Ciremai Era Millenial. February 2020 Misteri Si Jaket Merah. ( Part 1 )

136 7 0
                                    

Setelah turun salak 2 besama ridwan dan arfan tiga hari kemudian gw harus naik lagi menuju gunung ciremai. Capek sih tapi entah kenapa tubuh ini selalu memiliki power cadangan ketika mendengar kata pendakian. Kebetulan juga saat itu dimas bolak balik nongkrong dirumah. Mengetahui rencana gw naik ke ciremai lagi spontan jiwa mudanya langsung bergejolak. " Seriusan ente mo naek lagi bang. ? Bukannya baru turun dari sono bulan kemaren.?? Itukan januari dim, february gas lagi lah. Awalnya dia hanya penasaran tetapi melihat persiapan gw dimas mulai bimbang.

"Bang ane balik dulu bentar. Ngecek duit. 400 cukup gak bang.??" Cukup gw bilang. "Oke ane balik bentar. Kalo dapet duitnya ane langsung kemari." Siip. Bergegas dia raih motornya. Starter lalu hilang dalam putaran roda. WA kembali berbunyi. Hari ini kak rum dah take off dari Denpasar menuju Jakarta. Setelah acara pesta keluarga rencananya kita akan bertemu di St. senen untuk berangkat bersama. Sore itu persiapan gw rampung. Sambil ngebul gw lanjutkan beberapa tulisan yang belum selesai.

Mantab..!! Kaki yang rada nyut-nyutan kadang terasa tajam menggigit. Semoga cepat sembuh yaa sambil gw usap usap penuh perasaan. Sejak balik dari kerinci desember kemarin trus lanjut ciremai dan salak 2 dengkul kiri gw emang agak bermasalah tapi bukan masalah besar selama ada restu dan izin dari Allah sang penguasa jiwa raga. Malam merambat cepat. Aktifitas gw seperti biasanya. Duduk didepan pc atau laptop untuk merangkai ratusan bahkan ribuan bait kata menjadi susunan kalimat yang enak untuk dibaca.

Kadang gw rindu juga menuliskan hal hal lain selain pengalaman gw. Tapi begitulah.. Rindu tinggal rindu sementara hati dan pikiran gw kembali bermain dengan kenangan yang ada. Oww that's awesome you know. Menuliskan jurnal perjalanan dalam penyajian yang santai dan berbeda dari sekedar laporan perjalanan membuat jiwa gw selalu masuk dalam setiap kalimat yang tercipta. Rasanya seperti kembali kemasa saat kejadian itu kita alami. Energi yang terkuraspun sangat luar biasa.

Kadang badan lebih remuk dari pendakian berantai yang kerap gw lakukan. Terima kasih yaa Allah. Dengan usiaku ini Engkau masih berikan kekuatan yang cukup prima. Pikiran yang baik serta semangat untuk tetap berkarya mengisi waktu dalam sisa hidupku. Tak terasa.. Pelan tapi pasti mata gw mulai sayu dan semakin meredup. Disaat kantuk tak tertahankan dimas datang dengan seperangkat alat pendakiannya. " Assalamualaikum.. Bang." Waalaikumussalam. Masuk dim. Basa basi sebentar. Gw balik lagi keperaduan. Matikan PC lalu hening dalam keramaian semu.

Esok hari gw terbangun. Gak pagi pagi amat sih. Rentetan pesan dari kak rum segera gw jawab satu persatu. Dimas masih tertidur pulas. Hmm begadang ni bocah romannya.. Berhubung waktu masih cukup longgar gw biarkan dia lelap dalam mimpinya. Nyalahkan PC lalu larut didalam dunia gw sendiri. Waktu cepet banget berlalu. Hmm dah jam 10 aja. "Dim bangun. Siap siap. Bentar lagi kita jalan. Handphone kembali berbunyi. Panggilan wa dari kak rum segera gw jawab. Berhubung kita belum paham tiket koboi kereta api gw putuskan untuk menggunakan Bus AKAP. "Kita ketemu di cerebon aja ya kak." Spak speak sebentar akhirnya deal.

Gak lama dimas selesai mandi. Yaqin semua beres kita bersiap untuk melangkah. "Mas jalan dulu ya dek." Wanita mungil itu terseyum manis lalu mencium tanganku. "Hati hati mas." Assalamualaikum.. Walaikumsalam jawabnya sendu. " Mpok ane berangkat dulu yah sambung dimas. Doain selamet. "Iya hati hati dim. " Langkah pasti segera mengisi hari. Tak berapa lama kita tiba di pinggir jalan. Sambil duduk di dinding trotoar kita menunggu angkutan umum jurusan kampung rambutan. Akhirnya dia terlihat datang. Stop lalu masuk menuju chek point pertama. Raih WA.. "Kak kita berangkat. Sampai ketemu disana.

Estemasi waktu sekitar 4-5 jam untuk sampai Cirebon." Oke bro. Kereta gw jam 12 baru jalan." Wah pas bathin gw. Selisih waktunya gak akan lama seperti pendakian gw sebelumnya. Mudah mudahan lancar. Alhamdulillah siang itu kondisi jalan ramai padat. Gak macet hingga suntuk datang merayap. Kurang lebih 30 menit kita sampai di Pasar Rebo. "Disini aja dim." Bayar ongkos lalu turun menyambut jalan. Belum juga habis rokok sebatang bus Lur Agung jurusan Cirebon-Kuningan terlihat didepan mata. "Hmm Dah rada penuh nih penumpangnya. Sikat dim.! Tanpa ragu kita langsung naik kedalam. Cari kursi lalu duduk menanti roda berputar mengantar impian.

Kumpulan Cerita Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang