❝ Teruntuk Jung Jaehyun,Jika dirimu membaca ini, mungkin aku telah pergi. Ketempat yang jauh, bertanya akan seperti apa dunia esok hari.
Langit yang terlukis indah, bersama awan tersapu angin. Cahaya matahari lembut menyinari wajahku. Permohonan untuk Yang Maha Kuasa berbondong-bondong menguasai langit.
Nyanyian burung menghantarkan rasa nyaman pada makhluk lain.
Hari ini hari yang indah. Namun seseorang dengan pakaian serba putih dan wajah tersenyum cerah membawaku ke suatu tempat yang akan secepatnya kusinggahi.
Awalnya ragu, tapi naluri malah memaksa tangan rampingku untuk menerima uluran-Nya.
Aku pergi. Esok kau tak akan mendengar namaku dipuja-puja. Bahkan orang-orang yang mengenalku tak akan ingat bahwa sosok Huang Renjun pernah hadir dalam satu menit atau lebih di hidupnya.
Oh ya. Jaga anak kita ya, beri kasih sayang tiada batas dan yang terbaik untuknya.
Katakan padanya aku sangat mencintai dan menyayangi dia.Aku tak bisa turut andil mengasuh aegi, namun do'aku selalu bersama kalian.
Eh? Sepertinya sudah dekat.
Baiklah, selamat tinggal. Aku mungkin pergi, tapi aku tak mungkin pergi dari hatimu.
Benarkan? hahaha.Mari kita bertemu suatu hari nanti, menggapai keabadian dimana anya ada kamu dan aku. Aku ingin kau dapat melihat pemandangan spektakuler yang sempat aku lihat juga.
Bersama. ❞
Jaehyun mengusap ujung matanya yang berair. Pipi tirus itu telah basah sejak tadi sore, bahkan maniknya bengkak karena terlalu sering memproduksi air mata dengan kapasitas yang sangat besar.
Ia menoleh ke dalam kamar –lebih tepatnya ke box bayi di depan tempat tidur. Si kecil nampak pulas dengan ibu jari di dalam mulutnya. Satu, dua tetes air mata kembali hadir.
Jaehyun memeriksa selintas. Langit yang kini berwarna jingga keunguan perlahan terkikis. Sebuah gantungan kunci berbentuk bulan sabit kuning ia angkat.
Memori-memori indah bersama sang pujaan hati terputar diotaknya. Tangan kekar itu bergetar, diiringi rasa sesak dalam dada. Hatinya berteriak kesakitan.
Tersenyum sendu, Jaehyun mencoba mengulang janji yang pernah diucapkan olehnya dan sang istri.
"Kau tahu, Renjun. Aku bangga menjadikanmu ibu dari anakku," ia menghela nafas. Meraup oksigen banyak-banyak lalu diakhiri dengan hembusan panjang.
"Aku juga bangga menjadikanmu istriku"
"Kau orang yang kuat, sayang"
Jaehyun melangkah masuk, melonggarkan simpul dasi, dan melirik sang anak yang masih tertidur pulas.
"Jisung..."
Perlahan manik bayi itu terbuka. Mengerjap lucu, kemudian tersenyum lebar setelah mengetahui siapa orang yang tadi memanggil namanya.
"Mandi dulu yuk"
Kekehan kecil menjadi jawaban. Jaehyun mengangkat tubuh mungil itu, melepas seluruh pakaiannya dan Jisung. Lalu pergi ke kamar mandi –berendam di air hangat penuh busa yang tadi ia siapkan.
"Untuk yang terindah. Pasti akan kulakukan yang terbaik"
"Dan itu semua juga untukmu yang termanis"
"Huang Renjun"
c o m p l e t e d
( 416 words )[ empat chapter terakhir rada
angst dong. Baru sadar:(BTW ini dikit banget ga sih?
Hehehe ]
KAMU SEDANG MEMBACA
KAK
RandomSedikit cerita tentang Jung Jaehyun dan Huang Renjun yang berbagi masa mudanya bersama. ❝ Hanya ada Kamu, Aku. Kita ❞ 🗂 a Ficlet book 𝘽 𝙭 𝘽 : 𝙅𝙖𝙚𝙝𝙮𝙪𝙣, 𝙍𝙚𝙣𝙟𝙪𝙣 Copyright © 2O2O xxrenmyn