11

1.6K 341 12
                                    

Hari - hari yang dilalui Gracia dan Shani terasa begitu cepat, dan akhirnya tiba waktunya keberangkatan Shani ke Jerman untuk menjalani pengobatannya.

Disini di Bandara YIA ( Yogyakarta International Airport ) tempat yang akan menjadi saksi perpisahan , sekaligus awal perjuangan Shani untuk pengobatannya dan perjuangan Gracia untuk kesetiaannya.

Ditempat ini akan ada kesedihan di kala kita merelakan melepaskan orang terkasih untuk pergi jauh dan disini pula sumber kebahagian dikala bertemu dengan orang terkasih di kala mereka datang .

Pertemuan dan perpisahan dua hal,  yang hanya dibatasi satu garis tipis bahkan hanya satu titik seperti halnya kesedihan dan kebahagian, yang tak kan pernah lepas dari hati dua sisi rasa.

Dan kini yang di alami Gracia dan juga shani adalah kesedihan di mana yang satu harus merelakan pergi dan yang satu harus merelakan untuk meninggalkannya.

Hati mereka diselimuti kesedihan, kegalauan dan juga kecemasan. Pikiran mereka sama, bagaimana nanti menjalani hari - hari tanpa ada orang terkasih di sisinya, pasti akan terasa berat dan melelahkan.
Pasti akan terasa hampa dan ada sesuatu yang hilang dalam diri mereka , setelah apa yang mereka lakukan beberapa bulan ini selalu bersama dalam segala hal, dan kini dipaksa untuk berpisah dengan tiba - tiba , seperti kehilangan satu mata bisa berjalan tapi tak sempurna.

Saat di perjalanan ke bandara,  keduanya tak ada yang bicara , hening  bahkan suara musik dari mobilnya saja tidak terdengar. Gracia pun seakan enggan untuk melirik apalagi memandang kekasihnya yang duduk di sebelahnya. Hatinya terasa rapuh , sorot matanya terlihat sayu menggambarkan kesedihan yang amat dalam. Gadis pujaannya akan pergi jauh entah sampai kapan waktunya,  tak ada yang tahu.

Shani yang berada di sebelahnya pun bingung mau bilang apa, dan dari mana , hatinyapun dilanda kesedihan yang dalam. Yang bisa dilakukan hanya menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih yang sedang nyetir,  pandangannya fokus ke depan. Tak lama berselang tiba lah mereka di Bandara YIA . Gracia membawa semua barang bawaan Shani.

"Shan kalau aku bilang jangan pergi, apakah kamu tetap akan pergi ?" tanya Gracia pada Shani saat duduk di bangku tunggu.

"Kan kamu yang maksa aku buat berangkat ke Jerman secepatnya, kenapa sekarang malah nahan aku buat pergi ?"

"Nggak tahu tiba - tiba saja aku berubah pikiran untuk tidak merelakan kamu pergi."

"Dengarlah sayang, aku pergi untuk kembali lagi, aku pergi untuk berjuang demi hidup lebih lama berada disamping kamu dan mama."

"Aku juga nggak rela harus pergi ninggalin kamu , tapi aku terpaksa pergi, demi ke sembuhanku demi bersama kamu kelak selamanya menua bersama."

"Nggak Shan, aku maunya kamu tetap di sini bersamaku di sampingku selamanya, bagaimana nanti aku harus menjalani hariku tanpa kamu, bagaimana aku harus berjalan , sedang jalanku terhalang hatiku yang kamu bawa pergi ?"

"Setahun nggak lama sayang, aku yakin kamu bisa , jangan buat langkahku semakin berat Gracia, aku ingin pergi meninggalkan kamu dengan senyuman yang hangat." Ucapnya sedih,  dan setetes bulir air mata turun tanpa di komando.

"Jangan buat niatku semakin surut sayang."lanjut Shani, sambil mengelus dan bersandar di bahu Gracia menandakan diapun enggan untuk pergi.

"Setahun kamu bilang nggak lama?" Jangankan setahun , sehari bahkan sejam saja terasa bagai ribuan jam apalagi ini setahun...?"

"Waktu yang akan bicara dan memberi kekuatan pada kita, dan waktu jualah yang akan memberitahu bagaimana kekuatan hati kita, kita hanya butuh saling menjaga kepercayaan."tutur Shani panjang lebar.

"Aku yakin kamu bisa menjalani semua ini tanpa aku, jangan iringi kepergianku dengan air mata kesedihan Ge, aku nggak mau melihatnya."lanjut Shani.

"Aku pastikan aku akan menunggu kamu kembali sampai kapanpun, berjuanglah dan cepatlah kembali, ada hati yang selalu menantikan mu."ucap Gracia sambil memeluk Shani, memberikan kenyamanan . Ada kehangatan yang merasuki relung hati Shani dikala mendengar ucapan manis dari sang kekasih.

"Ge sebenarnya aku mau kamu menemaniku ke Jerman, tapi aku tahu kamu nggak akan bisa dan aku juga nggak mau kamu korbanin masa depan kamu, sekolah kamu dan juga kerjaan kamu yang sangat banyak sebagai tanggungjawab kamu sebagai pemilik sekaligus CeO."

"Saat kamu kembali aku akan menjemput kamu di sini, aku ingin jadi orang pertama  setelah mama yang melihat kesembuhan kamu." Ucap Gracia mantap.

Tangannya terulur mengelus pipi sang kekasih yang kian hari kian tirus .

"Kalau aku diberi kesempatan untuk menghentikan waktu maka akan aku hentikan saat ini juga, demi melihatmu lebih lama." kata Gracia sambil terus mengelus wajah dan bibir kekasihnya.

"Masih ada waktu sepuluh menit ayo ikut aku bentar."kata Shani menarik tangan Gracia.

"Mau ngapain ?" Tanya Gracia pada Shani yang masuk dalam bilik toilet dan menguncinya.

Tanpa menjawab pertanyaan Gracia, Shani langsung mendekatkan wajahnya dan mencium bibir lembut Gracia, dengan sangat dalam, tanpa ada nafsu sedikitpun. Shani hanya ingin menyalurkan cinta dan sayangnya lewat ciuman, dan graciapun membalasnya dengan lembut pula, karena ini akan menjadi moment ciuman terakhir mereka sebelum keberangkatan Shani.

"Aku akan menunggu kamu, cepatlah kembali dengan kabar yang sangat menggembirakan."ucap gracia disela - sela ciumannya.

"Ayo sudah waktu nya kamu berangkat."kata Gracia.

"Aku bakal berdiri di sini sampai last call." Kata Shani pada Gracia, yang dari tadi tak mengeluarkan sekatapun.

"Aku cinta kamu Shani Indira Natio."

"Love u too Shania Gracia."

Akhirnya last call pun menggema itu artinya seorang Shani Indira Natio akan meninggalkan keindahan dan kenangan kota Jogja , bahkan besok akan meninggalkan indonesia.

Perpisahan tidak harus didasari karena perbedaan pemikiran.

Perpisahan tidak selalu berujung jalan yang berbeda.

Perpisahan tidak harus menyisakan kesedihan.

Dan perpisahan tidak harus berujung penyesalan karena pertemuan.

Tapi perpisahan menjadi awal untuk langkah yang baru yang akan ditempuh selanjutnya.

Perpisahan bukan menjadi penghalang untuk menyatukan cinta dan kasih, jarak waktu pun tak mampu menjadi penghalang.

Awal pertemuan mereka di awali dengan perdebatan pertengkaran dan juga pembullyan.
Namun siapa sangka Tuhan maha membolak balikkan hati hambanya.

Benci jadi cinta .

Perpisahan mereka bukanlah akhir dari kisah perjalanan cinta mereka , tapi justru perpisahan mereka menjadi awal langkah yang baru dalam kisah percintaan dan kenangan yang mereka ciptakan.

"SENJA DI SUDUT KOTA JOGJA."









SENJA DISUDUT KOTA JOGJA ( End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang