Bulan ini 22 tahun yang lalu.. Kampus-kampus semakin riuh dan aksi-aksi menjadi lebih berani. Orasi yang biasanya hanya didalam kampus kini mulai ke tepian jalan. Blokade singkat mulai terjadi walau langsung dibubarkan paksa oleh aparat. Sebelum 12 mei 98 benih-benih api mulai timbul dimana-mana. Rezim rakus dan korup yang terlalu lama berkuasa akhirnya kolaps. Kekuatan militer mulai terpecah. Setelah angkatan 66 semua aksi besar bisa dibilang lenyap tak berbekas tetapi 1998 berbeda. Situasi ekonomi global dan geo politik indonesia saat itu sangat mendukung untuk lahirnya sebuah gerakan besar. Gerakan yang sangat kuat dari berbagai lapisan masyarakat. Mahasiswa sebagai motor penggerak ternyata mendapat dukungan penuh dari grass road. Runtuhnya ekonomi diawal kekuasaan sang diktator membuat jalan semakin terbuka. Krisis ekonomi yang berkepanjangan serta banyaknya kasus kasus korupsi besar yang tiba-tiba menghilang dari permukaan membuat atmosphere jakarta semakin panas.
Luka lama mulai terasa. Mulai bangkit dan menjangkiti setiap kampus. Gerakan anti pemerintah atau tepatnya anti sang jendral yang selama ini diberangus mulai pecah. Mahasiswa yang selama ini dibungkam dengan keras dan dikebiri hak-haknya untuk bersuara sudah tak bisa terbendung lagi. Gerakan demi gerakan semakin nyata. Makin berani dan makin menggelisahkan. Sang Jendral bintang 5 semakin gundah gulana. Operasi senyap untuk menghabisi para pengganggu mulai digelar. Tak sedikit korban berjatuhan. Makin beringas usahanya untuk membendung gerakan semakin buas dia mendapat tantangan. Demo tidak mereda melainkan bertambah besar dan kuat. Skala kekuatan bertambah lebar dan massive. Sebagai rezim yang terkenal baik dan murah hati maka aksi mahasiswa mulai mendapat respon. Satu persatu pentolan demonstran hilang dan dipindahkan kelain alam. Memang benar semua serba murah sampe sampe nyawa manusia juga sangat murah untuk ditukar dengan stabilitas yang diinginkan sang diktator. Tidak semudah itu jendral.
Mungkin ini yang namanya karma. Dulu dia berkuasa dengan cara yang tak berbeda dengan saat ini. Menjungkalkan pendahulunya dengan memanfaatkan demonstrasi. Bedanya dulu ada musuh bersama sekarang cuma musuhnya dia aja. Kepanikan segera menggiring sang diktator melakukan langkah langkah represif. Intimidasi, teror dan ancaman penghilangan nyawa mulai mengincar setiap aksi. Mahasiswa tidak takut.!! Gerakan semakin kuat dan luas. Tiada hari tanpa demonstrasi. Tidak hanya satu kampus melainkan setiap kampus yang ada di indonesia. Jakarta sebagai barometer memang memegang peranan kunci. Masih teringat jelas didalam benak gw.. Gimana kampus kita IISIP Ditembaki dengan puluru karet dan gas air mata. Siang itu setelah berhasil memblokade jalan tiba-tiba PHH ( Pasukan anti Huru Hara ) datang mengamuk. Tanpa basa-basi kita langsung didorong masuk kekampus. Kontak tak bisa dihindari. Dorong-dorongan hingga saling lempar dengan batu segera mengisi ruang pandang. Tembakan peringatan juga tak henti hentinya membelah udara siang yang cukup menyengat.
Dengan cepat kita segera isolasi diri didalam kampus. Tutup gerbang dan bertahan dengan senjata apa adanya. Suasana cukup tegang karena kampus terbilang cukup sepi disaat kejadian. Setelah satu jam terlibat bentrok akhirnya suasana mereda. Kita yang kehabisan amunisi mulai diam. Aparat yang menunggu diluar juga tidak bereaksi. Agresifitas mereka menurun setelah melihat kami mundur dan mengurung diri didalam pagar. Mungkin itu adalah bentrokan pertama yang cukup hebat dikampus kita, Karena keesokan harinya kita mulai bergerak dengan kekuatan full. Satu aksi. Satu komando. Selain IISIP kampus UP juga melakukan blokade yang sama. Siang itu sebelum ngampus gw tertahan didepan gang rumah. Lha mobil pada kemana nih.?? Jalan raya nampak sepi. hmm didepan halte UP rame bener kayanya. Tanpa ragu gw langsung bergerak meluncur kesana. Bener aja. Mahasiswa UP dari berbagai Fakultas telah tumpah ruah ke jalan raya. Blokade ini cukup lama dan cukup berdampak kepada masyarakat sekitar. Setelah mengikuti orasi mereka. Gw balik dulu kerumah.. Ambil Almamater baru jalan kaki menuju kampus.
Sepanjang perjalanan gw banyak mendapat pertanyaan dari masyarakat. Ada apaan bang.?? Kapan kita bergerak. Teriakan hidup mahasiwa dari mereka yang berkerumun ditepi tepi jalan kerap gw dengar mengudara ke angkasa. Yel-yel itu gw sambut dengan jawaban hidup rakyat. Antusiasme warga luar biasa. Mungkin mereka juga muak dengan sistem pemerintahan yang ada tetapi tak berani untuk bersuara. Yel-yel yang spontan terlontar membuat gw bergetar. Gila gak nyangka mereka bener-bener punya harapan besar dengan aksi-aksi kita. Ini baru selembar kain yang menempel ditubuh gw. Akh kalo inget bener-bener merinding rasanya. Sambutan serta dukungan luar biasa dari rakyat membuat semangat didalam dada semakin menggelora. Sepanjang jalan dari kampus UP hingga IISIP gw disambut bak pahlawan. Selamat berjuang mas. Hidup Mahasiswa. Hidup rakyat. Padahal gw pake Almet niatnya buat nutupin pala karena suhu panasnya minta ampun. Tapi itulah kisahnya. Sampe kampus gw langsung cari info. Beberapa teman pergerakan segera gw hubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Horor Nyata
HororBerisi kisah-kisah nyata para pendaki dan kisah horor lainnya