laki-laki tersebut sudah berdiri dengan gagahnya seakan-akan ia tak pernah terluka.

"Mau berjuang lagi, negara saya lagi nggak baik-baik aja," ucapnya yang kemudian Zefanya sodori air mineral.

Zefanya sedang membantu perempuan yang satu almamater dengannya menggunakan tabung oksigen, ia sesekali mengelus pelan punggungnya untuk menyuruhnya tenang.

"Sudah baikan?" tanya Zefanya yang dibalas anggukan.

"Terimakasih kak," balasnya yang kemudian diketahui bahwa dia adalah adik tingkatnya.

"Disini dulu, kamu nggak saya kasih izin untuk ke depan sana, bisa-bisa kamu pingsan terus keinjek-injek" ucap Zefanya memperingatkan.

Kericuhan yang terjadi saat demonstrasi makin parah, beberapa mobil polisi sudah banyak yang terlihat dihancurkan oleh para mahasiswa dan masyarakat sipil, beberapa mahasiswa juga banyak yang terkena water canon sehingga membuat mata mereka menjadi iritasi.

DUAR

Suara seperti bom terdengar tak jauh dari Zefanya yang saat ini membantu laki-laki menggunakan inhaler miliknya, suara tersebut mampu membuat seluruh orang yang ada di tenda medis seakan-akan berhenti bersamaan.

Beberapa tembakan air dan sekumpulan asap di tembakan ke zona medis oleh beberapa polisi, membuat para wakil dari masing-masing kampus langsung memasang badannya untuk menghentikan yang dilakukan tentara sekalian.

"Kalian ngerasa perih nggak sih mata nya?" tanya seorang relawan laki-laki yang disetujui oleh semua orang yang berada di zona medis tersebut.

"GAS AIR MATA!!!!" teriak pak Asep membuat semuanya terdiam, pasalnya perjanjian yang sudah dibuat antara kedua belah pihak ternyata tak di tepati.

Ifa tiba-tiba menghampirinya sambil membawa odol, menyuruhnya untuk memakaikan odol tersebut di bawah matanya, suasana tiba-tiba porak poranda karena pos evakuasi tiba-tiba ditembaki oleh gas air mata, sementara ada beberapa orang yang masih ada di dalam pos tersebut.

"Ifa bantuin gue, di dalem masih ada cewek!!" teriak Zefanya panik.

Zefanya dan Ifa menerjang semprotan water canon tersebut sambil bergandengan tangan menuju pos.

"Ini gimana? Dia lemes bgt, basah semua lagi," ucap Ifa bingung.

"Pakein odol dulu bawah matanya, terus bantuin naik ke punggung gue," ucap Zefanya yang kemudian disetujui Ifa.

Zefanya menggendong perempuan tersebut di punggungnya sambil Ifa terus membantu menuntunnya ke arah mobil miliknya.

Tempat parkiran mobil penuh oleh para korban medis, karena relawan memang menariknya mundur Ifa kemudian membuka bagasi mobil miliknya untuk menjadi tempat tidur karena semua bangkunya sudah ia cabut kemarin sore dibantu Ifa.

"Duduk dulu disini, kaki kamu lukanya parah," ajak Ifa pada laki-laki bernama Lindu yang pahanya juga terkena pecahan kaca.

"Makasih," jawabnya.

"Kok disini bisa kena gas air mata gini sih? Bukannya kalian bilang udah di titik aman?!" protes Zefanya pada perwakilan kampusnya.

"Iya udah!! Tapi ternyata banyak mahasiswa yang masuk ke sini, makanya polisi bilang mereka harus nyemprot kawasan ini pake gas air mata!" teriaknya sama-sama marah.

"Sudah, sudah! Kembali lagi bantu, saya sama yang lain ke depan lagi cari orang yang luka di pinggir jalan, kalian siap-siap terus. Ini bentar lagi selesai, tapi kita harus pastikan semuanya layak untuk kembali pulang," ujar pak Asep.

Zefanya mengusap peluhnya sambil meminum sekotak susu strawberry di tangannya, hari ini benar-benar menguras energi dan tenaganya, kakinya bahkan sempat gemetar barusan karena terlalu banyak berdiri.

"Ada yang kepalanya sobek! Tolong ini yang bisa jahit!!!" teriak pak Asep.

Beberapa mahasiswa yang terluka silih berganti datang dan pergi, sementara Zefanya, Ifa dan para relawan mencoba sebaik mungkin untuk merawat para pendemo.

"Oke temen-temen, saya dan enam orang lain akan stay di sini, sisanya relawan kain diperbolehkan untuk pulang. Tapi sebelum itu saya ingin menyampaikan rasa terimakasih atas bantuan teman-teman, terimakasih banyak atas kerja keras teman-teman disini. Kita memang nggak dibayar, tapi semoga saja perjuangan kita nggak sia-sia. Kita sebelumnya foto dulu ya untuk kenang-kenangan. Sekali lagi terimakasih teman-teman!" ucap pak Asep yang disambut senang, semua relawan otomatis berpelukan dengan relawan lain.

Setelah selesai berfoto, Zefanya dan Ifa masuk ke mobil untuk duduk karena kaki mereka berdua memang sakit sekali, belum lagi seusai ini, Zefanya harus mengemudikan mobilnya untuk pulang ke apartemen.

"Makasih Zef," ucap Ifa yang membuat Zefanya menoleh.

"Untuk?"

"Gue nggak tau gimana jadinya gue kalo nggak atas kebaikan lo selama ini," ucapnya.

𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang