Chapter ini masih full of Vee, yang kangen baby Masa... tahan dulu yee...
Jenna nggak tau banyak tentang engineering karena Jenna bukan teknisi / engineer, Jenna cuma terpaksa belajar karakter mesin di kerjaan, karena berhubungan dengan job desc Jenna, jadi Jenna cuma tau dikit aja. So..klo ada salah ya maapke lah..
###
Tim engineering dan quality control tengah mengadakan meeting untuk perencanaan produk baru pesanan klien. Vee sebagai siswa magang yang tidak ada hubungannya dengah hal itu diberi tugas untuk berkeliling mengecek semua mesin yang tengah running produksi.
"P' ada yang bisa aku bantu?" tanya Vee pada senior yang tengah kerepotan memindah barang.
"Nong bisa kau bawa wagon ini ke welding, sekalian bawakan wagon kosong kemari."
"Baik Pee"
Tak berapa lama Vee yang mengantar wagon penuh part kembali ke senior yang tadi menyuruhnya dengan membawa wagon kosong. Ia membantu memindahkan beberapa part yang baru selesai diproduksi ke wagon tadi.
"P' bukahkah part ini harusnya bisa dicover langsung di mesin jadi tidak perlu proses welding?" tanya Vee.
"Ya, benar katamu. Masalahnya belum ada yang bisa setting mesin dengan pas, hanya bisa dilakukan pada mesin manual, sedang yang kita pakai ini otomatis. Kau bisa melihatnya di mesin sebelah nong." Vee melangkah menuju mesin yang ditunjuk senior, yang kebetulan sedang tidak berproduksi.
"P' bisakah aku mencobanya?" tanya Vee setelah mengamati mesin.
"Ya kau bisa, safe stock part dari mesin itu sudah cukup jadi tak masalah karena nanti juga akan di resetting untuk part lain."
Beberapa saat Vee mengotak-atik program juga beberapa bagian mesin, senior tadi mendekatinya.
"Bagaimana nong?"
"P' apa selama ini kalo diset langsung membuat permukaannya tidak rata?"
"Ya. Karena penahannya tidak stabil, kau tahu masalahnya?"
"Aku pikir ada masalah dengan tool path nya juga perlu sedikit mengubah ukuran kurva di set program." Vee menunjukkan gambaran dan perhitungan untuk mesin.
"Wow nong...apa kau terbaik di kelasmu?" puji senior melihat hasil Vee.
"Tidak juga P', aku hanya bagus di hitungan dan paktek, kalo teori...butuh kerja lebih keras." Vee menggeleng.
"Tak apa nong, orang tak harus menguasai semua hal. Kulihat kau sangat bagus, hanya melihat mesin sebentar saja kau sudah mampu menemukan masalah dan solusinya."
"Aku masih harus banyak belajar Pee." jawab Vee sembari menset program mesin.
"Manfaatkan waktu belajarmu disini, aku juga dulu magang disini. Perusahaan ini sangat bagus meski berdiri belum lama tapi produknya mampu bersaing dengan produsen lokal maupun impor. Dan yang pasti perusahaan sangat menghargai bakat tiap karyawan, orang sepertimu pasti akan sangat dibutuhkan dan dipertahankan."
"Ya Pee."
"Nah Pee, bisa kau coba jalankan."
Senior bergerak menjalankan mesin dan memasukkan material. Menunggu beberapa saat produk jadi pun keluar, ia mengecek hasilnya.
"Nong! bagaimana ini bisa? Aku harus memberitahu P'Dim." ujarnya takjub lalu pergi meninggalkan Vee.
Tak berselang lama senior tadi kembali dengan P'Dim juga beberapa orang engineering, mereka menanyai Vee dan meminta Vee menunjukkan prosesnya pada mesin yang tengah running tapi belum diset. Mereka melihat bahwa tak ada masalah dengan settingan yang baru bahkan bisa menghemat tak hanya waktu, tenaga kerja, juga biaya produksi. Itu jelas sangat menguntungkan bagi perusahaan.