Sudah lama Naomi tidak menikmati perjalanan menuju Serpong melalui kereta api. Dan Minggu pagi ini dia ingin merasakannya kembali. Gerbong kereta api cukup lengang, tidak banyak penumpang saat itu. Sesekali Naomi mengingat kisah cintanya dengan seorang commuter bernama Quinn, pria berkulit gelap yang humoris. Entah bagaimana kabarnya sekarang. Naomi senyum-senyum sendiri mengenang kisahnya.
______
Setelah mengatur napasnya, Naomi memencet bel pagar sebuah rumah besar bercat putih dengan halaman yang cukup luas.
Tidak lama seorang wanita setengah baya muncul dari pintu samping rumah. Dengan wajah ragu dia melangkah menuju pagar.
Diamatinya gadis bertopi dengan rambut terurai berdiri di luar pagar rumahnya. Menunggu reaksinya.
"NAOMIIII,"
Buru-buru wanita itu membuka pagarnya. Diburunya tubuh Naomi. Memeluknya kuat-kuat.
"Ampuuun..., udah lama nggak main ke rumah. Ayo masuk. Riko ada di kamarnya,"
Sambil dirangkul Mama Riko, Naomi melangkah memasuki rumah. Tak ada kata-kata yang terucap dari bibir keriputnya, dia hanya terus mengusap-ngusap bahu Naomi.
"Buka aja. Masih tidur. Gih bangunin. Pasti dia hepi banget," ujar Mama Riko tepat di depan pintu kamar Riko.
"Tante tinggal dulu ya? beres-beres...,"
Naomi menatap sebentar punggung Mama Riko yang melangkah cepat menjauh darinya. Perlahan dibukanya pintu kamar Riko.
Riko memang masih tidur. Nyenyak sekali. Jendela kamarnya saja masih tertutup gorden.
Lalu sambil menunggu Riko bangun sendirinya, Naomi membereskan barang-barang kamar Riko yang sedikit berantakan. Menatanya agar sedikit lebih rapi.
Dulu, Naomi memang beberapa kali pernah berkunjung ke kamar Riko. Khususnya malam Minggu. Apalagi kalau sedang tidak punya uang, Naomi kerap ikut makan malam bersama keluarga Riko. Kalau sudah kenyang, mereka bersama-sama menghabiskan waktu bersama bermain game di kamar Riko. Tidak lama, hingga menjelang pukul sepuluh malam. Setelahnya, Riko harus mengantar Naomi pulang ke rumahnya. Tentu saja tidak langsung di depan rumah Naomi, hanya batas mulut lorong menuju rumah Naomi.
Naomi sejenak mengenang kisahnya dengan Riko. Hubungan yang awalnya hanya persahabatan, lanjut menjadi hubungan kasih sayang. Riko yang merupakan kakak kelas Naomi di SMP yang sama, memang kerap menoyor kepala Naomi jika berpapasan di kantin. Naomi juga rajin memberinya uang jajan. Riko tidak malak, juga tidak maksa. Naomi sendiri yang ingin berbagi. Hingga Riko sendiri akhirnya bertanya, "Kenapa lu suka ngasih duit ke gue?," dengan enteng Naomi menjawab, "Karena gue cinta ma lu."
Riko terdiam saat itu. Naomi begitu percaya diri menyatakan rasa cintanya ke Riko. Sungguh jawaban yang di luar dugaan. Awalnya Riko hanya mengira Naomi menjawab suka atau kagum. Tapi ini cinta? Naomi baru berusia 13 tahun. Tapi berani bilang cinta?
Seminggu setelahnya. Mereka pun semakin dekat. Dan akhirnya Riko bilang ke Naomi, "Ommi, mulai sekarang, lu pacar gue. Lu jangan selingkuh ya? kalo gue boleh-boleh aja. Hehe...,"
Karenanya tidak heran, Naomi sering diboongi, dikibuli, dimarahi jika telat balas pesan, karena memang awal jadian Riko sudah usil duluan. Marahan, baikan, marahan, baikan, begitu seterusnya. Dan Naomi tidak pernah memutuskan Riko hingga Riko mendekati kakaknya, memacarinya. Naomi tidak lagi berniat untuk kembali lagi.
Kamar Riko sudah rapi ditata Naomi. Kini Naomi duduk di tepi ranjang Riko, sambil terus menunggu Riko benar-benar bangun.
Tidak perlu lama Naomi menunggu, bunyi deru mesin mobil dari luar rumah membangunkan Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Naomi
RomancePutus dari Riko adalah awal hidup Naomi penuh dengan kebimbangan dan kesendirian. enjoy... cover source: devapp.uberpeople.kr