Mei 98. Jakarta Dalam Selimut Api Catatan Para Demonstran ( Part 2 Tamat )

71 3 2
                                    

Gedung dewan telah berubah. Rapat tertutup dari wakil penguasa yang mengatas namakan rakyat kini tiada lagi. Malam itu semua bebas bicara. bebas berekspresi. Mahasiswa sebagai wakil rakyat telah kembali. Saat itu kita menari nari dalam kuatnya arus perubahan. Tak ada lagi keraguan. Tak ada lagi ketakutan. Mungkin sekarang sang jendral tak bisa tidur. Kursi kekuasan yang telah ia duduki selama 32 tahun lebih semakin kuat bergetar, Kekuatannya semakin goyah. Bintangnya semakin redup dan terombang ambing oleh waktu yang semakin tajam menyayat singgasananya. Sudahlah pak tua. Istirahat. Andai kemarin kau tak kembali ke istana mungkin ceritanya akan beda.

Pewarismu mungkin bisa terus bertahta. Sejarah mungkin berbeda. Seperti pepatah siapa yang menanam dia yang akan menuai. Awal dan akhir seperti cermin sejarah yang berputar. Jika dulu bung Karno kau buat terkapar maka kini kau yang menggelepar. Ceritamu tak kan jauh berbeda. Kau akan runtuh oleh gerakan mahasiswa. Beda jaman beda rasanya, Hingar bingar masa yang mengudara ternyata membawa kutukan yang sama. Jeritan suara dari berbagai jenis pita suara terus menggema dan tak tak akan terhenti hingga kau letakkan tahta. Tiada guna sudah semua usahamu. Semakin kau bertahan maka semakin rusak reputasimu. Percuma pak tua.. Kami tak akan mendengar. Kami tak akan gentar,

Roda waktu cepat sekali berputar. Malam itu aku terdiam dibawa jutaan bintang. Rasa lapar segera menggiring langkahku kesalah satu posko yang menyediakan berbagai jenis makanan. Luar biasa. Bertruck-truck makanan setiap menit datang membanjiri gedung anggota dewan. Entah darimana asalnya. Selasai mengambil sebungkus nasi gw berjalan gontai. Duduk di salah satu sudut ruangan lalu menikmati jamuan makan malam. Hmmm anak anak dimana nih.?? .Walau kerap berbincang dengan sesama demonstran tetapi kawan satu almamater tetap tak tergantikan. Selesai makan gw kembali ke muka gedung. Pemandangan semakin menakjubkan.

Malam itu puluhan bus yang mengangkut rekan sejawat dari kota kembang dan kota hujan datang membanjiri halaman. Sorak sorai bertambah ramai. Gegap gempita api perjuangan semakin kuat berkobar. Bosan berada dipusat keramaian gw bergeser ke dekat pintu masuk. Sebuah televisi 14 inch nampak bersinar menyiarkan berbagai berita terkini. Sesekali terlihat beberapa sosok mentri dan para tokoh menghiasai layar kaca.

Bosan melihat wajah wajah lama gw duduk dimuka gerbang. Suasana jakarta memang berbeda, Lalu lintas tetap sunyi. Hanya satu dua kendaraan yang berani melintasi suasana malam kota ini. Duh asem banget nih mulut. Kerumunan manusia yang terdapat dipinggir pinggir jalan juga cukup banyak, Entah kawan entah lawan yang jelas udud harus segera ada ditangan.

Almamater segera gw masukan kedalam tas. Setelah bertanya tanya dimana lokasi warung terdekat gw langsung meluncur. Sempet kawatir juga. Tapi mulut asem mengalahkan segalanya. Pelan tapi pasti gw mulai menyebrangi jalan tol lalu mencari perkampungan warga. Njirr sepi bener. Jujur gw sebenernya rada takut, Tapi ya udahlah.. Nanggung. Gaya gw gak kaya mahasiswa ini.

Setelah melewati trotar gw lihat lokasi yang dimaksudkan. Sebuah gang sempit diantara gedung gedung terlihat cukup ramai. Tanpa ragu gw meluncur kesana. Setelah bertanya tanya pastilah warung yang gw tuju. Sempet dicecar pertanyaan oleh mereka yang mengaku warga. Kejadian kelam beberapa hari kemarin memang masih menyisakan trauma yang cukup dalam bagi masyarakat.

Awalnya ragu tetapi melihat jumlah masa yang ada gw langsung cabut almamater. Oh kamu mahasiswa. Bagai semut melihat gula mereka langsung berkumpul. Puluhan pertanyaan langsung datang membanjiri. Gimana didalam.? Kira-kira bakal turun gak tuh orang.? Dar der dor rentetan pertanyaan yang datang gw jawab sambil berjalan. Asli nangis gw disini. Niat gw mo beli rokok sebungkus. Itu juga semi semi ngeri awalnya malah dapet rezeki tak terduga.

Ya Allah bergetar kembali hati gw. Bak seorang tokoh penting gw langsung dikawal oleh masyarakat, Sambutan meriah bahkan pelukan silih berganti datang menghampiri. Hidup Mahasiswa.! Hidup Mahasiswa.! Sambil berbincang-bincang orang orang terus berdatangan. Dek kami mau menyerahkan bantuan untuk kalian. Kebetulan ada mahasiswa yang datang kemari. Alhamdulillah gw bilang.

Kumpulan Cerita Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang